Mohon tunggu...
Sri RetnoAnjani
Sri RetnoAnjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Mengenai hobi bisa dikatakan juga rutinitas saya setiap hari yaitu olahraga aerobik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Penggunaan Bahasa Baku dalam Lingkungan Pendidikan: Mengatasi Problematika Bahasa Indonesia

11 April 2024   11:05 Diperbarui: 11 April 2024   11:13 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang lahir karena suatu keputusan dan perencanaan. Ketika kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Bahasa Indonesia pun resmi menjadi bahasa nasional dalam arti yang sesungguhnya. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pemerintahan dan administrasi yang digunakan di dalam situasi formal seperti pidato, penulisan serta bahasa di media massa resmi seperti televisi, radio, koran dan majalah serta buku-buku. Bahasa formal merupakan bahasa yang digunakan sebagai media komunikasi di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi serta acara-acara resmi lainnya. Naskah proklamasi kemerdekaan adalah dokumen resmi pemerintah pertama yang ditulis dalam Bahasa Indonesia.

Belajar Bahasa Indonesia sejak dini itu penting. Ini karena Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat penting yang tidak bisa diabaikan. Ini juga memainkan peran penting dalam pendidikan, yang membantu anak-anak mengembangkan kemampuan mereka. Ejaan Bahasa Indonesia disempurnakan (EYD) menuntut penggunaan kaidah bahasa yang tepat agar dianggap bahasa yang baik. Menciptakan satu bahasa sangat penting untuk menciptakan komunikasi antar daerah di Indonesia. Orang-orang yang tinggal diberbagai wilayah negara menggunakan berbagai bahasa untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Sebagian besar pada mahasiswa juga masih menggunakan bahasa campuran seperti bahasa daerah dan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa Indonesia masih dianggap tidak baku karena banyak yang tidak memahami kata dan frasa bahasa Indonesia baku. Hal ini disebabkan kebiasaan menggunakan bahasa campuran dan kurangnya pemahaman terhadap kata baku Bahasa Indonesia. Kata baku dalam Bahasa Indonesia harus diajarkan dan diterapkan sejak dini pada masa kanak-kanak. Hal ini penting karena kemajuan teknologi dalam pendidikan (Husniyah, 2022).

Kata baku Bahasa Indonesia penting karena memberikan dasar untuk mempelajari kosa kata tambahan. Penggunaan kata-kata standar setiap hari membantu peserta didik memahaminya dengan lebih baik. Ini karena semakin banyak mereka digunakan, semakin banyak kosa kata mereka peroleh. Muncul masalah dalam memahami kata-kata yang berbeda karena kurang memahami kata-kata standar dan non-standar. Hal ini terjadi karena sebagian masih menggunakan bahasa sehari-hari tanpa memahami perbedaan kata baku dan tidak baku. Ini mengarah pada akibat mencampur kata-kata mereka ketika mempelajari kosa kata baru.

Semakin berkembangnya waktu, maka pemakaian Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa lain selain Bahasa Indonesia, seperti bahasa asing dan bahasa gaul lainnya. Masyarakat menganggap kalau tidak mengerti bahasa tersebut berarti masyarakat tersebut tidak kekinian. Bahasa-bahasa lain ini makin meraja di kalangan masyarakat bahkan tak jarang banyak orang berpendidikan pun menggunakan bahasa-bahasa lain ini, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan baik dalam waktu formal maupun non-formal mengakibatkan penggunaan Bahasa Indonesia menjadi tidak baik dan tidak benar.

Dalam Bahasa Indonesia, bahasa baku yang berpedoman pada PUEBI menempati posisi sebagai ragam H atau Tinggi (T). Sedangkan bahasa tidak baku dan bahasa daerah menempati posisi sebagai ragam L atau Rendah (R). Akan tetapi, dalam beberapa situasi tuturan, penggunaan kata ganti orang pertama yang sebelumnya digunakan secara formal kemudian bergeser menjadi situasi informal (misalnya: saya-aku dan anda-kamu) dikategorikan juga sebagai peristiwa diglosia. Hal ini disebabkan karena dalam tuturan seperti itu telah terjadi pergeseran situasi. Meskipun /saya-aku/ atau /anda-kamu/ merupakan kata baku yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, setiap kata tersebut menempati fungsi yang berbeda untuk membentuk situasi yang berbeda pula. Oleh karena itu jika pilihan kata tersebut digunakan secara bersamaan dalam satu situasi, maka dapat dikategorikan sebagai peristiwa diglosia.

a. /Anda-kamu/

Dalam proses belajar mengajar para mahasiswa berupaya menciptakan situasi seformal mungkin. Akan tetapi beberapa kali dalam proses diskusi dan tanya jawab, sering ditemukan penggunaan kata /anda/ dan /kamu/ ini digunakan dalam satu situasi. Misalnya seperti pada kalimat, "Baik. Saya akan coba menjawab pertanyaan Anda tadi. Sebenarnya kurang tepat jika kamu mengatakan bahwa latar belakang karya ilmiah itu harus bertele-tele dan panjang..."

Dalam kutipan kalimat tersebut, situasi formal telah diciptakan sedemikian rupa oleh tiap penutur. Akan tetapi, salah satu penutur melakukan pergeseran situasi dengan menggunakan pilihan kata yang berbeda fungsi, yakni kata /kamu/. Padahal, dalam komunikasi sebelumnya, penutur menggunakan kata /Anda/ untuk menyebut kata ganti orang kedua tunggal.

 b. /Saya-aku/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun