William Castello, seorang profesor di Universitas St., mengatakan bahwa, pelaku catcalling harga dirinya rendah. Pelaku melakukan seoalah-olah ada kompetisi dengan kelompoknya, siapa yang berani dan siapa yang tak punya nyali. Hal ini didorong oleh kurangnya harga diri, kekecewaan dan frustrasi dengan kehidupan secara umum.
Kalau kita perhatikan pelaku catcalling tidak berani melakukan sendiri, mereka biasanya bergerembol. Itu artinya dia tidak punya nyali melakukan sendiri. Jika berkelompok ada dorongan "Aku bisa".
Apa yang harus dilakukan wanita?
Tindakan catcalling sangat menyebalkan, jika dibiarkan mereka akan terus melakukannya lagi. Namun, perempuan ketika berhadapan dengan catcalling harus bisa menghadapinya dengan berani, tidak bisa diam dan mengabaikan teriakan catcallers.
Melansir dari beberapa sumber, berikut cara-cara yang dapat dilakukan perempuan ketika mengalami street harrasment.
1. Tanggapi
Tidak ada salahnya kita berani menghadapi catcallers dengan tatapan mata dan bicara tegas. Katakan kalau tindakan mereka tidak benar, kita tidak bisa terima. Hal ini disetujui oleh Holly Kearl, seorang pendiri organisasi Streat Harassment, "Memberikan kontak mata yang tegas akan membuat pelaku catcalling terkejut dan merasa bahwa apa mereka lakukan kepada korbannya adalah sesuatu yang salah."
Tatapan mata yang tegas, akan membuat catcallers kaget. Namun, kita juga harus tetap memperhatikan etika, jangan mengumpat, menghina atau merendahkan mereka. Biasanya jika kita bertindak kasar, mereka akan brutal.
Kecuali kita sebagai perempuan memiliki ilmu bela diri silat, taekwondo atau karate. Namun, tetap, berantem tidak ada yang kalah, menang tetap kalah.
2. Â Abaikan
Remaja putri terkadang tidak memiliki keberanian untuk melawan atau melakukan penolakan. Tidak masalah, masih ada usaha lain yaitu abaikan saja, tetap berjalan dengan percaya diri. Jangan menunjukkan wajah takut atau gelisah, tetapi, tunjukkan wajah tidak suka. Ketika berjalan dengan tegak, pria iseng akan malu sendiri.