Dibalik pintu berdiri seorang pria mengenakan kemeja putih. Ia berjalan menuju tempatku berada. Ia menatapku dengan penuh lara dan mulutnya bungkam. Bola matanya bergulir kearah luar pintu memberi isyarat.
Segera kuberanjak! Jam di dinding berbunyi "Tik Tok." Jarum jam menunjukkan ke angka dua belas dan jarum pendek kearah angka tujuh. Tepat pukul tujuh pagi. Jam dinding tua ini sengaja disetting agar berbunyi tepat pada waktu itu.
Baru pekan lalu aku merayakan ulang tahunku yang kedua puluh tiga. Pekan kedua dibulan Mei, aku dirundung duka mendalam. Lara itu kurasakan setiap waktu, namun hari ini kesedihanku telah mencapai titik klimaks. Terkesan melankolis, tetapi itulah hidup. Kesedihan dan kegembiraan dipisahkan oleh membran pembatas yang tipis. Bagaikan batas cakrawala langit senja tatkala malam telah tiba.
....Â
Salam,Â
Sri PatmiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H