Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orangtua Tanpa Sadar Melakukan "Gaslighting" kepada Anak, Berikut Strategi Mencegahnya!

19 September 2021   12:52 Diperbarui: 19 September 2021   13:17 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang kena gaslighting, foto viaThe Indian ekpress.com

Sebagai orang tua, kita tentu ingin yang terbaik bagi anaknya. Segala upaya baik kata-kata, tindakan atas dasar kasih sayang kita lakukan. Berikut saya ambil contoh, bagaimana saya mencintai anak.

Contoh situasi 1

Setiap pukul 06, hari Sabtu, anak saya berangkat ke klub renang, karena saya tidak ingin dia kelaparan saat latihan. Saya memaksanya untuk makan roti, nasi, telur rebus, susu.  Anak bungsu menolak, menurutnya, jika makan banyak akan sakit perut ketika renang. Saya pun memaksanya. dia bingung.

Contoh situasi 2

Ketika anak bungsu bermain sepak bola bersama temannya dan terjatuh, dia mendekati saya dan mengaduh kesakitan. Saya mengatakan kepadanya, "Tidak apa-apa, ayo main lagi sama temanmu!" Anak bungsu kembali ke lapangan dengan menahan sakit.

Bunda, situasi seperti ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering kali tergelincir mengatakan yang menjurus gaslihthing. 

Pesan "tidak apa-apa"  itu akan mengakibatkan trauma pada anak. Anak merasa dirinya terlalu sensitif, lemah, tidak diperhatikan.

Kita pun tanpa sadar telah menolak aduan dan curhatan anak. Kita hanya menempatkan emosi anak seperti orang dewasa.

Mengutip dari The Indian Express, dalam sebuah studi tahun 2018 dari Flinders University di Australia, penulis Damien W. Riggs dan Clare Bartholomaeus mengakui bahwa gaslighting dapat terjadi dalam hubungan orangtua-anak.

Mereka memperingatkan, "Dalam praktiknya, gaslighting sering kali tidak kentara dan sulit dideteksi, terutama dalam konteks hubungan orang tua-anak, di mana ketidakseimbangan kekuasaan sering kali merupakan norma yang diterima begitu saja."

Ilustrasi anak yang kena gaslighting, foto viaThe Indian ekpress.com
Ilustrasi anak yang kena gaslighting, foto viaThe Indian ekpress.com

Baca juga Orang tua kehilangan The Power of No?

Apa itu Gaslighting?

Istilah gaslighting berasal drama tahun 1930 yang dibuat film pada tahun 1944, di mana plotnya melibatkan seorang suami memanipulasi istrinya untuk berpikir bahwa dia kehilangan akal sehatnya.

Gaslighting adalah bentuk pelecehan emosional yang menggunakan manipulasi, menggambarkan kondisi atau situasi yang dilakukan seseorang untuk memanipulasi kita secara rumit.

Dia akan membalikkan fakta agar kita mempertanyakan kembali tindakan kita. Kita pun pada akhirnya merasa bersalah atas suatu permasalahan. Ketika menerima tindakan gaslighting, kita akan meragukan diri sendiri dan mempertanyakan kebenarannya. Jika menjadi suatu tekanan yang mendalam, akibatnya kita bisa stress.

Dalam sebuah hubungan bisa dikatakan toxic relationship atau hubungan beracun. Hubungan beracun bisa terjadi dengan siapa saja, pasangan, keluarga, teman, kerabat. Yang paling rentan terjadi tentu dengan orang-orang terdekat, seperti orang tua dan anak.

Gaslighthing terhadap anak

Selain contoh situasi di atas dan pesan "tidak apa-apa" masih banyak lagi contoh gaslighthing yang sering kita katakan kepada anak dalam kehidupan sehari-hari.

1. Mempermalukan anak

Anak-anak terkadang tidak bisa ditebak, kapan dia marah atau senang. Ketika anak marah, menangis, orang tua biasanya menirukannya. Meledek akan membuat anak merasa malu.

Atau contoh lain, kita mengatakan kekurangan anak kepada temannya atau teman kita di hadapan anak. Hal ini anak juga akan merasa malu.

2. Berbohong yang direncanakan

Berbohong bukan saja dilakukan sesama orang dewasa, orang dewasa pun bisa melakukannya kepada anak-anak, terutama orang tua.

Maksudnya supaya anak mudah mengerti, orang tua tidak ribet menjelaskan. Namun, menurut Stephanie A. Sarkis Ph.D., di laman psychologtoday berbohong termasuk gaslighting.

Ilustrasi ketika anak disalahkan. Foto via popmama.com
Ilustrasi ketika anak disalahkan. Foto via popmama.com

3. Menyalahkan anak atas semua masalah

Kita tahu pentingnya anak-anak dalam keluarga, mereka pun tahu kita penting baginya. Namun, ketika ada masalah, lalu orang tua menyalahan keberadaannya, menyerangnya. Hal ini orang tua telah melakukan gaslathting.

Baca juga Not Labelling pada Anak!

Apa yang harus dilakukan orang tua?

Orang tua jika sering melakukan gaslighting, sering kali ditiru anaknya ketika besar nanti. Untuk itu kita bisa lakukan strategi berikut :

Pertama, dengarkan aduan anak

Orang tua menjadi orang pertama tempat mengadu bagi anaknya, maka dengarkan semua curhatan mereka.

Psikolog dan konselor Pulkit Sharma, "Kita perlu memosisikan diri dalam sudut pandang anak-anak. Lihatlah kehidupan dalam perspektif mereka dan pahamilah bagaimana mereka melihat dunia."

Pesan tidak apa-apa, bisa kita ganti menjadi, "Oh itu buruk, ayo main lagi bersama temanmu!"

Kata "Oh itu buruk atau oh itu sakit" adalah strategi bahwa kita menerima aduan dan merespon aduan anak.

Kedua, empati

Bagaimana seharusnya orang tua memperlakukan anak yang rapuh, Pulkit menyarankan agar menerapkan empati. "Kita bisa mencegah trauma anak dengan pengasuhan empati dan pengajaran di masa kecil. Pada akhirnya kekuatan anak akan terbangun sehingga mereka bisa melawan semua gangguan," ujarnya.

Ketiga, meminta maaf

Ketika kita menyadari telah melakukan kesalahan, jangan malu untuk minta maaf. Kita juga harus berusaha mendidik diri sendiri untuk tidak menjadi gaslighter.

Jika kita sebagai anak telah mendapat gaslighting, tidak ada salahnya memaafkan orang tua atau gaslighter. Salam bahagia,

Sri Rohmatiah
Tulisan ke-255 untuk kompasiana
Terinsiprasi dari 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun