Mohon tunggu...
Sri RetnoAnjani
Sri RetnoAnjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Mengenai hobi bisa dikatakan juga rutinitas saya setiap hari yaitu olahraga aerobik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Menyempurnakannya

26 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 26 Mei 2024   10:16 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama dijalan, Delina tidak habis pikir dengan argumennya saja. Alhasil Delina mengambil kesimpulan bahwa Gadis Kecil ini bisa diajak kerja sama agar sama-sama sabar menunggu kabar dari keluarganya. Delina juga merasa keputusannya benar untuk segera meminta bantuan, setidaknya Delina menggunakan kesempatannya untuk menolong gadis kecil itu dengan segera.

Dan benar saja Ibu Delina sedang duduk dengan ekspresi yang sedikit cemas itu untuk menunggu Delina. Penglihatan ibu Delina langsung tertuju pada jualan yang dibawanya. Secara tidak langsung, Ibu Delina berpikir bahwa sepertinya ada yang aneh. Ditambah lagi dengan Delina yang menggandeng si gadis kecil itu. Tetapi sebelum Ibu Delina mengungkapkan pertanyaannya, Delina sudah lebih dulu menjelaskan. Delina berusaha memenangkan ibunya yang masih kelihatan bingung itu dengan mengajak ibunya duduk dilantai depan kelas sekolah. Anehnya, gadis kecil itu tidak takut jika bertemu orang baru yang tidak mengenalinya, "Kenapa dia seakan mudah mempercayai orang ya? apa ga takut kalau dia tidak kami pulangkan ke keluarganya" kata-kata yang terbesit didalam pikiran Delina.

Sempat gadis kecil itu memegang perutnya dan tatapannya melihat sorot mata Delina. Tentu saja, Delina mampu memahaminya pasti gadis kecil ini belum makan, ataupun sedang kelaparan. "Bu aku baru ingat aku tidak memberikan makanan atau minuman apapun dari tadi ke gadis kecil ini" sanggahan dari Delina diakhir penjelasan tentang apa saja yang terjadi hari ini.

Ibunya berkata "Ibu bisa memahaminya del.. yasudah kalau begitu, untuk sementara ini kita bawa aja gadis ini ke rumah kita. Kita lanjut besok aja lagi, sudah petang begini biasanya kita dirumah uda mempersiapkan dagangan buat besok"

"Tapi bu, kenapa tidak ini malam saja kita langsung menelefon keluarganya?"

Dengan singkat ibu Mirna berkata "Besok aja lagi ya nak"

Sampai dirumah, ternyata dugaan Delina benar. Ibunya sedang menahan sakit, itulah mengapa bu Mirna menjawab seakan langsung menyimpulkan saja. Memperhatikan hembusan nafas Bu Mirna yang sudah tertidur dengan lelap dan gadis kecil disampingnya pada malam itu membuat Delina termenung. Doa dan usaha juga sudah dilakukan Delina. Uang hasil jualannya di sekolah, beberapa sudah disisihkan untuk biaya pengobatan bu Mirna. Tetapi tetap saja Delina merasa gagal dan belum bisa membawa ibunya ke Rumah Sakit. Matahari sudah terbit, Delina lebih dulu pamit untuk pergi duluan kesekolah sementara bu Mirna dan gadis kecil akan menyusul. Dengan ekspresi terkejut, sesampainya disekolah Delina dihadang oleh sepasang suami istri. Sontak Delina yang masih baru saja sampai itupun langsung diberi pertanyaan "Dimana lydira?" Delina yang tidak tau menau itupun memberikan respond singkat. "Lydira siapa pak?" ucap Delina (sambil meletakkan sepeda).

Pandangan suami istri itu berubah kearah pagar sekolah, melihat bu Mirna yang sedang menggayuh sepeda itu dengan membonceng gadis kecil. "Anakkkuuuu" (teriak suami istri itu secara bebarengan).

Layaknya seperti orang tua pada umumnya yang kembali bertemu anaknya, kedua orang tua Lydira menangis. Ucapan syukur Bu Mirna dan Delina dengan mata berkaca-kaca yang menandakan haru itupun tak bisa berkata-kata apapun lagi. Melihat Bu Mirna dalam keadaan pucat, Ibunya Lydira bertanya "Bu, ibuu sedang sakit?" Bu Mirna menggelengkan kepalanya. Ibunya lydra pun tidak mempercayai hal itu, dalam penglihatannya saja Bu Mirna sudah tampak lemas. Tanpa membalas sepatah kata apapun, Ibunya Lydira langsung sigap mempersilahkan Bu Mirna dan Delina masuk kedalam mobil. Anak dari Ibunya Lydira yang berprofesi sebagai bidan itu pun langsung memeriksa keadaan Bu Mirna. Ibunya Lydira memberi pesan ke Bu Mirna "Bu, kalau ibu merasa kesehatan ibu menurun, langsung datang aja kesini ya bu. Anak saya akan memeriksa ibu, tanpa ibu harus membayar obat-obatnya. Sampai kapanpun", tegasnya.

Ucapan terimakasihpun sama-sama dilontarkan dari Bu Mirna maupun Ibunya Lydira. Mengetahui hal tersebut, Delina berangan "Sepertinya aku juga harus berterimakasih kepada ibu yang didepan toko sepatu waktu itu, berkat dirinya kedua orang tua dari Lydira tau keberadaanku dan menjemput anaknya". Ada suatu hal dari Lydira yang ibu dan ayahnya tidak mengerti kenapa ia pergi dari rumah. Kedua orang tuanya belum bisa memastikannya, tetapi Lydira tidak akan pergi dari rumah jika tidak berkaitan dengan keluarga. Kedua orang tua, kakak maupun abang Lydirapun belajar dari hal ini, agar keluarganya menjadi keluarga yang lebih harmonis dan memberikan kasih dan perhatian yang lebih untuk Lydira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun