Hai sahabatku yang berbahagia,
Semoga teman-teman yang berada di tengah hiruk pikuk komentar tidak sedap di dunia tidak nyata, tetap bahagia, jernih menanggapi. Seperti Dewa Kipas yang menanggapi cuitan dari kubu GothamChess atau Levy Rozman. "Curang teh naon?"
Sama, saya juga gak tahu curang teh naon. Baiklah karena tidak tahu. Saya ingin berbagi yang lain saja. Kembali ke judul.
Dunia semakin maju, teknologi makin canggih. Kita tentu mengikuti dan menikmati kecanggihan tersebut. Banyak di antara kita termasuk saya posting foto, tulisan, keberhasilan. Boleh-boleh saja, jangan sewot. Kita harus bijak menanggapi dan memahami realita yang maya artinya tidak nyata.
Seperti cerita teman waktu itu. Dia posting tentang opininya, intinya dia menganggap kalau posting pencapaian di Medsos sama saja meremehkan orang lain. Ternyata mendapat reaksi yang kontra, tidak sepaham dengan opininya.
"Mbak, ketika posting pencapaian, di benak kita kan ingin menunjukkan kita mampu, itu namanya sombong," ujarnya saat itu.
"Trus?" tanya saya tanpa komentar banyak.
"Secara tidak langsung, juga meremehkan kemampuan orang lain," ujar dia lagi.
"Hmm ... Â dunia maya tidak akan ramai kalau tidak diisi postingan, kita jadikan motivasi saja," sahut saya.Â
"Ya gak bisa ....!" Bla ... bla ... dia berusaha menguatkan opininya.
Selama ini saya pernah posting tempe bacem di WAG, tetapi tidak ada yang salah dalam coption. Komentar yang lain menyenangkan, bahkan sering jadi bahan lelucon.
"Alhamdulillah, Mbak-mbak, saya menang dapat hadiah pulsa 10 jt!, tapi nol 3 nyangkut di pohon asem."
Ada lagi, teman yang posting keberhasilan anaknya atau foto diri bersama pasangan. Narsis ala emak-emak kayak apa sih, paling seputar itu. Bagaimana kita menanggapinya? Positif atau negatif? Positif, negatif datang dari pikiran lalu merasuk menjadi perasaan, nyata dalam tindakan.
Pikiran adalah gambaran atau kalimat yang muncul di benak kita. Pemaknaan yang kita lekatkan pada sebuah situasi. Pemikiran hanyalah sebuah opini, pendapat, sudut pandang, jadi dalam situasi sama akan ada opini yang berbeda dari setiap orang.
Ketika teman online memiliki opini tersebut, wajar. Pikirannya sebatas itu, sehingga timbul merasa diremehkan, tetapi maaf saya tidak bisa membenarkan. Kita juga tidak tahu orang lain ada niat pamer atau meremehkan. Di sisi lain banyak juga yang termotivasi.
"Keiingintahuan bisa dengan mengamati orang lain dan mengamati hal baru. Ada kerendahan hati dalam keterbukaan," kata T. Klontz, Psy. D., CFP di kutip dari Psychology Today.
Dengan postingan pencapaian orang lain, kita bisa mengamati dan belajar. Tidak ada yang tahu, mungkin dengan melihat pencapaian orang lain. Kita suatu saat bisa lebih dari itu.
Sebagai contoh, ketika ada teman posting piala, hadiah lomba. Pikiran kita tentu bisa postif dan negatif. Jika positif akan mencontoh proses atau kiat-kiatnya, "Selamat ya Mbak, semoga kedepannya saya bisa, Aamiin." Sejuk di hati? Yes.
Darmawan Aji seorang productivity Coach, menuliskan, "Menurut National Science Foundation, dalam sehari ada sekitar 12.000-60.000 pemikiran yang muncul di benak kita.sebanyak 80% di antaranya pemikiran negatif dan 95% di antaranya hanya mengulang pemikiran yang sama dengan sebelumnya."
Itu artinya setiap hari kita hanya memikirkan hal-hal yang sama. Pemikiran yang ada di benak kita akan mempengaruhi apa yang kita rasakan. Perasaan akan mempengaruhi apa yang kita lakukan. Apa yang kita lakukan mempengaruhi hasil yang kita dapatkan.
. "For decades we've all been hearing about the mind-body connection," Psychologist Dr. Joseph Cilona.
Jadi antara pikiran dan tubuh kita saling berkaitan. Jika pikiran kita positif, reaksi ke tubuh juga akan bagus. Begitu juga sebaliknya, pikiran negatif, reaksi tubuh akan tidak sehat.
Menurut Carina Wolff, seorang penulis, jurnalisme dan psikologi dari Universitas New York, "Pikiran negatif bisa diubah dengan sedikit usaha menjadi pikiran positif, karena akan menurunkan risiko defresi dan kecemasan, juga akan menuai berbagai manfaat kesehatan."
Situasi di luar, tidak bisa dikendalikan. Â Namun, pemikiran kita, bisa dikendalikan. Situasi dunia maya dipenuhi dengan postingan keberhasilan masing-masing. Kita tidak bisa mengendalikannya. Cara beripikirlah yang bisa dikendalikan. Pikiran posisif atau negatif?
Semoga bermanfaat.
Sri Rohmatiah, 18/3/2021
Bahan:
Darmawan Aji, Self Coashing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H