Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Jalan-jalan ke Madiun, Yuk! Ada Banyak Wisata Sekitar Sungai

29 Juli 2021   17:36 Diperbarui: 29 Juli 2021   17:44 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai Madiun/Foto pribadi Sri Rohmatiah Djalil

Sahabatku yang berbahagia,

Kita tentu tidak asing lagi dengan kota Madiun, Ketika saya mengatakan tinggal di Madiun, orang akan berkata 'PKI'. Itu dulu, sebelum saya lahir, sekarang Madiun kota yang aman, indah, bersih. Boleh cek dari kebersihan sungainya.

Berbicara tentang sungai, Madiun memiliki sungai yang begitu lebar, panjang. Warga setempat menyebutnya kali. Saya menyebutnya bengawan. Bengawan Madiun atau kali madiun merupakan anak sungai terbesar Bengawan Solo. Sungai Madiun, penyatuan dari  aliran air dari sungai-sungai kecil sekitar Ponorogo, kali Slahung, Kali Keyan, Kali Sungkur.

Ketika kecil kita sering memanfaatkan sungai sebagai tempat bermain air, mencuci baju, mengairi sawah. Namun, untuk sungai Madiun itu jangan mandi karena terlalu deras, kecuali orang-orang memiliki keberanian.

Ada banyak manfaat yang dirasakan warga dari Sungai Madiun :

1. Sungai Madiun Sebagai Penghubung

Sungai Madiun membelah kota. Pusat kota ada di sebelah timur sungai. Dulu hanya ada dua jembatan menuju kota, yakni jembatan yang ada di jalan Gajah Mada untuk jalur umum. Sedangkan jembatan kecil yang berada di Sogaten, khusus kendaraan kecil dan kereta tebu.

Sekitar tahun 2000 dibangun jembatan menuju rumah sakit kota dan jembatan rengrood. Jembatan ini menjadi jalur utama menuju kota-kota yang ada di Jawa Timur.

Pada musim hujan 2021, jembatan kecil yang menghubungkan ke Patihan putus. Dengan ambruknya jembatan kecil ini, warga di dekatnya harus memutar jika ke kota, terutama jika ke pasar Patihan.

2. Sebagai Mata Pencaharian

Sebelumnya saya sudah membagi tulisan tentang pekerjaan laki-laki di desa jika musim sawah telah usai. Mereka akan ke sungai untuk ngeduk pasir secara tradisional. Mereka masuk ke dasar sungai sambil bawa tomblok bambu, begitu muncul tomblok sudah terisi pasir.

Pasir akan dikumpulkan di pinggir sungai, Harga pasir satu gunduk sekitar 130 ribu, jika satu mobil pik-up ada 4 gunduk.

Gundukkan pasir di tangkis Patihan, Sungai Madiun/Foto Sudarmaji 
Gundukkan pasir di tangkis Patihan, Sungai Madiun/Foto Sudarmaji 

Selain ngeduk pasir, warga juga bisa memancing. Mungkin bagi sebagian memancing adalah pekerjaan yang menjenuhkan, tidak ada hasil. Namun, bagi yang suka, kenapa tidak, ikannya bisa dijual. Selagi pekerjaan itu halal tidak ada masalah. Setuju?

Bercocok tanam sekitar sungai, itu juga yang sering dilakukan sebagian warga. Pohon yang sering ditanam adalah pisang. Sangat menguntungkan karena dari pisang warga bisa menambah penghasilan.

3. Tempat Wisata

Telah banyak sungai yang dijadikan tempat wisata, seperti wisata Sungai Maron, Sungai Rhine Swiss, Sungai Nil. Terlalu jauh ya contohnya. Ya sudah, wisata ke Madiun saja, tetapi, mainnya di pinggir sungai, ada Taman Bantaran. Di mana kita bisa ngopi, nongkrong, foto-foto.

Taman Bantaran sekitar Sungai Madiun/foto Sri Rohmatiah Djalil
Taman Bantaran sekitar Sungai Madiun/foto Sri Rohmatiah Djalil

Taman Bantaran Sekitar Sungai Madiun/foto via detik.com
Taman Bantaran Sekitar Sungai Madiun/foto via detik.com

Setiap hari Minggu, ada pasar tumpah atau disebut Sunday Market  tetapi sejak pandemi Sunday Market tutup. Namun, tempat wisata ini selalu ada pengunjung walaupun tampak minim. Jika pagi digunakan warga untuk bersepeda, lari atau sekadar jalan-jalan.

4. Pembuangan Limbah Rumah

Ada sungai-sungai kecil sebagai buangan limbah rumah, dari sungai kecil akan dibuang ke Sungai Madiun. Namun, dengan adanya anak sungai, ada saja tangan jahil yang mencuri penutup atau klep. Pencurian ini menyebabkan terjadinya banjir jika air sungai meluap, terutama pada musim hujan.

Sungai kecil untuk pembuangan limbah rumah ke Sungai Madiun/Foto Sri R Djalil
Sungai kecil untuk pembuangan limbah rumah ke Sungai Madiun/Foto Sri R Djalil

Berbicara tentang banjir, wilayah yang sering terkena banjir adalah Ponorogo dan Ngawi. Sebelum dibuat tangkis wilayah Madiun juga sering kena banjir. Selama kurun waktu 18 tahun, dusun tempat tinggal saya sudah  banjir dua kali. Untuk yang pertama tahun 2007, berikutnya tahun 2019. Banjir tahun 2019 adalah banjir terbesar hingga merendam jalan tol. (Beritanya bisa lihat di sini) 

Selain banjir, sungai Madiun juga sering memakan korban,  Pada musim hujan sering kali ada berita orang terbawa arus air, orang hanyut, tenggelam. Kemungkinan besar ketika mereka memancing ada banjir mendadak, mereka tidak sempat menyelamatkan diri.

Mari kita menjaga sungai supaya lebih bermanfaat, tetapi, jangan lupa menjaga diri sendiri, keluarga.

Salam sehat semuanya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun