Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluh Kesah, Apa Ruginya?

21 November 2020   17:24 Diperbarui: 21 November 2020   17:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Capek, dech"

Itulah ungkapan yang sering kita dengar ketika mengeluh pada seseorang.

Mengeluh, mengeluh sebenarnya adalah hal yang sering dilakukan manusia, dan itu adalah kelemahan manusia. Menurut ahli kejiwaan, mengeluh merupakan salah satu bentuk "coping mechanism" untuk menghilangkan stres, seperti kecemasan atau rasa takut. Namun, keluhan yang dikeluarkan secara berlebihan bisa menjadi pertanda negatif dari kesehatan mental seseorang.

Berkeluh kesah juga akan menambah beban, membuang tenaga, waktu, pikiran, juga buang kuota. Bayangkan dengan mengeluh kita akan chatingan berjam-jam, dengan mengeluh kita akan buat video nangis berjam-jam dan dikirim kepada kawan.

Pesan singkat dari Pak Cah dalam buku The Butterfly Effect, Jika ingin mengeluh, lakukan kepada Allah, bukan kepada makhluk. Nabi Ya'qub ketika menghadapi kesedihan berupa kehilangan putranya, Yusuf, maka Nabi Ya'qub mengadukan kesedihan kepada Allah, "Dia (Ya'qub) menjawab, 'sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku'" (QS. Yusuf; 86).

Maka, mari mulai sekarang kita hilangkan keluh kesah, megeluh atau entah apalagi namanya. Ubah, semuanya menjadi syukur. Karena bersyukur adalah kunci kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup ini. Bersyukur artinya selalu bahagia dengan apa yang diberikan Allah Swt kepada kita. Konsep syukur telah dijelaskan oleh Allah Swt dalam Alquran surat Ibrahim ayat 7, yang artinya;

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim [14]: 7). 

Kita sudah sering mendengar ayat di atas dibacakan dalam berbagai acara keagamaan. maupun ceramah yang mengisyaratkan perintah Alquran untuk bersyukur. Sudahkah selama ini kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari?

Bersyukur bukan saja diucapkan, namun harus ada pengakuan dari hati, dilakukan dengan perbuatan melalui anggota tubuh.

Semoga ulasan sederhana dan sedikit ini, kita semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Juga mampu menguatkan kita menjadi hamba yang mau dan tulus secara sadar mengucapkan terimakasih pada Tuhan yang telah memberi hidup juga memanfaatkan nikmat-nikmat tersebut kepada sesama makhluk-Nya. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun