Saya sering mendapat ucapan di kertas dengan tulisan tangan dari anak-anak, tulisan beranekaragam sesuai kebutuhan.Â
Ketika saya tidur lebih sore dan anak-anak belum sempat ngobrol, kertas itu berisi pesan, "Mah, nanti aku bangunkan pukul 05.00."
Atau ketika saya masih di luar rumah ada acara, anak-anak harus kerja kelompok di rumah temannya. Di meja ruang tamu ada catatan kecil, "Mah, Pah, Lala kerja kelompok di rumah Anis, pulang pukul 17.00."
Yang paling sering, catatan kecil di meja makan dan dapur, catatan itu menu makanan yang ingin mereka makan. Ketika membacanya kami tertawa karena itu candaan, "Biar Mamah enggak lupa!" ucap anak bungsu.
Catatan kecil itu, lambat laun berkurang setelah anak-anak memegang handphone. Pesan singkat sekarang melalui chat WhatsApp.Â
Saya merindukan catatan tangan yang tertempel di tembok atas kompor, di meja tamu, di meja makan, di pintu lemari es.
Bunda semua, mungkin pernah mengalami apa yang saya alami, menyenangkan bukan?
Apakah semua anak suka mencatat?
Untuk anak-anak seharusnya ada kebiasaan mencatat dengan tulisan tangan. Di sekolah dasar, mencatat dan membaca, pelajaran yang utama. Yang kita pelajari adalah bagaimana menulis alfabet, huruf besar dan huruf kecil, lalu disambung menjadi kata, kalimat, dan paragraf.
Kelas satu sekolah dasar, anak-anak akan belajar mencatat dengan bantuan buku bergaris halus. Setelah cukup rapi dan menjadi kebiasaan, akan beralih ke buku tulis bergaris besar.
Namun, setelah bisa membaca dan menulis, sebagian anak tidak suka mencatat. Misalnya anak saya yang kedua, dia lebih suka membaca langsung dan mendengarkan. Buku banyak yang kosong. Dia baru mencatat jika ada tugas dari gurunya.Â