Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Sri Patmi: Embun Pergi

17 Juli 2021   17:23 Diperbarui: 17 Juli 2021   18:59 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Panas yang menguap di hari kemarin sudah menjadi embun yang tumpah dini hari. 

Sudah buta dikawal dengan kegelapan yang menjadi pagi sebelum pergi 

Keinginan untuk menjadikan kawan bagi segenap serigala bertaring kapas 

Hawanya masih dingin menusuk tulang hingga kulit mengelupas 

Taring kapasnya masih gagah bertengger diatas dahi 

Mengerikan sekali kuasanya sudah lepas menuju pembaringan terakhir

Hawa panas dan embun pagi masih terus menafkahi 

Meretas tanya dengan jawaban dari jiwa yang baru terlahir 

Kutipan perkataan yang menyejukkan sebening embun pagi 

Seteduh tatapan yang berharap tak pernah ingin pergi 

Sehangat cahaya jiwa yang tulus menghapus elegi 

Seiring dengan gerak langkah berliturgi 

Keadaan yang mengharukan untuk terus diperbaiki 

Setiap mulut hanya sibuk untuk meneriaki dan mencaci maki 

Membawa dugaan yang masih menjadi teka teki 

Melupakan wajah waktu yang menemukan kebenaran hakiki 

Dengan demikian embun pergi dan datang tanpa perintah 

Menguap lagi menjadi penyejuk yang mengejawantah 

Membawa damai dan sejuk pada hati yang terdampar entah berantah 

Memberi harapan untuk daun kering dan ranting yang patah 

Bogor Barat, 17 Juli 2021 

Salam, 

Sri Patmi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun