Mohon tunggu...
Sri Pujiati
Sri Pujiati Mohon Tunggu... PNS - Nothing

Jepara, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lebaran Idul Fitri, Belajar untuk Menahan Pertanyaan Klasik yang Bisa Mengusik

25 April 2023   13:23 Diperbarui: 25 April 2023   20:11 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen Idul Fitri selalu menjadi momen yang sangat spesial bagi yang merayakannya. Karena di momen inilah keluarga biasanya berkumpul dan saling memaafkan satu sama lain. Momen lebaran menjadi momen yang ditunggu-tunggu dalam setahun ini. 

Idul Fitri menjadi salah satu waktu yang tepat untuk mengunjungi kerabat, saudarau maupun kawan lama. Karena biasanya di momen hari raya inilah kita bisa berkumpul dengan sanak keluarga dan mengunjungi tetangga untuk bersilaturrahmi. 

Tentu sangat menyenangkan bisa berkumpul dengan keluarga yang mungkin sudah lama tidak bertemu. Momen lebaran dan Idul Fitri ini bisa menjadi momen untuk melepas rindu dan menyambung tali silaturrahmi. 

Namun ketika sedang berkumpul dan memulai obrolan tak jarang dari orang terdekat kita seperti tetangga maupun keluarga yang mengajukan pertanyaan klasik yang mungkin mengusik. Mungkin niatnya baik untuk sekedar basa-basi dan memulai obrolan, namun hal tersebut justru bisa mengusik hati seseorang. 

Ketika berkunjung ke rumah keluarga yang lama sudah tidak bertemu tentu tak jarang kita mendengar pertanyaan, kapan nikah? Kapan punya anak, atau pertanyaan yang mengomentari fisik seseorang. 

Mungkin bagi orang yang bertanya pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan hal yang biasa dan basa-basi belaka, namun bagi orang yang ditanyai hal tersebut belum tentu diterima dengan biasa saja. Mengapa? Karena kita tidak pernah tahu apa yang ada di pikiran seseorang dan apa yang telah dialaminya. 

Pengalaman saya ditanyai pertanyaan klasik di momen lebaran 

Momen lebaran merupakan momen yang ditunggu-tunggu dan disambut dengan penuh sukacita. Namun bagi sebagian orang yang akan bersilaturrahmi ketika lebaran, momen tersebut bisa menjadi momen yang menakutkan. 

Karena ketika berkunjung ke rumah saudara maupun keluarga tak jarang kita mendapat pertanyaan klasik yang cukup mengusik. 

Berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami, saya juga sering mendapatkan pertanyaan klasik tentang kapan punya anak atau kok belum punya anak, kami aja udah nambah masak kamu belum? 

Pertanyaan tersebut pun sering saya dengar di momen lebaran ini. Sudah tiga kali ini di momen lebaran saya dihujani dengan pertanyaan yang sama setiap tahunnya. Saya pun hanya menanggapinya dengan senyuman. Namun jauh di dalam hati saya, ada perasaan yang tidak enak.

Hal ini karena saya sudah sering mendapat pertanyaan yang sama dari beberapa orang dan hal tersebut cukup mengusik dan merusak suasana hati saya. Lebaran yang harusnya menyenangkan dan penuh kenangan, tiba-tiba berubah setelah mendengar pertanyaan semacam itu. 

sumber:MNews.co.id
sumber:MNews.co.id

Saya tahu, pertanyaan itu memang hanya sekedar basa-basi, namun terasa menyakitkan karena terus ditanyakan secara berulang-ulang dan saya juga tidak tahu harus menjawab apa. Karena urusan anak adalah hak prerogratif sang Maha Kuasa. Jika yang Maha Kuasa belum berkenan memberi saya keturunan, saya bisa apa. 

Mereka bertanya seolah-olah hal saya dan pasangan saya melakukannya dengan sengaja. Padahal kami juga sudah berusaha dan menunggu dengan harap. 

Dalam hati saya merasa cukup terkejut namun saya mencoba menjawabnya hanya dengan senyuman. Mereka tidak pernah tahu bagaimana rasanya ditanyai pertanyaan semacam itu karena mungkin belum mengalaminya.

Ada juga tetangga saya yang juga mendapat pertanyaan kapan nikah saat berkunjung ke rumah saudaranya. Dia juga mengaku jengkel dengan pertanyaan semacam itu. Karena menurutnya jika sudah waktunya juga dia akan menikah. Nggak perlu harus ditanya terus menerus. 

Urusan menikah dan punya anak adalah urusan yang Maha Kuasa jika Dia berkehendak pasti tidak ada yang mustahil. Namun sebagian orang sepertinya belum menyadari bahwa mengajukan pertanyaan klasik semacam itu bisa membuat mood seseorang berubah dan menyakiti perasaannya. 

Belajar pengalaman dan belajar menahan untuk tidak mengajukan pertanyaan klasik di momen lebaran 

Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya bagaimana saya mendapat pertanyaan klasik setiap tahunnya, saya pun belajar untuk tidak mengajukan pertanyaan yang sama ke orang lain. 

Saya tahu bagaimana rasanya mendapat pertanyaan semacam itu yang membuat hati saya menjadi tidak enak. Saya pun belajar untuk tidak melakukan hal yang sama kepada orang lain. 

Saya pernah mengalaminya dan tahu bagaimana rasanya, jadi saya tidak ingin melakukan hal itu kepada orang lain. Sebisa mungkin saya menahannya. Momen lebaran ini menjadi momen belajar bagi saya untuk tidak mengungkit pertanyaan klasik kepada orang lain. Baik itu tentang fisik maupun tentang hidup mereka. 

Ada banyak pertanyaan lain yang bisa digunakan untuk sekedar basa-basi. Misalnya saja menanyakan perjalanan yang mereka lalui untuk kesini. Atau sudah mengunjungi siapa saja. Atau pertanyaan lainnya yang tidak menyinggung masalah fisik atau pertanyaan klasik. 

Jangan sampai momen lebaran ini kita rusak dengan pertanyaan yang mungkin dianggap sepele bagi sebagian orang, namun bagi sebagian lainya hal tersebut menjadi momok yang menakutkan. Karena kita tidak pernah tahu dampak dari pertanyaan yang kita ajukan itu bisa begitu membekas bagi seseorang. Untuk itu, kita harus belajar menahan diri agar tidak mengajukan pertanyaan klasik kepada seseorang, apalagi di depan banyak orang. 

Pengalaman yang pernah saya alami membuat saya belajar bahwa pertanyaan yang kelihatannya sepele bisa begitu berdampak pada seseorang. Karena itulah saya berusaha untuk tidak melakukan hal yang sama. 

Terkadang saat bertemu dengan saudara atau teman yang sudah lama tak bertemu, saya juga terbersit untuk mengajukan pertanyaan klasik tersebut. Namun setelah saya tahu bagaimana rasanya saya pun mengurungkannya dan mengubah pertanyaan saya agar tidak menyinggungnya. 

Basa-basi boleh saja, namun alangkah baiknya kita hindari pertanyaan klasik itu yang mungkin bisa mengusik hati seseorang. Kita bisa menggantinya dengan pertanyaan lainnya yang lebih baik dan tidak menyinggung perasaannya. Karena kita tidak tahu apa yang pernah mereka alami dan berapa kali ia mendengar pertanyaan yang sama. 

Jangan sampai karena pertanyaan klasik tersebut, seseorang menjadi enggan untuk bersilaturrahmi dan berkunjung ke rumah kita lagi.

Terima kasih semoga bermanfaat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun