Dalam konteks Afrika dan Timur Tengah, orang tidak dapat menggeneralisasi seperti ini negara berbeda dalam hal stabilitas dan kekuatan berkenaan dengan kapasitas mereka aset keamanan. Sebuah negara bagian seperti Afrika Selatan harus dan dapat sangat diandalkan SOP agar memiliki kesiapan tinggi yang konstan terhadap ancaman yang tidak terduga. Peran 'ruang siber' dalam skenario ancaman hibrida dalam keamanan pasca-Perang Dingin. Meskipun NATO gagal menyetujui pendekatan bersama dan komprehensif melawan ancaman hibrida, ada sedikit keraguan bahwa "ancaman hibrida akan tetap ada".Â
Bahkan perang yang sebagian besar konvensional akan memiliki elemen 'hibrida' seperti misalnya 'Serangan siber', 'peretasan biologis', dan bahkan 'aplikasi nano'.19 Ancaman lama, seperti ancaman nuklir, dapatkah hari ini dianggap kembali sebagai jangkauan aktor negara. Konflik siber dan perang siber berfungsi sebagai contoh penggunaan baru teknologi dalam lingkup ancaman hibrida. Cyber-war21 pada dasarnya mengacu pada serangan cyber berbasis komputer yang berkelanjutan oleh negara (atau NSA) terhadap TI infrastruktur negara target.Â
Contoh dari aksi permusuhan yang terjadi di Dimensi kelima dari peperangan adalah upaya Rusia tahun 2007 untuk memblokir secara virtual Infrastruktur, internet Estonia sebagai tindakan balasan dan pembalasan sepihak. Penghapusan Monumen Perang Soviet PD II oleh Estonia dari pusat Tallinn. Situs web pemerintah dan partai serta bisnis sangat dihalangi oleh insiden perang dunia maya ini, ketika operasi militer Rusia ditingkatkan operasi dunia maya melawan Georgia. Rusia sekali lagi bertindak dengan cara yang memanfaatkan potensi hibrida ancaman sebagai strategi dan modus operandi militer.Â
Ancaman hibrida dan doktrin militer memberikan pedoman bagi logika operasional militer praktek. Oleh karena itu mengkhawatirkan bahwa sebagian besar doktrin militer Barat ternyata tidak siap ketika menghadapi ancaman hibrida. Sepertinya ketidakmampuan NATO dan mungkin keengganan untuk merumuskan pendekatan NATO komprehensif yang mengikat ancaman gabungan adalah bukti ketekunan dari kelompok yang sangat konservatif pendekatan doktrinal militer.Â
Dogma respon fleksibel yang sering dianggap sebagai  Prinsip pemikiran dan doktrin operasional militer, telah banyak kehilangan maknanya sebagai sarana proyeksi kekuatan militer dalam konteks ancaman hibrida. Ancaman hibrida tidak hanya menimbulkan tantangan keamanan tetapi juga tantangan hukum dan satu-satunya waktu akan memberi tahu bagaimana masyarakat Barat dengan militer mereka pada akhirnya akan beradaptasi di dalamnya kerangka hukum dan operasional mereka yang ada.
Lalu Bagaimana dengan Indonesia?Â
Salam,Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H