Pesimis sering ditandai dengan menurunnya keinginan, latihan pun menjadi malas, sering banyak alasan untuk tidak hadir. Di sini orang tua dan pelatih berperan, yakni memberi motivasi.
2. Beri motivasi
Saat anak pesimis, ada keinginan untuk berhenti dari klub. Sebagai orangtua, saya diamkan dulu beberapa hari dan minta izin untuk tidak latihan. Pelatih tentu akan bertanya alasan tidak masuk. Dari situ kami bekerja sama untuk memberi motivasi.
Motivasi adalah salah satu kekuatan untuk memicu terus melangkah, berjuang menuju tujuan. Motivasi dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah motivasi yang bersifat ekstrinsik dan intrinsik.
Motivasi yang bersifat ekstrinsik, di mana seseorang mendapat kekuatan dari luar seperti orang tua, sahabat, pelatih, lingkungan terdekat dan imbalan. Imbalan di dunia atlet adalah medali, beasiswa, penghargaan, bahkan bagi siswa ada kemudahan untuk daftar sekolah.
Motivasi intrinsik datangnya dari diri sendiri, itu tidak ada kaitannya dengan medali atau hadiah lainnya. Dia hanya berpikir suka melakukannya. Misalnya anak saya suka renang, dia melakukan renang karena mencintai olahraga renang. Bukan untuk mengejar piala.
Motivasi intrinsik biasanya mendorong seseorang lebih kuat. Atlet akan terus berlatih tanpa memikirkan imbalan. Namun, pencapaiannya akan lebih memuaskan. Sedangkan motivasi ekstrintik hanya dapat meningkatkan motivasi jangka pendek.
Baca juga : Toxic Positivity
Selain dua hal di atas, masih banyak lagi yang harus dimiliki seorang anak agar menjadi atlet. Namun, bagi saya penanaman akidah harus tetap nomor satu. Ketika sejak kecil ada latihan fisik, kekuatan rohani juga harus dilatih sejak kecil.
Semoga bermanfaat.
Salam olahraga,
Tulisan ke-234 di Kompasiana