1. Sampah organik yang telah dipilah ditata dengan metode "control landfill terasering", yakni penataan sampah dengan model berlapis antara sampah-tanah-sampah-tanah dengan terasering (miring) berbentuk piramida hingga batas ketinggian tertentu.
2. Sebelum sampah ditumpuk dengan "control landfill terasering", telah ditanam pipa ukuran besar yang telah diberi lubang dengan jarak tertentu. Pipa tersebut akan menangkap gas, limbah dan limbah cair yang muncul dari tumpukan sampah tersebut.
3. Sampah yang telah tersusun akan melalui proses fermentasi secara alami selama enam bulan hingga satu tahun. timbunan sampah organik dan tanah tersebut mampu menghasilkan gas metan yang menjadi sumber energi alternatif.
4. Gas metan yang mendominasi komposisi gas dalam timbunan sampah tersebut kemudian dimurnikan dengan menggunakan tabung pemilah hingga gas yang dihasilkan tersebut mencapai 90 persen gas metan dan dipisahkan dari limbah cair dan padat.
5. Hasil gas metan yang telah dimurnikan tersebut disalurkan ke tungku warga untuk menghasilkan energi panas atau bahan bakar pengganti elpiji.
Ternyata selain menghasilkan energi panas, gas metan juga bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan generator set bahan bakar gas inovatif guna menghasilkan energi listrik. Juga sebagai penggerak mesin pengolah limbah plastik untuk mengubah plastik menjadi minyak tanah alternatif.
Sebagai warga, mari kita bantu petugas kebersihan dengan cara membuang sampah sesuai jenisnya. Hal kecil bisa meringankan petugas memilah sampah di TPA.Â
Salam hangat dari Sri Rohmatiah.
Bisa baca juga Petugas Kebersihan Kota Madiun
Bahan bacaan 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H