Panas yang menguap di hari kemarin sudah menjadi embun yang tumpah dini hari.Â
Sudah buta dikawal dengan kegelapan yang menjadi pagi sebelum pergiÂ
Keinginan untuk menjadikan kawan bagi segenap serigala bertaring kapasÂ
Hawanya masih dingin menusuk tulang hingga kulit mengelupasÂ
Taring kapasnya masih gagah bertengger diatas dahiÂ
Mengerikan sekali kuasanya sudah lepas menuju pembaringan terakhir
Hawa panas dan embun pagi masih terus menafkahiÂ
Meretas tanya dengan jawaban dari jiwa yang baru terlahirÂ
Kutipan perkataan yang menyejukkan sebening embun pagiÂ
Seteduh tatapan yang berharap tak pernah ingin pergiÂ
Sehangat cahaya jiwa yang tulus menghapus elegiÂ
Seiring dengan gerak langkah berliturgiÂ
Keadaan yang mengharukan untuk terus diperbaikiÂ
Setiap mulut hanya sibuk untuk meneriaki dan mencaci makiÂ
Membawa dugaan yang masih menjadi teka tekiÂ
Melupakan wajah waktu yang menemukan kebenaran hakikiÂ
Dengan demikian embun pergi dan datang tanpa perintahÂ
Menguap lagi menjadi penyejuk yang mengejawantahÂ
Membawa damai dan sejuk pada hati yang terdampar entah berantahÂ
Memberi harapan untuk daun kering dan ranting yang patahÂ
Bogor Barat, 17 Juli 2021Â
Salam,Â
Sri PatmiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H