Kesuksesan mereka juga tidak instan. Ada sebuah proses yang kita tidak tahu, seperti Tere Liye, dia menulis sejak masih duduk di Sekolah Dasar. Dia mengirim tulisannya ke media masa, koran, majalah sejak masih duduk di bangku sekolah. Bukunya menjadi best seller juga setelah tiga tahun diterbitkan. Selama itu Tere Liye berlatih. Berarti kita juga membutuhkan latihan, praktik nyata, bukan praktik dalam mimpi.
Kedua, perbanyak membaca karya orang lain
Membaca adalah harga mati untuk menambah wawasan, mengasah intelektual, menambah bank kosakata agar susunan kalimat yang dibuat terasa segar. Ada istilah membaca adalah menangkap makna. Memang benar dengan membaca kita bisa menangkap berbagai makna dan hikmah.
Jangan pernah mengatakan Anda kurang atau tidak suka membaca. Kita harus ingat wahyu pertama yang disampaikan Allah Swt. kepada Rasulullah saw., adalah ya membaca.Â
Dengan membaca seolah-olah kita sedang berinvestasi kata, menabung kosakata.
Ketiga adalah banyak-banyaklah bergaul dengan orang di sekitar
Bertemu dengan teman bisa juga sebagai ajang diskusi untuk menambah wawasan, saling berkomunikasi, membandingkan, mengklarifikasikan bahkan memperdebatkan pengetahuan secara langsung. Diskusi juga sekarang bisa dilakukan melalui online, bisa zoom, WAG.Â
Sekarang banyak kelas menulis yang dilakukan secara online, jadi tidak mengganggu pekerjaan utama kita. Kita bisa belajar di mana saja, kapan saja. Meski berbayar, ikuti saja. Jangan berpikir ingin gratis, ilmu itu sangat mahal.Â
Keempat, Belajar kosakata dari KBBIÂ
Belajar kosakata ada tiga cara yaitu, sesekali bisa membaca dari buku KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), membaca tulisan penulis best seller, cara lain belajar kosakata adalah menggunakan kembali kosakata yang telah dipelajari.
" Terkadang, kata yang paling sederhana adalah yang paling indah, juga paling efektif."Â [Robert Cormier]