Kebanyakan masyarakat Bali memang bangga akan budayanya tetapi saya tidak akan memungkiri bahwa di balik itu semua, ada banyak pengorbanan, konflik batin, tekanan dan kadang bahkan intimidasi yang sangat jarang dibahas di media nasional.
Saya tidak akan memungkiri bahwa beberapa kali saat saya membaca tentang konsep Syariah yang saya temui produk – produk reksadana atau KPR, terkadang saya masih dipenuhi asumsi negatif.
Akan tetapi mengingat saya tahu rasanya menjadi seorang anggota masyarakat yang pulaunya dan agamanya sering menerima penghargaan dan pujian di luar negeri tetapi malah sering difitnah, dihujat, dilecehkan, dan dihina di negaranya sendiri padahal kenyataannya tidak selalu seperti apa yang dituduhkan, saya pun memutuskan untuk belajar bersikap terbuka sebelum menghakimi ajaran agama lain.
Saya tahu dan sadar bahwa saya tidak menghargai diperlakukan seperti itu jadi saya pun tidak boleh memperlakukan agama lain seperti ini.
Ternyata apa yang saya pelajari tidak selalu seburuk yang saya bayangkan dan yang dikhawatirkan kebanyakan warga masyarakat Bali selama ini.
Terakhir, saya ingin menyampaikan bahwa predikat kota Islami yang diberikan kepada kota Denpasar tidak membuat saya tersinggung ataupun khawatir jika hal ini dianggap sebagai upaya mensyariahkan kota kami.
Saya berani mengatakan hal tersebut karena saya merasa bahwa penghargaan tersebut diberikan oleh karena warga masyarakat Muslim menilai ibu kota kami dan warganya sudah mengimplementasikan dan menunjukkan perilaku – perilaku positif yang universal yang tidak hanya diajarkan dalam agama Hindu saja akan tetapi agama Islam juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H