Mohon tunggu...
Sri Pujiati
Sri Pujiati Mohon Tunggu... PNS - Nothing

Jepara, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mencari Jalan Pulang Sekolah yang Teduh di Musim Kemarau

14 September 2021   22:52 Diperbarui: 20 September 2021   09:00 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak sekolah yang berjalan kaki. (sumber: SHUTTERSTOCK/FamVeld via kompas.com)

Ini adalah pengalaman saya melewati masa kemarau ketika saya masih duduk di bangku sekolah. Yaitu ketika saya masih duduk di bangku SMP. 

Kejadian tersebut memang sudah berlalu tepatnya 11 tahun yang lalu. Namun kenangan di masa kemarau di masa itu masih saya ingat jelas hingga sekarang. 

Saya sekolah di SMP yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Meski sekolah saya masih satu desa namun butuh waktu 30 menit dengan jalan kaki untuk sampai di sekolah tersebut. 

Kebetulan tidak ada angkutan umum atau kendaraan umum yang bisa saya tumpangi karena memang letak desa saya lumayan terpencil. Jadi mau tidak mau saya dan teman-teman saya pun harus menempuh jarak dari ruamh ke sekolah dengan berjalan kaki. 

Setiap hari saya harus bangun lebih pagi karena saya harus berangkat lebih awal. Biasanya saya berangkat pukul 06.15 dan sampai di sekolah pukul 06.45. Jadi ada waktu 15 menit untuk menunggu bel masuk sambil beristirahat di kelas. 

Jarak yang lumayan jauh tersebut, tidak membaut saya dan teman-teman saya malas untuk pergi sekolah. Bahkan ketika musim hujan sekalipun saya dan teman saya tetap berangkat ke sekolah. 

Meski sampai di sekolah dengan seragam yang basah kuyup dan badan menggigil karena kedinginan. Namun saya tetap menjalaninya dengan semangat hingga bisa lulus. 

Udara yang panas dan sinar matahari yang menyengat terkalahkan dengan angin sepoii-sepoi dan pepohonan yang ada di sekitar persawahan. Panas yang terik pun tidak terasa. 

Perjalanan tiga puluh menit itu pun tidak terasa begitu berat. Karena kami melaluinya sambil banyak bercerita.

Sambil berjalan kaki kami banyak bercerita tentang kejadian yang ada di sekolah hari itu. Kebetulan saya dan teman saya beda kelas, jadi kami pun bercerita mengenai kejadian yang ada di kelas masing-masing. 

Mulai dari guru yang galak, ulangan yang sulit hingga gebetan dengan teman sekelas. Semuanya kami ceritakan sambil berjalan, sesekali kami bercanda dan tertawa. Masa-masa tersebut adalah masa kami yang tanpa beban. Beban terberat kami adalah ketika ulangan dan ujian akhir. 

Tiba-tiba tak terasa kami harus berpisah di persimpangan jalan. Karena rumah kami berbeda, tentu kami harus menuju rumah masing-masing. Perjalanan 30 menit itu tidak terasa. 

Kami pun tidak merasa lelah. Mungkin karena sudah terbiasa. Jadi badan kami pun sudah membiasakan diri untuk berjalan kaki selama 30 menit dari rumah menuju sekolah. 

Perjalanan di musim kemarau tersebut meninggalkan kisah tersendiri dan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Selama tiga tahun saya menjalani perjalanan dari rumah ke sekolah. 

Perjalanan yang penuh kenangan dan penuh dengan cerita. Banyak hal yang saya dan teman saya alami selama perjalanan menuju rumah ke sekolah. Atau pun sebaliknya. 

Di musim kemarau kami bisa lebih banyak bercerita karena kami bisa menikmati perjalanan. Meski terik, namun angin yang menerpa pepohonan di sekitar area persawahan membuat teriknya matahari tidak begitu terasa. Sehingga kami bisa menikmati perjalanan kami dengan banyak bercerita dan bercanda.

Sebuah perjalanan yang tidak mungkin saya lupakan, karena mengingat perjalanan tersebut saya bisa mengingat bagaimana dulu saya pernah melakukan perjalanan yang begitu panjang. Mungkin jika disuruh untuk mengulanginya sekarang, saya tidak akan sekuat dulu berjalan kaki selama tiga puluh menit. 

Dulu saya tidak pernah merasa lelah meski melakukannya setiap hari. Perjalanan yang begitu jauh tersebut tidak pernah membuat saya merasa bosan atau pun lelah. 

Dulu saya begitu menikmati setiap perjalanan menuju sekolah. Bahkan saya selalu tidak sabar menunggu hari esok tiba karena saya ingin bisa cepat sampai di sekolah. 

Meski sekolah saya sederhana, dan teman-teman saya juga biasa saja, namun saya menikmati masa-masa sekolah dengan begitu indah. Banyak kenangan yang terukir yang selalu tersimpan dalam ingatan. 

Musim hujan dan musim kemarau selalu meninggalkan kenangan tersendiri bagi saya. Musim yang berbeda selau meninggalkan cerita yang berbeda pula. 

Namun saya selalu menikmati setiap musim. Entah itu musim kemarau ataupun musim hujan. Keduanya meninggalkan bekas tersendiri. 

Teriknya matahari dan derasnya hujan menjadi saksi perjalanan kami. Selama tiga tahun kami berjalan kaki. Kelihatannya memang berat namun kami bisa melewati. 

Seperti halnya hujan, musim kemarau juga bisa menyisakan banyak kenangan. Kenangan tentang sebuah perjuangan dan perjalanan. 

Musim kemarau menjadi musim yang dulu kami tunggu karena ketika musim kemarau tiba kami tidak perlu membawa payung dan tidak kehujanan. Kami juga bisa sampai sekolah dengan seragam yang kering dan tidak basah kuyup. 

Kami juga bisa memakai sepatu setiap waktu tanpa perlu melepasnya. Musim kemarau meski panas, namun kami senang karena kami bisa lebih banyak bercerita satu sama lain. Selain itu juga kami bisa menikmati sejuknya angin yang menerpa setiap dedaunan. Kami bisa lebih banyak bercanda dan berbagi kisah. Musim kemarau membuat kami lebih menikmati setiap langkah yang kami jalani. 

Tiga tahun saya menjalani kehidupan sekolah dengan berjalan kaki pergi dan pulang dari sekolah. Hal itu menjadi kenangan yang tak terlupakan dan saya anggap sebagai sebuah perjuangan tersendiri.

Tiga tahun berjalan kaki. Melewati musim hujan dan kemarau. Setelah usai, hal itu menjadi kenangan yang tak terlupakan. Setiap musim memiliki kenangan tersendiri yang mungkin tak terlupakan. Setiap musim membawa cerita yang berbeda.

Menurut saya masa sekolah adalah masa yang indah. Saya menyadarinya ketika sudah beranjak dewasa. Ketika sekolah masalah terberat adalah ada ulangan mendadak dan ujian semester. 

Ya. waktu sekolah masalah itulah yang paling berat. Setelah dewasa, banyak masalah yang begitu rumit dan tak semudah yang kita bayangkan waktu masih duduk di bangku sekolah. Jadi rindu dengan masa-masa sekolah dulu. Hehee...

Itulah kenangan saya di musim kemarau waktu masih duduk di bangku SMP. Setiap orang memiliki jalan yang berbeda dan usaha yang berbeda pula untuk meraih impiannya. 

Jadi, Yang paling penting adalah menikmati setiap proses dan setiap menit yang berlalu karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan kita nanti. 

Meski terasa berat, namun jika kita bisa menikmatinya pasti hal tersebut bisa menjadi ringan. 

Terima kasih semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun