Kedua, membantu anak-anak mengetahui hubungan kelompok sebaya
Berbicara dengan temannya akan membantu mereka memahami perilaku teman sebayanya. Dengan begitu mereka bisa memilih mana teman yang cocok dan bisa dipercaya.
Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga menunjukkan karakter yang berbeda saat ngobrol. Karakter itu yang akan mendorong anak-anak memilih teman.
Ketiga, menciptakan rasa keakraban
Gosip juga bisa menciptakan rasa keakraban, karena ketika ngobrol bersama teman, ada unsur kepercayaan. Jika bersama orang asing, anak-anak atau kita tetap akan menjaga jarak.Â
Obrolan akan dibatasi karena tidak ada kepercayaan, boleh jadi teman asing ini akan membocorkannya sehingga terjadi perang antar remaja. Â
Baca juga: Orang tua Kehilangan The Power of No pada anaknya, Berikut 2 Strategi yang Bisa Diterapkan
Selain berdampak positif, hati-hati gosip juga menyakitkan. Dalam Islam disebut ghibah. Kita tahu ghibah itu perbuatan yang dilarang agama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gibah artinya membicarakan keburukan (keaiban) orang lain.
Dampak negatif dari gosip
Kita sebagai orang tua tidak bisa membenarkan gosip walaupun ada dampak positif darinya. Penting bagi kita membantu anak-anak memahami bahwa dengan bergosip dapat menyakiti seseorang.
Dengan gosip, reputasi seseorang akan turun dengan cepat, tetapi sulit untuk diperbaiki. Kita bisa tempatkan anak kita atau kita sendiri menjadi bahan gosip yang kejam. Kata-kata yang kejam akan merusak reputasi dan perasaan.
Menyebarkan desas-desus palsu adalah tindakan kejam dan sayangnya hal tersebut sering terjadi di kalangan remaja.
Gosip juga akan memicu konflik. Situasi penuh kesalahpahaman dalam pergaulan, menjauhkan pertemanan mereka. Lebih tepatnya ada unsur adu domba dalam gosip. Air mata dan drama buruk pun terjadi.