"Bangun, bangun, Mah, waktunya kirim email!"
Kalimat itu sering saya dengar jam 12 malam, bukan sekarang, tetapi 17 tahun yang lalu, tepatnya awal 2004. Tahun 2004 hingga 2006, internet tidak lancar seperti sekarang ini. Dulu masih menggunakan jaringan telepon rumah. Jika internet nyala, jaringan telepon terputus, kita tidak bisa melakukan panggilan keluar dan menerima panggilan.
Pembayaran internet, jadi satu dengan tagihan telepon, tetapi, ada keterangan tagihan internet dan berapa lama pemakaiannya. Tentu kita masih ingat jika bayar ke telkom, ada abodemen, lokal, interlokal, dan  internet.
Pada waktu itu internet hanya digunakan untuk kirim email ke kantor dan panitia pameran. Internet tidak digunakan untuk membeli tiket, belanja, main di facebook atau masuk link berita.  Pembayaran internet sesuai pemakaian, saya sangat menjaga jangan sampai tagihan internet membengkak dan tidak bisa beli susu untuk anak-anak.
Pada tahun 2010, baru beralih memakai wifi, itu pun tidak memasang sendiri, melainkan nyambung dari wifi warnet milik kerabat. Namun, perangkat yang saya gunakan masih memakai komputer jaman dulu yang masih ada CPU, monitor.
Banyak keuntungan dengan menyambung ke warnet, salah satunya penggunaan tidak dibatasi. Pemakaian 24 jam bayarnya tetap 100 ribu rupiah. Kendalanya terkadang lelet jika banyak pengunjung di warnet dan kabel yang terpasang ke CPU sering longgar.
Untuk memudahkan pekerjaan, saya pun membeli modem smartfren unlimited yang dipasang  di laptop. Dari smartfren, saya beralih ke wifi antena. Ada banyak jenis antena yang ditawarkan, tetapi, itu semua tergantung kebijakan provider dan kesepakatan bersama.
Sebelum memasang wifi rumah, ada hal-hal yang perlu kita ketahui, di antaranya :Â
1. Perangkat yang digunakan
Pertama pasang wifi, emang ribet, kita harus tahu banyak hal. Untuk tahu harus bertanya, tetapi, kadang pihak penyedia, malas untuk menjawab. Hak konsumen bertanya supaya puas.
Sebelum mulai pemasan hugan wifi, kita perlu tahu jenis modem, pipa, antena dan harga pemasangan.
2. Berapa orang yang pasang
Setiap wifi antena, bisa digunakan sendiri, juga bisa keroyokan. Jika keroyokan memerlukan kabel tambahan. Untuk keperluan tambahan kabel, perlu diskusi, apakah ditanggung masing-masing pengguna atau dibagi bersama. Jika keroyokan, kecepatan wifi juga bagaimana? Hal ini perlu bertanya kepada provider.
3. Harga paket setiap bulannya
Ada banyak harga paket setiap bulannya, sesuai kecepatan internet. Misalnya ada yang 100 ribu, 200 ribu, 300 ribu. Semakin mahal tentu semakin cepat, wifi tidak lelet.
Untuk keroyokan biasanya bisa memilih paket yang berbeda. Si A bisa memilih paket 100 ribu, si C bisa memilih paket 300 ribu, tergantung kebutuhan dan kemampuan.
4. Garansi dan perawatan
Wifi antena, selain banyak keuntungan, tentu ada kekurangannya. Tiang antena rawan patah, walaupun ada jaminan piva besi kuat. Kendala lain adalah modem rusak, wifi lelet. Perlu kepastian, adakah petugas provaider yang siap datang ke rumah jika ada kendala.Â
Saya pernah ada kendala, layanan whatApps baik, Cuma untuk datang memeriksa perangkat, ada petugas yang lelet seperti wifinya ada yang cepat. Mungkin karena kesibukan dan banyak yang harus dilayani.
Keluhan lain jika wifi antena adalah rawan terhadap petir. Jika mendung apalagi hujan wifi mati. Dalam hal ini perlu paket data.
Penggunaan internet dari tahun ke tahun semakin meningkat. Apalagi dengan kondisi sekarang, di mana masyarakat harus melakukan pekerjaan dari rumah, sekolah dari rumah. Permintaan pasang wifi pun semakin banyak. Namun, internet tidak hanya digunakan untuk bekerja dan sekolah saja.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, Sekertaris Jenderal APJII Henri Kasyfi mengatakan, "Alasan penggunaan internet ada lima alasan, paling tinggi sosial media 51,5 persen, alasan kedua komunikasi lewat pesan, alasan ketiga adalah games, alasan keempat masih games, dan alasan kelima belanja online."Â
Untuk pulau Jawa, internet sudah merata ke seluruh desa, penggunanya pun tidak lagi orang tua dan urusan pekerjaan. Mereka pun menggunakan internet rata-rata 8 jam per hari.Â
Contohnya saya, internet dipakai bekerja hanya beberapa menit saja setiap harinya, sisanya untuk main di media sosial. Sementara anak-anak lebih banyak main game daripada sekolah online.
Dengan segala kemudahan dan kemajuan teknologi, mari kita gunakan dengan cerdas. Terutama terhadap anak-anak.
Salam bahagia, Sahabat.
Bahan bacaan : internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H