Satu bulan kemudian
Qadarullah, takdir Allah tidak bisa dihindari, 10 hari setelah pertemuan itu, Ibu sakit, terpapar Covid-19. Sempat mendapat perawatan di ruang isolasi selama 14 hari. Namun, tidak terselamatkan.
Saya pun jadi teringat isu yang beredar di lingkungan rumah bahwa, jenazah Covid dimakamkan dengan selang infus masih terpasang, begitu pun perlengkapan rumah sakit lainnya.
Saya yakinkan, berita itu tidak benar. Ketika Ibu meninggal di ruang isolasi, saya, kedua adik dan ipar menyaksikan pemulasaraan jenazah Ibu walaupun terhalang kaca bening. Akan tetapi jenazah itu persis berada di hadapan kami.
Pemulasaraan jenazah Ibu sama seperti jenazah normal lainnya, hanya tidak dimandikan dengan air, cukup dilap kain basah. Kami pun mensalatkan jenazah setelah pemulasaraan selesai.
Mungkin tidak semua keluarga mendapat kesempatan menyaksikan pemulasaraan, mensalatkan baik di rumah sakit ataupun di rumah. Hal ini tergantung kebijakan rumah sakit setempat, tetapi saya menganggap ini kekuasaan Allah Swt. Tidak ada sesuatu yang direncanakan Tuhan.
Dari kejadian ini saya mengambil pelajaran, hati-hati mengonsumsi berita. Jangan mudah percaya dengan informasi yang beredar di medsos apalagi dari mulut ke mulut. Pastikan kebenarannya melalui laman pemerintah resmi.
Tidak perlu panik menanggapi suatu berita, yang penting kita tetap menjaga protokol kesehatan, menjaga pola makan, istirahat cukup. Jangan lupa untuk vaksin, karena menurut data Dinas Kesehatan, kasus kematian akibat Omicron adalah mereka yang belum vaksin.Â
Semoga kita semua baik-baik saja. Salam sehat selalu.