Soto, gorengan, sate usus, ceker goreng, teh, sewu mawon. Sebuah spanduk terpampang di depan gerobak mini. Itu artinya semua makanan dihargai hanya seribu.
Tulisan sewu mawon itu yang menjadi perhatian orang yang lalu lalang, terutama para pecinta gowes. Seperti apa sih soto dengan harga sewu mawon? Sewu mawon artinya seribu saja.
Terletak di tikungan Jalan Abdurrahman, dua orang pemuda, mungkin usianya sekitar 20 atau 22 tahun, sibuk menyiapkan makanan. Yang satu meracik soto di mangkuk kecil. Sementara pemuda satunya menggoreng tempe, tahu isi, ceker goreng. Mereka sangat kompak.
Kita tahu untuk membuat soto ayam banyak bahan-bahan yang harus disiapkan, topingnya pun renik-renik, belum lagi harga beras, daging ayam. Pada umumnya pedagang akan menjual dengan harga lima ribu.
Dengan harga murah, soto ini bukan berarti murahan, rasanya cukup enak. Terbukti banyak pengunjung yang antri ingin menikmati soto ayam. Tikar ukuran besar digelar di trotoar sudah penuh oleh orang-orang yang asyik makan. Mangkuk kecil sebagian masih dicuci.
Ya ... soto itu disajikan di mangkuk kecil. Mungkin bagi yang sedang tidak diet, makan dengan ukuran mangkuk kecil tidak kenyang, tetapi kita bisa pesan sesuai kebutuhan. Bagi pecinta diet seperti aku, makan soto dengan mangkuk kecil, tempe goreng dua, sudah cukup. Jadi kalau ditotal, sarapan pagi ini hanya tiga ribu rupiah, sangat minimalis di dompet.
"Sotonya dua, Mas!" kata seseorang yang baru turun dari motornya.
Mas Sugianto, nama penjual soto sewu mawon, berdiri sambil menjawab bapak tadi.
"Habis, Pak, maaf."Â
Aku tertarik untuk kepoin lagi setelah tadi tahu namanya.