Sahabatku yang berbahagia,
Pernahkah kita marah? Kita pernah mengalami kemarahan pada tahap yang berbeda untuk alasan yang berbeda pula. Walaupun aku termasuk orang humoris sejak lahir, emosi juga sering terjadi.
Cara sederhana untuk mengalihkan emosi berlanjut, aku menangis. Jika masih saja ingin emosi, ke belakang membersihkan rumput atau membersihkan daun pisang yang kering di pohon. Ini mungkin bukan cara efektif melampiaskan kemarahan pada rumput bergoyang, tetapi, paling tidak ada dampak positif bagi kebun.Â
Ada kisah yang sudah lama terjadi, setting masih sama di kebun samping, pemain utama adalah ibu tua dan adiknya.
"Hai, pitikmu lho, mlebu neng enggonku!"
"Yo ben, pitik urip," ujar sang adikÂ
Sang ibu tua mengambil bambu di dekatnya, dipukul-pukulnya bambu tersebut ke sebatang pohon sembari teriak-teriak tidak karuan. Aku sendiri sudah kehilangan kesadaran, apa yang diucapkan terlalu banyak apalagi memakai bahasa Jawa.
Sang adik membalas tidak kalah sengit. Aku rasa amarah muncul di antara keduanya bukan masalah ayam saja, sebelumnya sudah ada konflik. Konflik itu tidak kunjung selesai, bertumpuk dan bertumpuk. Ketika ada masalah kecil, tumpukan konflik akan meledak seperti bom Hirosima. Namun, jika tidak ada kelapangan dada saling memaafkan, suatu saat akan terjadi lagi perang saudara.
Islam telah memberi solusi bagaimana kita megendalikan emosi terutama bagi yang memiliki karakter temperamen dan mudah marah.
1. Mencari perlindungan kepada Allah Swt.
Kemarahan adalah bisikan setan yang menyesatkan. Telah banyak kisah yang terjebak dengan bisikan setan. Ketika istri marah, dia berlaku kasar kepada saumi. Ketika suami marah, dia berlaku kasar pada istri.
Itulah setan, akan terus membisikan hal-hal negatif. Oleh karena itu setiap kali marah, segeralah mengingat dan meminta pertolongan Allah Swt. dengan cara membaca istigfar. A'uodhubillaahi minash-shaytaanir-rajim" (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)