Semakin berkembangnya era digital, telah membawa interaktivitas yang melampaui batas fisik dalam dunia pers. Zaman sekarang, seluruh berita dikemas dan disajikan ke berbagai format yang interaktif.
Selain melalui media online, media juga berinovasi media sosial mengikut arus perkembangan zaman. Banyak masyarakat yang beralih ke layanan media sosial seperti Instagram dan TikTok.
Tentunya, masyarakat sekarang bukan hanya 'menerima' informasi saja. Melainkan juga dapat 'membuat' informasi yang bisa dibagikan kepada orang lain. Informasi disajikan secara digital dan eksistensi jurnalis tradisional bersaing dengan para content creator di  berbagai platform.
Lalu siapa saja yang bisa menjadi content creator? Pada dasarnya siapa saja berhak untuk menjadi content creator, karena content creator pun lahir dari adanya kreativitas yang membuat audiens bersedia menikmati konten yang dibuat.
Content creator memiliki power yang besar dalam dunia media sosial. Informasi yang mereka sebarkan banyak bersifat hiburan dan juga informasi. Munculnya content creator sebenarnya menjadi nuansa segar untuk dunia informasi, Namun, mereka tetap membawa sejumlah tantangan bagi para jurnalis yang sudah lama bergelut dengan dunia informasi.
Bertambahnya jumlah konten yang diproduksi oleh individu, menciptakan persaingan yang sengit dengan media tradisional. Meskipun hal ini mendorong inovasi, di sisi lain dapat mengancam pekerjaan jurnalis.
Semakin meningkatnya jumlah pembuat konten di ranah media sosial, masyarakat akan cenderung menerima berita dengan format yang lebih ringan. Ini menjadi salah satu tantangan jurnalis, dimana jurnalis sering menyajikan berita secara mendalam.
Dalam perkembangannya, definisi content creator pun semakin luas. Seseorang bisa saja disebut content creator jika ia mampu memproduksi konten. Selain itu, mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya. Seorang content creator dituntut untuk selalu update dengan perkembangan tren. Mereka juga dituntut untuk multi-tasking, baik untuk hard skill maupun soft skill. Content creator pun harus selalu konsisten dalam berkarya.Â
Namun tetap saja jurnalis dan content creator adalah dua profesi yang berbeda. Kedua profesi ini satu sama lain tidak saling mencampurkan pekerjaannya. Tentunya muncul tantangan bagi para jurnalis semenjak hadirnya content creator.Â
Content creator yang bekerja dibawah tekanan waktu, sering kali menyampaikan informasi berdasarkan kecepatan daripada kualitas. Kecepatan disini merupakan upaya content creator untuk menghasilkan berita atau konten yang segera viral dan mendapatkan keuntungan dari tren terbaru. Muncul tantangan ketika kecepatan ini mengalahkan kebutuhan dan bertentangan dengan prinsip jurnalisme, yang menekankan pentingnya verifikasi dan pemberitaan yang teliti.
Seorang content creator dapat menyajikan informasi dengan sangat beragam. Content creator yang mengutamakan kecepatan, seringkali membagikan informasi tanpa standar jurnalisme. Hal ini dapat merugikan kredibilitas media secara keseluruhan. Terutama content creator membagikan informasi entah secara profesional ataupun konten yang dibuat dengan tujuan hiburan atau opini.