Artinya: "Adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya." Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)".
Penegasan-penegasan perlu dipertanggung jawabkan dengan penegasan terdahulu diatas bahwa ada perbedaan anatar kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Dan bahwa tidak selama mengajar salah satu akan dengan sendirinya menghasilkan yang lain. Tapi memang ada dan banyak, prilaku lahir dan batin manusia yang membawa akibat pada adanya pengalaman kebahagiaan atau kesengsaraan duniawi dan ukhraawi sekaligus. . (Hamim, 2016)
Dalam upaya meraih kebahagiaan, sering kali kita keliru dalam membedakan mana kesenangan dan mana kebahagiaan. Hal ini mengakitbatkan kita terjebak pada kesenangan yang tidak membawa kebahagiaan. Untuk itu kita harus dapat membedakan dengan baik antara kesenangan dan kebahagiaan. Tidak semua kesenangan membawa kebahagiaan.
Sudah sering kita temukan fakta-fakta bahwa orang-orang yang secara umum dianggap bahagia, malah tidak merasa bahagia. Contohnya artis-artis terkenal yang malah setres karena tidak memiliki kehidupan pribadi yang normal akibat ketenarannya sendiri, seorang politikus yang malah menjadi sakit jiwa karena bangkrut akibat kalah kampanye, atau seorang konglomerat kaya raya yang merasa depresi tidak bahagia karena keluarganya berantakan kurang erhatian dan kasih sayang. Pemenuhan kesenangan untuk mencapai kebahagiaan ini justru yang menjadi salah satu penyebab utama rusaknya moral masyarakat.
Kesenangan berdimensi horizontal, sedangkan kebahagiaan berimensi horizontal dan vertikal. Orang masih bisa mengurangi anatomi kesenangan yang diperolehnya, tetapi ia akan susah mengungkap rincian kebahagiaan yang dirasakannya. Air mata bahagia merupakan wujud ketidakmampuan seseorang dalam mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Sehingga wajar jika para hujjaj ( orang yang melaksanakan haji) seringkali menangis tidak bisa mengungkapkan dan enerangkan kenapa bisa menangis di lokasi-lokasi tertentu seperti didepan ka'bah, maqam Rasulullah SAW dan tempat-tempat seputar masjidil Haram. Karena kebahagiaan yang dialami tersebut berdimensi vertikal, dan spiritual.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H