Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Temukan Dampak Pemakaian Masker terhadap Perkembangan Emosi Anak Saat Pembelajaran Tatap Muka, Berikut 3 Solusinya!

29 Agustus 2021   04:59 Diperbarui: 30 Agustus 2021   10:04 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak memakai masker (foto shutterstock via kompas.com)

Sejak pandemi, kita melakukan komunikasi dengan memakai masker. Pada awal memakai masker terasa risih, terkadang orang berbicara tidak begitu jelas sehingga kita tidak memahaminya.

Dengan berjalan waktu, kita mulai bisa memahami bahasa dengan mulut tertutup. Tentu kita mengubah segalanya, mula dari cara bicara, volume suara, gerak mata, penekanan kosakata.

Akhir-akhir ini yang menjadi dilema banyak orang tua, bagaimana guru akan menjelaskan materi pelajaran dengan memakai masker? Apakah siswa akan memahami tanpa melihat gerakan mulut gurunya?

Melansir dari laman psycology today, memakai masker untuk guru pada saat pembelajaran juga tidak berdampak pada perkembangan sosial anak. Anak memahami apa penjelasan gurunya.

Memakai masker apakah mengganggu perkembangan bahasa anak?

Saya mencoba mempraktikkan kepada kedua anak saya, ngobrol di rumah dengan memakai masker.  Ternyata anak-anak tidak mendapat masalah, mereka cukup memahami apa yang saya jelaskan.

Untuk anak remaja seperti anak-anak saya, mereka bisa memahami bahasa tanpa melihat gerakan mulut, tentu dengan kosakata yang jelas. Namun, bagi anak di bawah 12 tahun atau siswa sekolah dasar dan taman kanak-kanak apakah bisa?

Bunda, masih ingatkah ketika bayi kita lahir, kita selalu mengajak bicara bayi dengan gerakan mulut lebih kuat? tujuannya supaya bayi mengenal kosakata.  Untuk melatih pendengaran bayi, ketika usia dua bulan kita melatih pendengarannya dengan memetik jari berpindah-pindah. Jika suara petikkan jari dari arah kiri, mata bayi akan melirik ke kiri mencari sumber suara.

Baca juga Anak telah Vaksinasi, Apakah Orang tua Masih Cemas?

Semakin usianya bertambah, bayi mampu menangkap kosakata dengan baik. Dalam sebuah penelitian, menemukan bahwa bayi yang sering melihat mulut orang dewasa saat bicara menunjukkan peningkatan kosakata saat balita. Namun, kemampuan melihat mulut jelas tidak memengaruhi perkembangan bahasa. Anak-anak dengan gangguan penglihatan pun dapat memahami bahasa lawan bicaranya.

Jadi anak-anak tidak mengalami kesulitan memahami kata-kata yang familiar ketika diucapkan orang dewasa dengan mulut tertutup masker. Pembelajaran tatap muka pun tidak akan ada masalah jika guru memakai masker, suara tetap bisa dipahami anak-anak.

Apakah pemakaian masker berdampak pada perkembangan emosi anak?

Banyak orang tua merasa khawatir, anak-anak tidak bisa membaca ekspresi wajah gurunya dan akan memengaruhi perkembangan emosi anak.

Saya mencoba berbicara dengan anak-anak di rumah dengan berbagai ekspresi. Mereka bisa menerka walaupun wajah saya tertutup masker. Mata dan tekanan suara saya yang menentukan ekspresi wajah, tetapi, tetap tidak akurat.

Orang dewasa atau anak-anak mudah mengenali emosi seseorang dengan melihat seluruh wajah terutama mulut. Coba kita praktikan tertawa dengan memakai masker, suara tertawa, tetapi, wajah memancarkan raut kesal.

Kesimpulannya, anak-anak mungkin bisa membaca beberapa ekspresi wajah dari wajah tertutup masker, tetapi, lebih sulit untuk anak usia dini.

Ilustrasi belajar tatap muka (foto via theAsiaparent.com
Ilustrasi belajar tatap muka (foto via theAsiaparent.com

Bagaimana orang tua meningkatkan bahasa dan perkembangan emosi anak selama pandemi?

Untuk mempersiapkan pembelajaran tatap muka, kita harus meningkatkan kemampuan bahasa dan emosional anak dengan beberapa strategi.

Pertama, menghabiskan waktu bersama anak di rumah

Kita bisa melepas masker ketika mengasuh anak di rumah. Habiskan waktu bersama anak dengan bermain sambil belajar, misalnya menyanyi, main game, membaca buku., menggambar. Sesekali buatlah anak melihat wajah kita.

Dalam kebersamaan selain membuka masker, kita pun berkomunikasi dengan memakai masker. Gunakan isyarat lain untuk membantu anak-anak memahami bahasa atau emosi kita saat mengenakan masker. Misalnya, menggunakan infleksi yang lebih berani saat bicara, membuat gerakan mata sesuai ucapan, menunjukkan emosi. Selain itu kita juga berusaha menggunakan suara yang lebih keras, jelas.

Kedua, berlatih tebak wajah

Tebak wajah adalah sebuah permainan yang bermanfaat. Kita melatih anak mengenal wajah setiap individu. Ingatkah ketika anak-anak kita masih bayi? Kita sering mengajak anak bermain "Ciluk ba", sekarang bisa dipraktikan lagi kepada anak balita kita dengan modifikasi masker.

Kita mainkan permainan 'tebak wajah", beri tahu anak untuk memperhatikan alis, mata, dahi, mendengarkan suara dan gerak tangan dalam menebak. Lakukan beberapa ekspresi, seperti marah, bingung, senang, sedih.

Ketiga, selalu positif

Dengan mempelajari cara membaca ekspresi dari wajah bermasker, anak-anak akan mengalami peningkatan bersosial. Mereka menjadi lebih fokus kepada lawan bicaranya. Ketika pembelajaran tatap muka, anak-anak akan lebih mudah memahami bahasa guru.

Kesimpulannya, pembelajaran tatap muka sangat dirindukan semua siswa dan orang tua. Selain menjaga kesehatan dengan taat prokes, kita juga harus menjaga emosional anak-anak selama PTM.

Semoga bermanfaat.

Salam sehat, Sahabat.

Mak Sri Rohmatiah

Referensi Cara Goodwin, Ph.D., 26.08.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun