Berbeda dengan mertua saya, dia sering memanfaatkan sisa nasi dengan dijemur. Orang banyak mengenalnya dengan nama nasi aking atau nasi karak.
Nasi aking
Tampaknya itu lebih mudah, kita tinggal menyusunnya di wadah, lalu jemur di terik matahari. Ternyata tidak mudah, Kawan. Saya sering kali gagal menjemur sisa nasi, nasi itu berjamur.
Ada tekniknya supaya nasi tidak berjamur. Saya melihat dari kebiasaan mertua, dia menjemurnya di atas sak atau karung, bisa juga wadah dari anyaman atau tampah.
Nasi itu di-eler atau ditata rapih dengan menggunakan tongkat kecil, kurang lebih 50-60 cm. Tongkat kayu itu digunakan untuk bolak balik nasi yang dijemur tadi. Dalam satu hari kita bisa membalik jemuran nasi itu minimal dua kali supaya kering merata.
Nasi kering ini banyak manfaatnya lho, menurut mertua saya, dulu sering diolah kembali menjadi makanan. Sangat wajar jika pada zaman dulu, orang tua makan nasi aking karena kemiskinan. Namun, jangan salah nasi aking masih mengandung karbohidrat, walaupun kadarnya berkurang.
Menurut beberapa sumber, nasi aking mengandung karbohidrat 8,31% sedangkan pemeriksaan pada nasi normal kadarnya 10,72%.
Selain diolah kembali menjadi bahan pokok, nasi aking bisa untuk pakan ternak, yaitu, itik, sapi. Nasi aking ini bagi hewan ternak banyak manfaatnya karena kandungan gizi di dalamnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi hewan. Dari hasil pengamatan, dengan tambahan karak atau nasi akik bisa menambah bobot badan hewan ternak.
Selain itu, petani juga bisa mendapatkannya dengan harga murah dan mudah sehingga bisa menekan biaya pemeliharaan.
Biasanya mertua saya mengumpulkan nasi aking dalam keresek atau karung, jika sudah terasa pantas akan diberikan kepada tetangga yang berprofesi tukang rongsok.
Bagaimana jika sisa nasi itu sedikit?
Di desa banyak orang yang memelihara ayam, walaupun saya tidak memelihara ayam, di belakang rumah banyak sekali ayam berkeliaran. Kalau sisa makanan sedikit saya cukup menaruhnya di wadah plastik, ayam akan datang sendiri tanpa diundang.
Yang sulit itu jika rumahnya di perumahan seperti ibu saya dulu. Solusinya, kita harus memasak sesuai kebutuhan, Jika terpaksa ada sisa, bisa titipkan ke bapak yang biasa ngambil sampah, "Pak, titip limbah dapur untuk pakan ayam di desa." Mereka akan senang.
Teman-teman, bisa mengolah limbah dapur dengan cara berbeda, asal jangan dibuang begitu saja. Kata Ibu ketika saya masih kecil, "Jangan buang nasi ya, nanti dia nangis!" Percaya atau tidak, di luar sana masih banyak orang yang kelaparan. Mari kita manfaatkan nasi sesuai kebutuhan.