Halo, Sahabat semua,
Ada yang hobi turun tebing atau abseiling? Madiun punya jembatan gantung yang berpotensi tempat wisata wisata alam dan olahraga rappelling, abseiling.
Sejak diresmikan Bupati Madiun, Ahmad Dawami pada akhir 2021, jembatan gantung penghubung Desa Segulung dan Desa Tileng ramai dibicarakan warganet karena keindahannya.
Dibangun di atas jurang dengan kedalaman kurang lebih 300 meter, memiliki panjang 120 meter dan lebar 3 meter. Jembatan ini pun menjadi daya tarik warga dari berbagai daerah terutama yang hobi bersepeda.
Keadaan tersebut mendorong sekelompok pecinta alam Madiun untuk melakukan uji coba abseiling (turun tebing), Sabtu (5/3/2022). Menurut pengamatan saya, uji coba tersebut berhasil.
Kegiatan mereka mendapat apresiasi dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Madiun (Disparpora). Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata, Disparpora, Mokh. Hamzah Nugrohanto mengatakan pihaknya masih mengkaji ulang dan menunggu report dari APGI dan FPTI.
"Kemarin saya sudah koordinasi juga dengan PUPR terkait teknis jembatan tersebut apakah layak untuk digunakan wisata minat khusus," ujar Hamzah seperti yang saya kutip dari metasatu.com
Sambil menunggu informasi dari Disparpora terkait kelayakan jembatan gantung untuk dijadikan wisata turun tebing, Kita kenali dulu apa itu turun tebing (abseiling)dan tekniknya.Â
Mengenal Rappelling dan AbseilingÂ
Dalam dunia climbing kita mengenal istilah rappelling dan abseiling. Secara teknik keduanya sama menggunakan tali karmantel saat manjat dan turun tebing.
Mengutip dari superlive,  rappeling itu istilah yang sering digunakan dalam panjat tebing, khususnya di Amerika Utara. Sedangkan abseiling digunakan di Inggris dan beberapa negara Eropa. Teknik rappeling dan abseiling dipopulerkan oleh Jean Charlet Straton. Straton merupakan pemandu gunung dari Chamonix, Prancis
Pada tahun 1870-an, Straton mencoba kemampuannya untuk sampai ke puncak Gunung 'Petit Dru'. Dari situ dia mencari titik aman buat menuruni gunung dengan medan yang ekstrem. Nah, dari sinilah muncul teknik abseiling yang kemudian disempurnakan dan beken di kalangan pecinta alam.
Jika kita ingin mencoba rappelling dan abseiling, baiknya ikut APGI dan FPTI agar belajar teknik turun tebing. Hal ini karena kegiatan tersebut sangat berbahaya.Â
Saya pernah ikut panjat tebing dengan kelompok pecinta alam di kota saya tinggal, tetapi sudah 20 tahun yang lalu. Lupa semuanya, yang tertinggal hanya kenangan saja.
Mengenal Teknik RappellingÂ
Sebelum kita terjun ke dunia climbing, sebaiknya tahu empat teknik rappelling.Â
Pertama, Body Rappel
Teknik ini yang paling sederhana hanya menggunakan peralatan tali saja yang diikatkan pada badan. Teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang terkena gesekan akan terasa panas. Teknik ini penting dikuasai bagi pemula karena bisa digunakan jika kita dalam situasi darurat.
Kedua, Teknik Brakebar Rappe
Teknik ini paling umum digunakan dalam rappelling, peralatan yang digunakan sudah lebih lengkap untuk kegiatan rappelling. Teknik ini menggunakan sling atau tali tubuh, carabiner, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah penggunaan alat descender (figure of 8). Pemakaiannya hampir serupa di mana ada gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.
Ketiga, Sling Rappel
Ini adalah teknik dengan sling tubuh, carabiner screw jenis pear dan tali. Sling digunakan sebagai pengganti fungsi harness yang dililitkan ke pinggang. Sementara carabiner dihubungkan ke sling tersebut yang berfungsi sebagai alat rappel.
Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain dan dirasa cukup aman. Jenis simpul yang digunakan adalah jenis Italian hitch.
Keempat, Arm Rappel
Teknik ini hampir sama dengan body rappel, menggunakan tali yang diikatkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Teknik ini diterapkan untuk tebing yang tidak terlalu curam. Kalau sedang melakukan rappelling usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing dan jangan terlalu cepat turun.
Jika adik-adik menyukai alam yang indah ini jangan ada perasaan ingin menaklukkan, tetapi, niatkan untuk menambah keimanan. Dengan melihat ciptaan Tuhan yang menakjubkan, rasa syukur kita makin bertambah, semakin menyadari, betapa kecilnya kita.
Teknik-teknik dasar sudah kita kuasai walaupun baru teori. Selanjutnya kita tunggu kabar baik dari Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata, Disparpora, Mokh. Hamzah Nugrohanto. Semoga jembatan gantung yang ada di dua desa, Segulung dan Tileng bisa dijadikan tempat rappelling dan abseiling.
Semoga bermanfaat, salamÂ
Bisa Baca ini juga Cara Pembuatan BPJS
Bahan bacaan 1Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H