Lebaran sebentar lagi, lebaran sebentar lagi. Kebahagian orang berpuasa salah satunya adalah menyambut lebaran.
Menyambut, identik dengan persiapan yang matang. Yang tidak ada, kita ada-adakan. Bayangkan saja ketika menyambut kekasih. Baju baru dipakai, makanan super istimewa dihidangkan. Begitu juga menyambut lebaran. Kita ingin ketika lebaran, tidak mengecewakan tamu. Kue, minuman dihidangkan semua.
Masalahnya, kita tidak punya cukup dana untuk menyambut lebaran. Jangankan belanja kue-kue lebaran dan anak buahnya. Makan sehari-hari saja pas-pasan. Maksudnya pas lapar, makanan ada. Pas berbuka, makanan tersedia. Pas sahur, makanan tinggal santap.
Baik, tidak bermaksud melemahkan sahabat semuanya. Jujur saja saya pernah mengalami di titik bawah waktu kecil. Ketika satu hari menjelang lebaran. Orang tua tidak bisa membelikan baju lebaran. Harapannya uang THR Bapak bisa untuk beli baju lebaran. Ternyata THR cukup untuk bayar utang, beli daging ayam satu kilogram. Katanya, "Lebaran tanpa opor tidak berasa."
Ibu sampai minta uang ke adiknya hanya untuk beli kaos oblong saya. Roknya, ibu jahit sendiri dari baju Ibu yang masih bagus. Roknya tanpa diobras atau memakai mesin jahit. Ibu menjahitnya memakai jarum tangan dan benang saja. Itu sebabnya ketika duduk di SMP saya belajar menjahit, supaya lebaran bisa membuatkan baju untuk Ibu dan saudara perempuan.
Itu dulu, sekarang, mungkin masih ada yang mengalami seperti yang saya alami ketika kecil. Dunia kan berputar. Tidak selamanya orang di bawah atau di atas terus.
Berkaca dari pengalaman pahit. Jujur saya tidak suka belanja keperluan pribadi melampoi batas.
Supaya tidak kalap saat belanja keperluan lebaran. Ada jurus jitu yang sering saya pakai.
1. Â Daftar belanjaan
Naah lebaran kan kita ingin bagi-bagi sembako, kue ke saudara, tetangga atau teman. Sebelum belanja, saya tulis dulu apa yang harus dibeli, keperluannya untuk berapa orang.
Kalua sudah biasa kita bisa mencatat perkiraan dana yang harus dikeluarkan. Kalau baru memulai, bisa kita survei dulu ke pasar atau supermarket tentang harga.
 2.  Bawa handphone, pulpen, kertas
Mungkin ini sedikit lama ketika belanja harus cek di handphone soal harga satuan lalu dikalikan. Bagi saya sih tidak masalah, daripada segala diambil, masuk keranjang. Waktu di kasir jebol. Sampai di rumah barang yang kita beli tidak manfaat.
Menghitung seperti ini sering saya sarankan kepada anak cewek ketika belanja sendiri ke mall.
"Mamah, takut kurang uangnya!"
"Hitung di handphone setiap ambil barang."
 3.  Bawa uang secukupnya
Seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya. Saya tidak suka belanja memakai kartu kredit atau debit. Alasan utamanya takut kalap.
Kata anak saya, "Mamah kampungan." Tidak masalah tampak kampungan, semua demi kesejahteraan keluarga. Hehe ....
Misalnya, anggaran belanja  sembako sebesar 5 juta. Saya akan bawa uang 3 juta saja karena tidak mungkin juga barang yang kita butuhkan ada di satu mall. Jika tidak ada, besok akan kembali ke mall satunya dengan sisa uang yang ada.
 4.  Belanja di awal Ramadan
Awal Ramadan biasanya stok barang masih banyak. Kita akan mudah untuk menyesuaikan anggaran dengan harga barang. Awal Ramadan juga banyak promo. Misalnya harga kue kaleng lebih murah dengan syarat pembelian maksimal 6 kaleng.
Jika kita memerlukan 60 kaleng. Bisa tuh beli bolak-balik. Beli 6 dulu, simpan di mobil, kembali lagi ke dalam mall untuk transaksi. Capek? Iya, apalagi puasa. Hehe ....
Kalau tidak, ajak semua anak-anak belanja. Di kasir nanti terpisah. Syaratnya kan, satu transaksi, maksimal 6 kaleng.Â
Mungkin itu yang sering saya alami ketika menghadapi lebaran. Semoga bermanfaat.
Salam hangat,
Sri Rohmatiah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H