Saya pernah menyaksikan seorang perempuan yang diam saja, jika ngobrol kadang nyambung, kadang tidak, sebut saja Dina. Sebagai pendatang baru, saya pun bertanya pada suami.
Suami menjawab, jika si Dina ini normal, tetapi ketika kuliah pernah stres karena menghadapi sikap ibunya yang keras, banyak tuntutan. Sempat berobat ke Solo dan sembuh.
Orang tua berharap yang terbaik pada anaknya sangat wajar. Namun, jika sikap protektif orang tua  dibiarkan, hubungan semacam ini akan menjadi toksik dan berdampak negatif pada anak.
Baca juga Terjebak Toxic Positivity? Berikut 4 Cara Mengatasinya
Hubungan Toksik
Setiap hubungan cenderung menjadi toksik atau beracun, karena seringnya interaksi. Hubungan beracun (toxic) bukan terjadi pada pasangan saja, bisa juga terjadi pada anak dan orang tua. Entah itu anak masih remaja, dewasa, bahkan sudah menikah.
Sebagai contoh yang dialami Dina, atau mungkin teman-teman menyaksikan sendiri di sekitar rumah ada orang tua yang toksik pada anaknya.
Dina dikabarkan pernah mengalami stres akibat sikap orang tuanya. Wallahu alam, kebenarannya belum bisa dipastikan karena saya tidak mendapat keterangan dari dokter yang pernah merawat Dina.Â
Hanya akan menyelisik sikap orang tuanya. Kemungkinan orang tua Dina terlalu keras dan akhirnya menjurus kepada hubungan toksik.
Melansir dari psychologytoday ada beberapa ciri orang tua yang toksik, di antaranya :
1. Bersikap reaktif negatif
Orang tua yang reaktif adalah dia yang cepat tanggap terhadap sesuatu yang timbul, baik pada anaknya atau orang lain. Namun, cepat tanggapnya ini bersifat negatif, seperti membesarkan masalah kecil. Emosinya sering kali tidak terkendali, bahkan selalu ada saja alasan untuk marah, bersikap kasar.
2. Kurang berempati
Orang tua yang toksik adalah mereka yang tidak bisa menempatkan diri ke posisi orang lain, melihat dengan mata dan merasakan dengan hati. Mereka juga tidak menyadari sikapnya akan menyakitkan orang lain.
Bersikap empati kepada anak, bukan sekadar berbuat baik saja, tetapi merasakan apa yang dirasakan anak. Orang tua toksik dia tidak bisa menjadi sahabat bagi anaknya.
3. Otoriter
Orang tua toksik, mereka yang selalu menuntut anak, menetapkan standar yang tinggi, bahkan tuntutannya tidak masuk akal. Jika anak gagal dia akan kecewa dan teriak-teriak meluapkan kekesalannya, tetapi jika berprestasi tidak bisa memberi penghargaan walaupun sekadar ucapan.
4. Menyalahkan
Orang tua toksik, dia selalu menyalahkan orang lain atau anak atas keributan yang terjadi di sekitarnya. Apalagi jika anak berbuat salah orang tua, dia akan meluapkan kemarahannya.Â
Orang tua yang toksik pada umumnya tidak menyadari dampak negatif yang akan anak alami. Ketika ada orang lain mengingatkan, dia akan berdalih itu demi kebaikan anak.
Berikut dampak negatif dari orang tua yang toksik
Ayah, Bunda, mari kita kenali dampak negatif jika kita toksik pada anak. Melansir dari Healthshots melalui suara.com. Ada 4 gangguan yang dialami anak ketika orang tuanya toksik.
1. Gangguan kecemasan
Cemas merupakan hal yang wajar, merupakan reaksi alami tubuh terhadap situasi dan sangat bermanfaat untuk lebih hati-hati. Namun, jika cemas karena takut terhadap orang tua dan muncul secara berlebihan akan mengganggu kondisinya.
2. Anak bisa menyalahkan dirinya sendiri
Akibat buruk lainnya orang tua bersikap toksik pada anak adalah anak sering kerap menyalahkan dirinya sendiri. Jika sudah terjebak dalam situasi ini dia akan menghindari kesalahan, akibatnya tidak bisa berkembang menjadi lebih baik.
 3. Kelelahan mental
Kelelahan mental adalah kondisi di mana anak merasa lelah secara emosional akibat sering mendengar kalimat negatif dari orang tua yang toksik. Dia akan cenderung diam tanpa perlawanan. Jika tidak ditangani secara serius, dia akan mengalami gangguan kesehatan mental.
4. Gangguan kesehatan
Jika anak mengalami kecemasan, stres menghadapi orang tua yang toksik, dia akan susah tidur, istirahat tidak cukup, akibatnya kesehatan pun terganggu.
***
Untuk menghindari dampak buruk pada anak akibat kita yang toksik seyogyanya kita memahami hakekat anak terlahir ke dunia. Filsafat Charlotte Mason mengatakan "children are born person". Di mana anak terlahir sebagai orang, dia bukanlah sebatang ranting yang bisa kita bengkokkan sesuka hati. Bukan kertas kosong yang bisa kita coret-coret.Â
Sejak lahir anak adalah pribadi yang utuh dan istimewa. Perkembangannya tergantung kepada orang tua. Kita lah yang berperan mematik pikirannya.Â
Jika kita anak memiliki orang tua toksik, kita hanya bersabar, memaafkan. Mengubah seseorang itu sangat sulit terlebih jika dia adalah orang tua.
Tidak perlu dilawan dengan keras agar tidak tercipta pertengkaran setiap saat. Perlu teknik untuk menghadapi orang tua yang sedang marah. Selengkapnya bisa baca di 3 Etika Menghadapi Orang tua yang Marah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H