Mohon tunggu...
Sri Pujiati
Sri Pujiati Mohon Tunggu... PNS - Nothing

Jepara, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Melihat Cara Mendidik Anak ala Ibu-Ibu Korea dalam Drama "Green Mothers Club"

12 Mei 2022   00:29 Diperbarui: 13 Mei 2022   14:03 1917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena pendidikan merupakan langkah untuk mencerdaskan anak bangsa. Korea Selatan merupakan salah satu negara yang bisa dibilang maju dalam hal pendidikan. Jadi tidak heran jika negara tersebut bisa menghasilkan generasi yang cerdas dan mampu bersaing secara global. 

Tema pendidikan ini juga sering diangkat dalam drama Korea. Bagaimana sistem pendidikan di sana begitu ketat dan sangat kompettitif. Sebut saja drama Penthouse, drama Sky Castle dan yang terbaru adalah drama Green Mothers Club yang saat ini masih tayang. 

Drama ini berkisah tentang ibu-ibu yang tinggal di kompleks SD Sangwe. Di kompleks ini para ibu-ibu sangat berambisi agar anak-anak mereka bisa menjadi yang terbaik di bidangnya. Lingkungan ini juga terkenal dengan sistem pendidikannya yang bagus. Jadi tidak heran jika banyak yang ingin pindah ke lingkungan tersebut karena dikenal dengan sistem pendidikannya yang bagus.

Berfokus pada lima keluarga yang tinggal di lingkungan yang sama, drama ini menggambarkan persaingan orangtua yang berusaha memberikan yang terbaik untuk masa depan anaknya. 

Keluarga yang pertama yaitu keluarga Lee Eun Pyo (Lee Yo Won), keluarga Byun Chan Hui (Choo Ja Hyun), keluarga Seo Jin Ha (Kim Gyu Ri), keluarga Kim Yeong Mi (Hye Jin Jang), dan keluarga Park Yun Ju (Joo Min Kyung). 

Awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan drama ini karena sepertinya drama ini lebih ke drama keluarga. Jadi saya berpikir agak membosankan. Namun melihat cuplikan drama ini di feed Instagram, lama kelamaan saya jadi tertarik dan penasaran. 

Jadi saya akhirnya memutuskan untuk menonton episode pertama. Ternyata dramanya memang menarik dan semakin membuat penasaran. Memang drama garapan Netflix tidak pernah mengecewakan sih. Jadi akhirnya saya memutuskan untuk menonton drama yang baru menayangkan 10 episode ini. 

Drama ini tidak hanya membuat penasaran, tetapi juga mengangkat permasalahan mengenai pendidikan dan cara mendidik anak. Mungkin hal tersebut tidak hanya terjadi di sana tapi juga di negara kita. Menonton drama ini juga membuat saya bisa belajar bagaimana cara mendidik anak yang sesuai dengan kemampuan mereka. 

sumber: diorama.suaramerdeka.com
sumber: diorama.suaramerdeka.com

Dari sini saya bsia banyak belajar tentang bagaimana ibu-ibu di sana mendidik anak mereka. Dari drama ini saya bisa mengambil pembelajaran penting bagaimana sebaiknya mendidik anak yang baik dan sesuai dengan kemampuan mereka. Berikut ulasannya

Pertama, Kecerdasan anak tidak hanya diukur dari bidang akademisnya semata

Hal pertama adalah kecerdasan anak itu tidak hanya diukur di bidang akademis saja. Karena bayak kecerdasan lainnya yang bisa dikembangkan dan setiap anak tentu memiliki kecerdasan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. 

Menurut alodokter.com ada 9 kecerdasan majemuk. Pertama yaitu kecerdasan verbal lingusitik yang melibatkan kemampuan berbahasa mulai membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna kata serta menggunakan bahasa dengan benar. 

Kedua kecerdasan logis matematis yang berkaitan dalam megolah angka matematika, dan logika untuk menemukan dan memami berbagai pola jumlah atau pola warna. 

Ketiga, kecerdasan spasial-visual adalah kecerdasan yang mengandalkan imajinasi dan senang dengan bentuk, gambar, pola, desain serta tekstur. 

Keempat adalah kecerdasan kinestetik- jasmani yaitu kecerdasan yang melibatkan kemampuan koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. 

Kemudian yang kelima adalah kecerdasan musikal, kecerdasan ini tidak hanya berkaitan dengan memainkankan alat musik atau mendengarkan lagi, tetapi mampu memahami dan membaut melodi, irama, nada, vibrasi, suara dan ketukan menjadi sebuah musik 

Selanjutnya ada kecerdasan intrapersonal yaitu memahami diri sendiri, mengetahui kekuatan, kelemahan dan motivasi diri. Kemudian ada kecerdasan interpersonal kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta memahami dan berinteraksi dengan orang lain. 

Kemudian ada kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman, hewan, dan benda-benada lain di alam serta tertarik mempelajari spesies makhluk hidup. dan yang terakhir adalah salah kecerdasan eksistensial ini merupakan salah satu dari majemuk ini membuat anak mampu mengajukan dan mencari jawaban pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia. 

Kecerdasan pada anak itu bermacam-macam dan tidak hanya terpaku pada akademis semata. Dalam drama Green Mothers Club ini, para ibu hanya terpaku pada kecerdasan anak dan tidak mengembangkan kecerdasan lainnya. 

Para ibu ini berusaha agar anak-anak mereka bisa menjadi peringkat teratas. Berbagai cara apapun dilakukan termasuk berpura-pura baik dengan orang yang tidak di senangi. 

Menonton drama ini kita diperlihatkan bagaimana pergaulan orang dewasa dalam hal ini adalah kaum ibu-ibu. Bahkan dalam di episode ketiga diberi judul "Tidak ada orang dewasa yang berteman tanpa motif". 

Hal ini terasa relate di kehidupan nyata. Di mana orang dewasa hanya akan berteman dengan mereka yang menguntungkan dan menjauhi mereka yang dianggap tidak menguntungkan. Demi pendidikan anak, mereka bahkan menghalalkan segala cara agar anak mereka bisa menjadi peringkat teratas.

Hal itulah yang dilakukan oleh para ibu-ibu dalam drama Green Mothers Club ini. Mereka akan mendekati yang bisa menguntungkan, namun ketika dianggap tidak menguntungkan akan mereka jauhi.

Kedua, biarkan anak tumbuh sesuai dengan usianya dan jangan biarkan ambisi orangtua menekan mereka 

Di dalam drama ini kita akan diperlihatkan bagaimana ambisi para ibu agar anak mereka bisa menjadi yang terbaik di antara anakyang lainnya. Kita bisa melihat bagaimana para orangtua terutama ibu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak mereka seperti memasukkan mereka ke tempat les yang bagus dan mengikutkan mereka ke berbagai perlombaan. 

Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun terlalu menekan anak-anak juga tidak baik untuk perkembangan mental anak tersebut. Kita bisa tahu bagaimana Yu-bin yang dipaksa oleh ibunya yaitu Byun Chan Hui belajar dengan keras dan mengikuti berbagai perlombaan dengan harapan bisa lolos ujian siswa berbakat menjadi begitu tertekan. 

Ketika ia menemui kegagalan karena tidak lolos ujian mentalnya pun menjadi terganggu. Padahal ia masih kecil. Namun karena ambisa orangtuanya ia tidak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan anak seusianya. 

Biarkanlah anak-anak menikmati dunianya. Jangan paksa mereka untuk belajar terlalu keras karena hal tersebut juga berdampak tidak baik untuk perkembangan mereka. Dunia anak merupakan hal yang hanya terjadi sekali seumur hidupnya. Jadi biarkanlah mereka menikmatinya. Sebagai orangtua ktia hanya perlu membimbing dan mengarahkannya. 

Dari drama ini kita bisa belajar bahwa terlalu memaksakan kehendak pada anak juga tidak baik untuk mereka. Setiap anak tentu memiliki dunianya sendiri yang ingin mereka nikmati yaitu bermain. Bermain merupakan hal yangpaling menyenangkan bagi anak-anak. Jadi jangan hancurkan dunia mereka dengan selalu menekan mereka untuk belajar dan belajar. 

Belajar juga penting, tetapi berikanlah ruang bagi anak untuk tetap bisa bermain dan menikmati dunianya. Kisah Yu Bin bisa kita jadikan contoh bahwa menekan anak dan melarang mereka untuk bermain bisa menghancurkan mental mereka. Padahal mereka masih anak-anak namun mereka harus menanggung beban yang begitu berat. 

Drama ini menyadarkan kita bahwa anak-anak juga butuh ruang mereka sendiri untuk tumbuh dan berkembang. Biarkan mereka berkembang sesuai dengan usia mereka. 

Itu dua hal penting yang bisa kita ambil hikmahnya dari cara mendidik anak-anak ala ibu Korea dalam drama Green Mothers Club. Setiap negara tentu memiliki perbedaan dalam hal mendidik anak-anak mereka. Namun yang pasti biarkanlah mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia mereka, 

Menonton drama ini menyadarkan kita bahwa anak-anak itu memiliki dunianya sendiri. Mereka tentu ingin bermain dan bermain. Kebanyakan dari mereka tentu hanya ingin bermain dan bermain. Itulah dunia mereka. 

Dunia yang tidak mungkin bisa terulang lagi. Jika kita terlalu menekannya maka anak-anak bisa menjadi pribadi yang tidak bahagia di usia mereka dan itu akan berdampak pada perkembangan mental mereka kelak. 

Sebenarnya banyak sekali pesan yang bisa diambil dari drama ini. Namun saya hanya mengambil dua hal yang saya anggap penting dan berkesan. Buat kalian yang penasaran bisa menonton drama ini yang tayang di Netflix setiap hari Sabtu dan Minggu.

Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun