Peribahasa ini menggambarkan orang yang melakukan banyak kebaikan, Â namun karena melakukan kesalahan , kebaikannya seolah tak berarti. Mungkin di antara kita pernah mengalami hal seperti ini. Ketika kita sudah banyak berbuat baik kepada orang lain, namun karena satu kesalahan saja kebaikan yang kita lakukan seolah hilang tak berbekas.Â
Mungkin sebagian dari kita pernah mengalami hal  ini. Yaitu melupakan kebaikan atau justru dilupakan kebaikannya akibat kesalahannya. Kebanyakan orang lebih fokus dengan kesalahan orang lain, padahal kebaikan yang  dilakukannya lebih baik daripada kesalahannnya. Kita sebagai manusia memang lebih suka mengingat kesalahan daripada kebaikannya. Kebaikan yang begitu banyak bisa terhapus begitu saja dengan satu kesalahan. Â
Dua peribahasa tersebut sering saya temui di kehidupan sehari-hari. Bahkan saya juga mengalaminya. Sebagai manusia biasa terkadang saya juga lebih suka melihat kesalahan orang lain dan kurang mawas diri. Namun seiring berjalannya waktu saya  juga  mulai belajar untuk tidak menilai orang lain secara sembarangan. Karena di setiap perbuatan pasti ada alasan di baliknya. Mendengarkan penjelasan dari orang lain juga penting untuk mendengarkan alasan  di balik perbuatan yang dilakukan. Dengan begitu saya bisa mendapatkan informasi yang berimbang dan tidak mudah menjudge perbuatan orang lain dan langsung memberikan cap kepada mereka yang melakukan kesalahan.Â
Dua peribahasa tersebut saya rasa sangat mewakili sifat manusia dan sering terjadi dalam kehidupan di masyarakat. Peribahasa tersebut bisa menjadi pengingat bagi diri kita sendiri untuk lebih introspeksi sebelum menilai orang lain. Selain itu juga mengingatkan bahwa sejatinya manusia harus mengingat kebaikan orang lain daripada keburukannya. Karena biasanya kebaikan itu lebih banyak porsinya daripada keburukannya.Â
Sebagai manusia seharusnya kita tidak hanya terfokus pada kesalahan orang lain. Karena hal itu justru bisa membuat hubungan kita dengan orang lain menjad tidak baik. Tentu dalam bersosialisasi dengan banyak orang kita ingin menjalin hubungan yang baik dan harmonis. Menerapkan dua peribahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengingat agar kita tidak seperti dalam peribahasa tersebut.Â
Yaitu tidak menjadi pribadi yang hanya melihat kesalahan orang lain kemudian membesar-besarkannya. Padahal kita sebagai manusia juga pasti tidak luput dari kesalahan dan keburukan. Untuk itu kita sebagai manusia harus membiasakan diri untuk introspeksi agar kita tidak mudah menilai keburukan orang lain.Â
Kemudian hal kedua adalah penting kita mengingat kebaikan orang lain. Setiap orang pasti pernah berbuat salah, namun ketika berhubungan dengan orang lain, biasanya banyak kebaikannya. Jangan sampai kita melupakan banyak kebaikan dari orang lain hanya karena satu kesalahan yang diperbuat. Hal itu tentu tidak baik bahkan bisa membuat kita menyesal jika tidak memperbaikinya.Â
Berdasarkan pengalaman saya berhubungan dengan banyak orang, itu lebih banyak kebaikannya daripada kesalahan. Dengan mengingat kebaikannya, maka kita hati kita akan tenang dan tidak mudah terpancing emosi. Kita juga tetap bisa menjaga hubungan baik dengan mereka. Dengan mengingat kebaikan orang lain, kita juga tidak mudah marah ketika orang tersebut berbuat kesalahan. Dengan begitu kita bisa menghindari konflik antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat. Â
Itulah dua contoh peribahasa yang menggambarkan watak manusia. Sebagai manusia tentu kita tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, kita harus mawas diri dan tidak mudah menjudge orang lain. Peribahasa tersebut juga mengajarkan kita untuk lebih berhati-hati dalam berbicara maupun berkomentar di media sosial.
Terima kasih semoga bermanfaat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H