Bersepeda menjadi viral setelah Pandemi melanda. Tidak terkecuali kaum emak-emak seperti saya. Sebelum pandemi, tepatnya tahun 2015. Setiap akhir pekan saya sudah rutin gowes bersama Pak Suami.
Akhir-akhir ini, emak-emak di desa membentuk komunitas bersepeda ala emak-emak. Bersepeda sendiri dengan berkelompok, tentu ada banyak perbedaan terutama keseruan di jalan. Terkadang saking serunya, lupa kalau jalan itu bukan milik nenek moyang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bersepeda di jalan raya berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa sumber. Namun, tidak lupa hal terbaik dalam bersepeda adalah kesenangan.
Pertama, perlengkapan bersepeda
Sebelum berangkat bersepeda pastikan perlengkapan pribadi siap, yakni; periksa kondisi sepeda. Periksa tekanan ban sepeda.Jjika kurang nyaman, sebaiknya pompa dulu.
Rantai sepeda beri  oli secara teratur, supaya pada saat bersepeda tidak ada suara derit yang menakutkan sehingga mengganggu pengendara lain.
Untuk kenyamanan dan keamanan, perhatikan perlengkapan pribadi. Baju, celana gunakan yang nyaman. Celana terlalu ketat akan mengakibatkan iritasi pada bagian pantat karena gesekan dengan sadel. Satu-satunya cara untuk merasakan kenyamanan adalah dengan mengenakan celana pendek empuk. Pasang sadel yang layak. Untuk emak-emak yang jaraknya belum terlalu jauh, memakai sadel yang empuk mungkin sudah terasa nyaman. Namun, jika jarak tempuh jauh, sadel besar dan empuk tidak berpengaruh. Â
Jangan lupa juga helm salah satu perlengkapan yang harus digunakan. Pada saat ini tidak sulit untuk membeli helm yang nyaman, ringan dan terjangkau. Untuk sebagian orang helm akan terasa menggangu penampilan. Namun, itu hanya perasaan seketika, coba dulu deh nanti akan nyaman.
Kacamata hitam untuk bersepeda bagi saya sangat diperlukan. Terlihat sok gaya, tetapi degan kaca mata, mata kita akan terlindung dari serangga, sinar matahari, debu, hujan. Ada banyak jenis lensa, kita bisa membeli satu lensa yang otomatis, untuk kondisi cerah dan redup.
Kita masih menghadapi Pandemi pastikan tetap mengikuti prokes (Protokol Kesehatan) memakai masker, bawa hand sanitizer sendiri.
Pakain, kondisi sepeda dan perlengkapan sudah disortir, pastikan bahan bakar tidak ketinggalan. Apa itu? Minum dan lainnya, hehe ... itu pasti.
Kedua, perhatikan rambu lalu lintas
Saya pernah mendengar, kalau pengguna sepeda tidak mengenal rambu lalin. Kata siapa? Walaupun tidak ada aturan dan sangsi tertulis untuk pengguna sepeda. Demi keselamatan bersama sebaiknya ditaati.
Ketika lampu jalan menunjukkan merah, tetaplah berhenti. Biarkan kendaraan dari arah seberang menikmati jalan tanpa gangguan.
Ketika lampu hijau, tetap pada jalur sepeda jika disediakan jalurnya. Jika tidak ada jalur sepeda, berada di sebelah kiri akan lebih aman.
Uhuy ... biasanya kalau bersepeda rombongan, ingin berjejer ke samping. Jangan dilakukan ya! Berjejer ke belakang saja. Yakinlah yang depan tidak akan meninggalkan kita.
Ketiga, perhatikan saat fotoÂ
Selfi adalah salah satu tujuan emak-emak bersepeda. Namun, kita harus memastikan tempat dan situasi aman.
Pengambilan setting, action dan background bagus biasanya jadi pertimbangan. Di sini kita sering lupa keamanan. Selfi di tengah jalan, ambil vidio ketika ramai kendaraan umum, Selfi di pinggir jurang dan lain sebagainya.
Kalau dunia balap motor sama dengan ugal-ugalan. Bersepeda juga ada lho yang suka ugal-ugalan, tetapi kalau emak-emak tidak mungkin sih, kalau overacting ada juga, hehe ... saya salah satunya.
Bagaimanapun action kita saat di jalan atau selfi pastikan aman dan nyaman untuk orang lain. Bukan untuk diri kita sendiri saja.
Pada dasarnya ketika kita sudah berada di jalan baik di kota atau pedesaan, jalan adalah milik kita. Namun, kepercayaan diri memiliki jalan harus disertai dengan etika dan hati-hati
Sri Rohmatiah, 20/3/2201
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H