Tepat di hari ke-14 dirawat, hari Minggu, saatnya pemberian plasma konvalesen kedua. Aku sudah merasa bahagia, karena saturasi Mimi sudah naik menjadi 98 yang sebelumnya 75.
Selepas salat Magrib, bersama kedua adikku menuju ruang ICU, tiba-tiba perawat mengatakan,
"Teteh, Ibunya drop, plasma belum bisa kami berikan. Ini lagi diusahakan, semoga  sebelum pukul delapan malam, keadaan Ibu tambah baik," ujar perawat.
"Tadi pagi katanya baik-baik saja, sudah naik di angka 98, kenapa jadi drop, Pak?"
"Iya Teh, bahkan Mimi bilang ingin pulang saja. Sore tadi turun di angka 65."
Ruang ICU kembali hening. Aku masih melihat Mimi dari monitor, sesekali masuk ke ruangan kosong sebelah Mimi dirawat.
Tidak bisa mengelus, tetapi, mataku tertuju tajam ke arah mata Mimi yang berkedip-kedip.
Dalam keadaan panik, aku berkata,
"Ada perawat di dalam ruang, bisa bicara sama Mimi, semoga bisa memberi semangat, Pak!" pintaku kepada perawat laki-laki.
"Boleh, Ibunya dalam keadaan sadar terus, hanya sesak saja,"
Sebelum memberikan pesawat telepon. Perawat itu bicara dengan perawat yang ada di ruangan Mimi.