Baru saja saya menonton film yang dibintangi oleh Teo Yoo dan Greta Lee. Film sudah tayang beberapa waktu lalu. Film berjudul Past Lives ini merupakan film Amerika yang disutradarai oleh Celine Song.Â
Mengambil latar belakang di Korea, film ini mengisahkan tentang dua orang yang sudah bersahabat sejak kecil yaitu Hae Sung (Teo Yoo) dan Nora (Greta Lee)Â dan memiliki perasaan suka satu sama lain. Namun keduanya harus berpisah karena Nora harus pindah ke Kanada untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang penulis.Â
Keduanya pun menjalani kehidupan masing-masing tanpa mengabari satu sama lain. Seolah sudah saling melupakan. Namun suatu hari Nora secara iseng dan menemukan akun milik Hae Sung.
Dari situ ia pun mencoba mengirim pesan dan akhirnya mendapat balasan. Setelah itu mereka saling bertukar kabar setelah 12 tahun lamanya.
Mereka saling mengabari melalui panggilan video Skype tentang kehidupan masing-masing. Hampir setiap hari mereka berkomunikasi lewat panggilan video. Kenangan masa kecil itu pun tumbuh kembali. Mereka saling menceritakan apa yang mereka lakukan dan lalui selama ini.Â
Meski hanya melalui panggilan video keduanya seolah merasa nyaman dan melengkapi. Namun keduanya belum juga menyatakan perasaan masing-masing. Hingga suatu hari, Nora meminta Hae Sung untuk tidak mennghubunginya lagi.
Ya, Nora meminta untuk break dari hubungan yang entah apa namanya itu karena ingin fokus menjadi seorang penulis. Keduanya kembali berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing.Â
Tentang cinta dan takdir yang tidak menyatukanÂ
Dulu saya berpikir bahwa cinta itu sederhana. Jika saling mencintai dan menyukai maka dua orang bisa bersatu. Cukup dengan cinta maka dua orang bisa berakhir bahagia. Faktanya tidak sesederhana itu.Â
Itulah yang diangkat dari film Past Lives di mana cinta saja tidak cukup untuk menyatukan dua orang yang memiliki perasaan sama. Ketika melihat Hae Sung dan Nora, sebagai penonton kita bisa melihat bahwa keduanya saling menyukai.
Namun mengapa mereka akhirnya berpisah. Jujur sebagai penonton agak gregetan juga sih mengapa dua orang yang saling menyukai namun tidak mau mengakui dan akhirnya justru berpisah.Â
Setelah break tersebut, Nora yang mengejar impiannya sebagai penulisan akhirnya bertemu dengan Arthur (John Magaro)Â dan menikah dengannya. Sedangkan Hae Sung sempat menjalin hubungan namun tidak berhasil.Â
Suatu hari tiba-tiba Hae Sung ingin bertemu dengan Nora setelah tidak pernah bertemu secara langsung selama 24 tahun. Hae Sung ingin mengunjungi Nora dan suaminya di Amerika.Â
Nora juga menceritakan hal tersebut kepadanya suaminya, yang mengijinkannya untuk bertemu dengan sahabat masa kecilnya tersebut. Akhirnya keduanya sepakat untuk bertemu di suatu tempat. Nora menemui Hae Sung sendiri dan mengajaknya berjalan-jalan sambil bercerita tentang banyak hal.
Pertemuan tersebut tentu menjadi pelepas kerinduan setelah 24 tahun tidak pernah bertatap muka secara langsung. Keduanya membagikan kisah dan bercerita tentang banyak hal. Keduanya kembali bernostalgia sambil mengenang ksiah masa kecil mereka.Â
Tatapannya keduanya tidak bisa berbohong. Ada rasa yang tidak bisa ditutupi, namun keduanya menyadari bahwa takdir keduanya tidak bisa menyatukan mereka. Nora sepenuhnya menyadari bahwa apa yang terjadi padanya adalah sebuah takdir yang dalam bahasa korea disebut In yun. Di mana semuanya sudah diatur oleh takdir.Â
Meski Nora dan Hae Sung memiliki saling mencintai namun takdir tidak menyatukan mereka. Keduanya harus merelakan perasaan masing-masing dan menjalani kehidupan yang berbeda.Â
Keduanya akhirnya memutuskan untuk berpisah dan tetap berhubungan baik. Hae Sung menanyakan kepada Nora bagaimana jika Nora tidak pergi ke Amerika. Apa yang akan terjadi?
Jawaban Nora membuat Hae Sung lega dan memahami serta ia bisa menerima takdirnya.
Film tentang kisah cinta yang realistis
Kisah Nora dan Hae Sung mungkin pernah dialami oleh sebagian atau banyak orang di dunia ini. Kisah mereka merupakan kisah cinta yang relate dengan kehidupan nyata.Â
Di mana terkadang perasaan cinta saja tidak cukup untuk membuat orang bersama. Dari Nora dan Hae Sung kita belajar bahwa takdir memiliki peran yang sangat penting dalam dunia percintaan kita. Sebesar apapun kita mencintai seseorang jika takdir tidak mengijinkan maka seribu cara kita bisa berpisah dengan orang yang kita cintai tersebut.Â
Karena itulah terkadang kita memilih seseorang yang tidak kita cintai tapi kita merasa yakin dan memantapkan hati untuk menghabiskan waktu bersamanya. Seperti Nora yang akhirnya memilih Arthur untuk menjadi pasangannya.
Ada banyak kondisi dan situasi yang mempengaruhi keberhasilan kisah cinta seseorang dan itu adalah bagian dari takdir. Menonton Past Lives ini akan membuat kita tersadar bahwa untuk bersama dengan seseorang cinta saja tidak cukup. Kita membutuhkan orang yang memiliki visi dan misi yang sama untuk hidup bersama di sisa waktu kita.Â
Cinta dan takdir saling berhubungan dan melengkapi. Jika takdir tidak mengijinkan maka cinta itu juga akan terpisahkan. Kita tidak bisa menyalahkan takdir karena itu adalah pilihan yang telah kita buat.Â
Seperti Nora yang memilih untuk menikah dengan Arthur dan mengubur perasaannya dengan Hae Sung. Meski perasaan itu masih ada namun ia memilih untuk merelakannya karena itu adalah pilihanya. Begitu pula Hae Sung yang sudah merelakan Nora bersama dengan suaminya. Karena ia menyadari takdirnya dengan Nora berbeda.Â
Film Past Lives, film yang sederhana namun menggambarkan realita yang ada di dunia nyata. Film ini menggambarkan kisah cinta yang realistis di mana seseorang tidak selamaya memiliki seseorang yang ia cintai. Membuat kita belajar untuk kehilangan seseorang yang sangat kita sayangi.
Berdurasi 1 jam 45 menit kita benar-benar disuguhkan perjalanan cinta yang realistis yang terasa dekat dengan dunia nyata. Atau justru kita pernah mengalaminya sendiri. Mengangkat dan menyajikan kisah yang sederhana film ini berhasil membuat penonton larut dalam kisah cinta yang realistis antara Nora dan Hae Sung.Â
Meski tidak berakhir manis, namun kisah keduanya memberikan kesan yang begitu mendalam bagi penonton. Mengajarkan pada penonton untuk menerima dan merelakan takdir yang sudah dituliskan.
Ya, film ini benar-benar menggambarkan bahwa cinta itu tidak harus memiliki. Seberapa pun besar cinta kita pada seseorang pada akhirnya takdir lah yang menentukan.Â
Terima kasihÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H