Eah tadi kan saya sering dapat diskon ongkos, tetapi itu tidak setiap naik angkot. Kalau keneknya lagi khilaf saja, salah melihat penampilan saya. Kalau dihitung-hitung pengeluaran untuk angkot sekitar 35-40 ribu.
Masih kata ibu, "Rezeki datang dari mana saja".Â
Untuk mencukupi kebutuhan, saya pun mencari sampingan. Dengan keahlian mengoperasikan komputer, sepulang kerja dari SMA saya kerja lagi di rental komputer.
Upah dari hasil ngetik lumayan besar, apalagi jika ngetiknya cepat. Â Namun, kerja di rental itu musiman. Jika banyak mahasiswa yang nyusun skripsi, tugas, orderan pun banyak. Jika sepi, saya dirumahkan.
Tahun kedua saya bekerja sebagai PTT, sekolah membuka kelas komputer di sore hari. Saya pun digeret untuk membantu di kelas komputer.Â
Siswa pun sering memanggil saya bukan "Bu Sri atau Teh Sri", melainkan" Teh Nci komputer", karena dari pagi hingga sore berhadapan dengan komputer.
Selain dua tugas, sebagai PTT di TU dan tenaga laboratorium komputer, saya pun diberi kepercayaan sebagai bendahara PGSI (Persatuan Gulat Seluruh Indonesia) kabupaten. Penghasilan tiap bulan pun ikut bertambah.
Oh ya setelah satu tahun menjadi PTT, gaji honor pun naik dari 50 ribu, 125 ribu lalu naik lagi jadi 300 ribu. Jika ditotal setiap bulannya saya dapat pemasukan 600 ribu rupiah. Sementara PTT lain masih 125-150 ribu rupiah.
Gaji 125-150 ribu rupiah itu bagi PTT yang pasif, datang pukul 07.00 dan pulang ikut jam siswa berakhir pelajaran.Â
Sementara saya datang ke kantor pukul 06.00 pagi, pulang pukul 18.00. Jam istirahat pun hanya waktu salat dan makan siang saja.