Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Anak Bawang Itu Menyedihkan, Berikut 5 Cara Mengatasinya!

19 April 2021   07:41 Diperbarui: 19 April 2021   07:48 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak bawang sering diartinya sebagai junior, belum mengerti apa-apa. Arti sebenarnya menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah peserta yang tidak masuk ke dalam hitungan, hanya sebagai penggenap atau ikut-ikutan saja.  

Kalau di masa kecil anak bawang dijadikan penjaga gardu atau si kalah. Dia akan jaga gardu lalu mencari temannya. Kalau belum nangis, Anak bawang akan terus kalah. Dunia kerja pun mengenalnya. Seorang fresh graduate ketika bekerja ditempatkan sebagai anak bawang dan sering mendapatkan perlakukan tidak asyik yang bikin baper.

Kita semua pernah mengalami hari-hari di mana diperlakukan seperti anak bawang. Kantor tampak seperti hal terburuk, gerah. Meskipun kita tahu kita beruntung dipekerjakan, tetapi tetap saja sering muncul perasaan tidak betah.

Seperti yang pernah saya alami. Pimpinan menganggap saya sebagai anak bawang. Al kisah ketika membuat surat pengajuan dana ke pusat, Bu bos marah besar.

"Bikin surat salah, jadi pengajuan tidak diloloskan." Saya ambil dan baca ulang. Tidak ada yang salah. Surat yang dibuat sesuai instruksi pimpinan baru tersebut. Sebelumnya, saya sudah katakan tidak perlu mengajukan bantuan karena kondisi tidak sesuai dengan kenyataan. Pimpinan marah saat itu.

"Anak kecil, tahu apa, kalau disuruh ya ketik saja." Namanya masih muda, bisanya brebes mili dan lari ke dapur kantor, nangis.

Tidak enaknya anak bawang ya begitu, apa-apa salah. Kalimat anak kecil juga sering dibawa-bawa. Image anak kecil juga tidak bisa dihilangkan karena saya memiliki  tubuh kecil, usia juga jauh lebih muda dari teman-teman.  

Yang paling menyedihkan pimpinan marah-marah selalu di depan umum. Ada banyak karyawan yang menyaksikan. Mereka hanya bisa mengatakan 'sabar' di lain waktu.

Ada sih teman yang berusaha menghibur dengan mengatakan, "Pimpinan paling ngiri dengan kecantikanmu, jadi sukanya marah-marah saja." Uhuy dipuji teman cowok malah pingin ngakak karena dia lagi belajar fitnah. Hehe ....

Carina Wolff, seorang pakar kesehatan di California mengatakan, "Meskipun Anda mungkin berpikir sedikit mengeluh tidak berbahaya, sikap buruk dapat mulai memengaruhi kinerja Anda."

Baiklah, mengeluh tidak baik, malah akan mempengaruhi hasil kerja dan kesehatan jiwa kita. Untuk itu ada beberapa cara menghadapi pimpinan yang selalu menganggap anak bawang:

1. Jangan baper

Sebagai manusia kita adalah makhluk sosial yang selalu terhubung dengan sesama. Apalagi jika dunia kerja berhubungan dengan manusia. Mereka berbeda karakter yang membutuhkan pengertian. Sebagai anak bawang mengalah untuk mengerti tidak masalah. Yakin saja, suatu saat anak bawang akan naik jabatan dengan kerja keras. Percaya diri itu penting untuk memotivasi diri.

2. Rombak diri

Mendapat anggapan anak bawang tidak bisa apa-apa. Itu sebetulnya isyarat bahwa kita harus belajar lebih giat. Tidak ada salahnya kita mulai mengubah diri menjadi lebih baik. Rombak saja diri kita supaya bisa pas di mata pimpinan. Butuh waktu dan tenaga untuk merombak diri. Tidak masalah selagi hasilnya baik.

3. Bersahabat

Walaupun kita memiliki banyak teman di luar kantor. Teman di tempat kerja itu penting. Selain tempat curhat bisa juga untuk kerja sama. Yang penting bukan kerja sama ghosthing dari ruangan.

Dalam laman Bustle dituliskan bahwa ada sebuah laporan dari Globoforce menemukan bahwa karyawan yang memiliki kualitas hubungan dengan rekan kerja, mereka lebih mungkin bahagia di tempat kerja.

Dalam kisah yang saya alami, sebelum pimpinan baru itu masuk, sudah memiliki sahabat mulai dari junior hingga yang memiliki jabatan. Nah ketika mendengar saya dimarahi oleh pimpinan baru, mereka mengatakan, "Jangan takut, kalau dia marah lagi dan sampai mengeluarkan kamu, kita demo itu bos!' Terharu banget mendengar dukungan sahabat.

4. Fokus bekerja

Memang sangat sulit melupakan sikap kasar pimpinan atau senior. Namun, kita juga harus berpikir, untuk apa dipikirkan. Setelah dia marah belum tentu memikirkan kita.

Daripada memikirkan sikap pimpinan yang tempramental. Saya berusaha untuk fokus bekerja. Namun, lucunya, ketika pimpinan membutuhkan tenaga saya, dia tidak berani datang atau memanggil ke ruangannya. Cukup bawahannya yang datang ke ruangan saya, "Ini kata Ibu bos, ketik ini, itu!" Ceritanya sih ada mak comblang. Saat yang tepat menunjukkan kerja bagus kepada pimpinan. 

5. Buat benteng motivasi diri

Motivasi dari teman-teman penting, tetapi, dari diri sendiri lebih penting. Menyadari menjadi anak bawang harus siap untuk diterpa badai. Dengan memiliki tujuan untuk diri sendiri dapat sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat. Jika tidak memiliki tujuan, mendapat perlakukan negatif akan terus resign. Tujuan saya bekerja tentu untuk mengahsilkan finansial dan selalu mengingat pesan Ibu, "Kalau bekerja itu jangan pindah-pindah, telateni saja, lama-lama cocok!"

Mengambil hati senior atau pimpinan membutuhkan sedikit upaya. Semakin kita berpikir positif, semakin mudah bahagia. Saya tidak tahu tepatnya kapan, pimpinan mulai menyayangi dan lembut. Tiba-tiba baikan dan sering memberi tip sekadar uang jajan dari sakunya, "Ini buat jajan si kecil!" katanya di depan umum.

"Ibu, saya tidak dikasih?" tanya teman lainnya.

"Kamu sudah besar, khusus anak kecil."

Yaaaa ... jadi anak bawang dan dipanggil anak kecil ternyata bisa asyik juga dapat uang tambahan. Hehe ....

Lucunya ketika saya resign tiga tahun kemudian. Pimpinan ternyata masih mengingatnya,, "Dulu waktu dimarahi si Nci nangis." Sontak yang dulu menyaksikan drama tersebut tertawa.

Terlepas dari hari-hari yang sulit, selalu ada sesuatu yang bermanfaat dan penting bagi kita untuk bersyukur.

Semoga bermanfaat kisah si anak bawang.

Baca juga artikel sebelumnya: Bingung Mengatur Keuangan Saat Ramadan? Berikut 4 Tips yang Bisa Dilakukan

Bahan bacaan :

https://www.bustle.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun