Mohon tunggu...
Sri Rahayuni
Sri Rahayuni Mohon Tunggu... Guru - Womanprener

Aku berfikir maka aku berdzikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fase-fase Kehidupan Rasulullah

9 Februari 2020   08:06 Diperbarui: 9 Februari 2020   08:04 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shollu'ala Nabi..yaa ayyuhalladziina aamanuu shollu 'alaihi wasallimu tasliimaa.Sengaja saya buka tulisan ini dengan bersalawat terhadap beliau, semoga keberkahan dan ilmu yang beliau ajarkan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ditulisan-tulisan sebelumnya biasa saya menulis tentang kegelisahan saya terhadap bangsa, fenomena berbangsa dan bernegara, namun kali ini saya menarik untuk menulis tentang kehidupan Nabi yang mesti kita tiru.

Rasulullah adalah makhluk utusan Allah yang tidak diragukan lagi keimanan dan ketaqwaannya. Beliau mampu membawa islam dari zaman biadab ke yang lebih beradab.

Ada satu kajian materi menarik yang saya dapatkan di Komunitas yang  dirintis bersama teman-teman mahasiswa. Yaitu di Rumah Karya Mahasiswa. Kajian ini membahas tentang bagaimana Rasul hidup dan fase apasaja yang beliau hadapi selama hidupnya. Tulisan ini mungkin terbilang sederhana dan ringan, akan tetapi mengamalkannya itu yang berat.

Langsung saja ke pembahasan inti, bahwa ada lima fase kehidupan Rasulullah SAW diantaranya yaitu :
1. Fase Yatim
2. Fase Pengembala
3. Fase Berdagang
4. Fase Menikah
5. Fase Guahira

Fase Yatim adalah fase dimana Rasul tidak punya apa-apa, orangtua, keluarga dekat, sejak kecil ia tak mengenal bapaknya, ia diasuh oleh paman dan kakeknya. Maksud dari fase ini manusia sekarang seharusnya bisa seperti Rasul dalam artian melewati fase yatim dengan tidak menggantungkan diri kepada orangtua, berjihad keluar dari zona orangtua.

Caranya bisa dengan mesantren atau menuntut ilmu di perantauan. Karena Ada hadist mengatakan "Barang diapa yang keluar mencari ilmu, maka berada dijalan Allah sampai ia kembali."(HR.Tirmidzi)

Yang kedua itu adalah fase pengembala. Kambing itu kalau dijual harus sudah sesuai dengan harga jual. Artinya di fase ini manusia harus digodok ilmu dan pengetahuannya dengan matang agar ketika terjun di masyarakat sudah matang pemikirannya sehingga ketika diminta fatwa tidak akan ragu untuk mengambil suatu kesimpulan dan keputusan, fase inilah yang nanti akan membentuk manusia yang bermanfaat.

Ketiga adalah fase berdagang. Rasul jika berdagang itu beliau bisa menaklukan bosnya, contohnya Rasul mampu menaklukan Siti Khadijah jatuh cinta terhadapnya. Manusia sekarang juga harus seperti itu, jika ingin barokah maka berdaganglah, jika bekerja maka tanamlah bibit kejujuran, ulet, disiplin dan profesional agar dipercaya oleh orang disekeliling kita.

Keempat yaitu fase menikah. tidak ada lagi harapan lain selain menikah, Rasul menyegerakan menikah menjadikannya sebuah cita-cita yang mulia, tidak ada istilahnya dengan menyegerakan menikah akan menghalangi cita-cita justru dengan menikah semua cita-cita akan lebih mudah digapai, karena yang meridoi langkah kita dalam berjalan tidak hanya rido orangtua dan Allah akan tetapi bertambah dengan rido pasangan.

Yang terakhir adalah fase guahira. Disini adalah fase pematangan, jadi menikah itu tidak harus matang dan mapan, tetapi diyakini saja bahwa fase pematangan itu ada setelah menikah, karena Nabipun diangkat menjadi Rasul setelah menikah, derajat Nabi semakin mulia setelah menikah. Kehidupan semakin berkah setelah menikah.

So... Mari kita menjadi manusia yang produktif, menurut Imam Syafii bahwa ilmu itu bukan yang dihafal, tetapi yang memberi manfaat. Jangan membuang waktu dunia yang singkat ini dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, jadilah manusia yang bermanfaat dimanapun berada, bentengi diri dengan keimanan dan ketaqwaan, semoga kita bisa mengimplementasikan apa yang Rasululah ajarkan.

-Nende Sri Rahayuni-
    Pecinta Solawat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun