Pembatasan pembelian solar berdampak terhadap produksi pertanian karena untuk mengoperasikan berbagai peralatan pertanian memerlukan solar. Di sisi lain jika beralih ke Pertamina Dex, tentunya akan menambah biaya produksi.
Kita tahu pengeluaran petani bukan saja solar dan pupuk. Ada banyak modal yang harus dikeluarkan petani selama penanaman, mulai bayar mencangkul, tandur, semprot dan lain sebagainya. Jadi rasanya tidak mungkin mengalihkan solar ke Pertamina Dex.
Sedangkan mengalihkan bajak ke manual akan menyulitkan petani. Zaman sekarang mana ada kerbau untuk bajak sawah, semua sudah beralih ke mesin traktor yang bahan bakarnya solar.
Mengenal traktor, alat untuk membajak sawah
Zaman dulu, sebelum adanya teknologi canggih, para petani membajak lahan dengan menggunakan tenaga hewan seperti sapi dan kerbau. Sekarang, para petani dapat membajak sawah dengan traktor.
Kata traktor berasal dari bahasa Latin "trahere" yang artinya "menarik". Namun, sebagian orang mengatakan kalau kata traktor berasal dari penggabungan kata "traction motor", artinya motor yang menarik.
Jika diartikan kembali ke dalam bahasa Indonesia yang benar, traktor berarti sebuah mesin atau kendaraan yang menarik gerbong atau bajak.
Ada banyak jenis dan merek traktor. Di Madiun, petani banyak menggunakan Kubota karena tanggung, bertenaga dan irit bahan bakar.
Konon pertama tercipta tahun 1020, traktor tidak dijalankan dengan solar melainkan uap, lalu berubah dengan bensin, minyak tanah dan etanol. Pada tahun 1960 manusia mulai menggunakan diesel untuk menjalankan traktor.
Traktor mesin bajak sangat berjasa di dunia pertanian karena membantu petani meratakan, menggali, membajak sawah.
Jadi jika pada awal masa tanam solar langka, bagaimana petani hendak menanam padinya karena tidak bisa membajak sawah?
Solar selain untuk mesin bajak, juga digunakan untuk mesin air. Tanam kedua hujan sudah jarang terjadi. Sementara sawah perlu air minimal 3 kali dalam seminggu.Â