Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Artikel Sri Patmi: Salibu Padi di Tanah Gemah Ripah Loh Jinawi

1 Januari 2021   17:16 Diperbarui: 1 Januari 2021   17:20 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulai dari akhir tahun 2019 hingga kini pandemi masih belum berakhir. Pasalnya ketika kondisi seperti ini terjadi, banyak pihak yang merasakan kesengsaraan. Jika kesengsaraan sudah mendera, utamanya adalah himpitan ekonomi, segala hal sepele bisa jadi masalah yang mengular kemana-mana. 

Dalam kehidupan rumah tangga sendiri, akan berpengaruh ke biaya lain-lain. Meski beberapa upaya sudah dilakukan oleh pemerintah, mulai dari bantuan modal dan bahan pangan. 

Syukurlah... Ini bisa menjadi angin segar bagi sebagian orang. Menjadi obat mujarab untuk meredam penyakit stress, khawatir tidak makan karena tak punya uang. Tapi tak henti sampai disitu saja, rasa gelisah dan ketidaknyamanan sudah tentu akan menyelimuti ditengah dinginnya dunia yang mulai acuh terhadap manusia. 

Pasalnya, bukan hanya mereka yang menjadi korban PHK, resign dan dirumahkan saja, mereka yang berstatus masih kerja pun mengalami efek riak/ripple effect dari lesunya dunia. 

Semuanya ikutan lesu dan lelah yang mendera. Kekurangan ekonomi yang saat ini mendera karena gaji yang terpotong lumayan besar sedangkan biaya hidup masih seperti biasanya. Anak butuh biaya sekolah untuk pendidikan, butuh makan, tempat tinggal dan kelayakan sebagai manusia dalam bentuk yang lain. 

Manusia harus bergerak lebih untuk memenuhi kebutuhan perut mereka. Ada yang memanfaatkan waktu off atau fokus pada dunia pertanian, bekerja sambil berdagang disela-sela waktu off, orang kaya juga ikutan jualan metode word of mouth (WOM) dan masih banyak lagi. 

Pemerintah pun telah menggelontorkan beberapa upaya untuk pemulihan ekonomi global selain bantuan sosial berupa pemberdayaan pemuda menjadi kreatif, inovatif, mandiri, dan berdaya saing serta menumbuhkan semangat kewirausahaan. 

Sasaran utama yang dituju adalah UMKM yang baru berdiri dan masih berkembang pada sektoral pangan (food and beverages/F&B), pertanian dan lain-lain. 

Bahkan beberapa dana hibah diperuntukkan bagi rakyat yang ingin menggeliat bersama dengan UMKM. Meski pada pelaksanaannya, masih ada ketimpangan dengan kepentingan diri sendiri. 

Dimana penggelontoran uang dimasa pagebluk malah dilalap mentah-mentah oleh orang rakus yang sudah memakan api didalam perutnya. Tapi, saya sendiri tidak akan membahas masalah itu, saya hanya berfokus pada salah satu UMKM yang saat ini diminati banyak orang yaitu bisnis pertanian.

Dokpri
Dokpri

Ketersediaan Beras Skala Nasional dalam Neraca Ekspor dan Impor 

Apapun yang terjadi pada dunia, manusia akan tetap makan. Makanan pokok Bangsa Indonesia sendiri adalah nasi. Nasi berasal dari padi yang ditanam oleh tangan para petani dan buruh tani. Sayangnya, nasib mereka sendiri dianggap kasta paling rendah, penghasilannya pun tak seberapa. 

Malah nasi yang kita makan sendiri bukan dari padi yang ditanam oleh petani Indonesia. Dihimpun dari data bps.go.id dan CNN Indonesia, data impor beras terdiri dari :

CNN
CNN
Dari grafik diatas sudah secara gamblang dan rinci menjelaskan tentang statistika beras baik impor dan ekspor selama tahun 2012 hingga 2017. Menarik kesimpulan sederhana secara kasat mata, jumlah angka impor lebih besar dibandingkan ekspor. Tentunya hal ini akan mengundang banyak tanya, jika kebutuhan stok nasional saja kurang, mengapa harus diekspor?

Untuk hal ini, kita sebagai Rakyat Indonesia tidak bisa mengupasnya dalam satu sudut pandang saja, polanya harus diubah menggunakan helicopter view dan piramida terbalik. Berkaitan dengan masalah pangan nasional akan berkaitan dengan banyak instansi, banyak kepentingan dan perut kita sendiri saat ini.  

Tugas fungsi Kementerian Pertanian (Kementan) RI berdasarkan Perpres 45/2015 adalah mengurus produksi komoditas pertanian untuk pemenuhan kebutuhan bahan pangan rakyat Indonesia. Sedangkan untuk data, ada Badan khusus yang ditunjuk negara yakni Badan Pusat Statistik (BPS).

Pemantauan harga barang-barang hasil pertanian di pasar, termasuk juga didalamnya keputusan impor jika produksi dalam negeri dianggap kurang memadai, menjadi Tugas Fungsi Kementerian Perdagangan (Kemendag). Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai operator stok dan stabilisasi harga. 

Dalam hal ini angka produksi beras naik, bahkan tetap tercatat surplus pada data BPS yang menggunakan metode terbaru pendekatan Kerangka Sampling Area (KSA). 

Kerangka sampling area (KSA) adalah salah satu pendekatan statistik spasial yang dikembangkan oleh FAO (Food Agricultural Organisation, USDA (United State Department of Agriculture), dan EUROSTAT Uni Eropa, dimana metode ini bukan merupakan pendekatan pemetaan melainkan pendekatan dengan kaidah-kaidah statistik.

Pada metode KSA ini, desain sampel yang digunakan didasarkan pada kerangka areal dengan segmen berbentuk bujur sangkar. Segmen tersebut ditentukan dengan menumpang-susunkan grid bujur sangkar diatas areal yang akan diteliti yang disebut studi area. 

Studi area dibagi ke dalam blok-blok besar berbentuk bujur sangkar yang berukuran 6 km X 6 km kemudian dipilih secara random blok tersebut untuk menentukan segmen yang berukuran 300 m X 300 m. Dari segmen lokasi ditentukan kembali sub-segmen yang terdiri dari 9 titik berukuran 100 m x 100 m sebagai lokasi pengukuran dan pengamatan lahan sawah.

Dokpri
Dokpri
Setelah menentukan lokasi pengamatan, kemudian dilakukan survey lokasi untuk mengamati fase tumbuh padi pada segmen yang terpilih dengan menggunakan Hand Phone berbasis Android. 

Hasil pengamatan berupa foto kondisi lahan dan keterangan hasil amatan lainnya dimasukan ke dalam aplikasi pada Hand Phone tersebut yang kemudian nanti akan direkapitulasi oleh sistem yang telah dirancang oleh BPS. 

Setelah seluruh data ditabulasi dan direkapitulasi, dilakukan perhitungan peramalan luas panen produksi padi. Kemudian hasil luas panen yang telah ditentukan dikalikan dengan produktivitas yang akan menghasilkan jumlah produksi padi. 

Jumlah produksi yang dihasilkan masih berupa bentuk Gabah Kering Panen (GKP). Untuk mendapatkan angka jumlah produksi beras, BPS menggunakan beberapa angka konversi dari proses GKP ke  beras.

Pada tahun 2015 dan 2016 grafik berbeda terjadi dengan adanya grafik gerak naik dan turun. Kementan RI membuat program antisipasi dini, yaitu rehabilitasi irigasi, pompanisasi dan sumur dangkal. Hasilnya, produksi beras tetap naik dan surplus. Sebagai pembanding, penduduk Indonesia pada 1998 sebanyak 201 juta jiwa, dan pada 2015 berjumlah 255 juta jiwa. 

Kondisi iklim 2015 lebih parah dari 1998. Dengan kalkulasi impor beras di 1998 sebesar 12,1 juta ton, maka harusnya pemerintah impor beras 16,8 juta ton. Tetapi berkat Upaya Khusus (UPSUS) Padi Jagung dan Kedelai, Indonesia tidak perlu impor beras sebanyak di tahun 1998.

Sekedar diketahui 2016 tidak ada rekomendasi impor beras konsumsi. Beras yang masuk awal 2016 merupakan luncuran dari kontrak impor beras Bulog 1,5 juta ton pada akhir tahun 2015. Juga pada 2017 tidak ada impor beras konsumsi, namun 305 ribu ton yang merupakan beras menir untuk industri, bukan konsumsi (dengan HS Code sama). Pada peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 6 tahun 2012 tentang impor beras, hanya ada satu pos tarif beras yang tercantum. Pos tarif beras dengan kode 1006.30.99.00

Bukti lain bahwa produksi beras naik dapat dilihat dari gambaran, bahwa jumlah penduduk tahun 2014-2018 bertambah 12,8 juta jiwa dan mestinya membutuhkan tambahan beras 1,7 juta ton. Kebutuhan tersebut selama ini sudah dapat dipenuhi dari petani, dan saat yang sama petani juga masih menyimpan beras sebagai surplus produksi. Bila Stok Bulog menjadi ukuran, maka stok beras di gudangnya kini ada 2,34 juta ton beras.

Polemik data yang simpang siur antara Kementan dan BPS, dimana pada tahun 2018 Kementan memprediksi 80 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) dan BPS rilis 56,5 juta ton GKG. Meski data yang dirilis oleh Kementan berasal dari BPS, selisih muncul karena adanya perbedaan dalam penggunaan metode perhitungan KSA dan metode lama. Dari sini sudah muncul indikasi pertanian yang loyo dan pertumbuhan semakin terancam. Kontribusi pertanian ke PDB 10,88%, terbesar ke-4 setelah industri, perdagangan dan konstruksi.

Perlu diketahui, capaian pembangunan sektor pertanian 2014-2018 meningkat drastis. Data BPS mencatat, PDB sektor pertanian naik Rp 400 triliun sampai Rp 500 triliun. Total akumulasi mencapai Rp 1.370 triliun. Peningkatan PDB petanian tahun 2018 dibanding 2017 sebesar 3.7% telah mampu melebihi target pemerintah sebesar 3.5%. Salah satu faktor yang mendongkrak peningkatan PDB pertanian adalah peningkatan ekspor.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), dalam periode 2014 hingga 2018 terjadi kenaikan NTP. Dari acuan tersebut, pada 2012 NTP (Nilai Tukar Petani) berada di posisi 102,03 sedangkan pada 2018 berada di posisi 102,46. Sedangkan kenaikan NTUP (Nilai Tukar Usaha Petani) terpantau dari sebelumnya 106,05 pada 2014, meningkat menjadi 111,83 pada 2018. Sebagai dampaknya, pada Maret 2013, penduduk miskin secara nasional masih 14,32%, namun pada September 2018 jumlah penduduk miskin menurun menjadi 13,10%.

Pertumbuhan ekonomi pertanian mencapai 3,7%, dan angka tersebut melampaui target yang ditetapkan pemerintah 3,5%. Dari sisi inflasi pangan periode 2014-2017, inflasi pangan turun signifikan sebesar 88,1%, dari 10,57% (tahun 2014) menjadi 1,26% (tahun 2017), dan menjadi terendah sepanjang sejarah Indonesia.

Dokpri
Dokpri
Dari data tersebut, kita memahami bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk berkembang melalui sektoral pertanian. Utamanya, kebutuhan primer ini tidak lepas dari kehidupan manusia. Bumi pertiwi masih menyediakan lahan untuk para petani yang mulai lunglai lesu untuk bangkit dan memegang peranan penting dalam memajukan perekonian nasional di sektoral pertanian. Mewujudkan gemah ripah loh jinawi. Menggapai impian swasembada beras. Program Nawa Cita yakni mewujudkan kemandirian ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, salah satunya sektor pertanian melalui upaya mewujudkan upaya kedaulatan pangan.

Hama Tikus dan Tikus Berdasi Ikutan Menggerogoti Kemiskinan Petani 

Meski dinamika yang terjadi saat ini adalah meningkatnya kebutuhan pangan tidak diimbangi dengan penyediaan lahan. Lahan pertanian mulai menyempit, ditanam padi tumbuh pabrik dan perumahan. Percepatan laju pertumbuhan padi dan pabrik tidak beriringan. Kondisi ini semakin membuat petani semakin terpuruk. Mereka memiliki peluang untuk memajukan perekonomian nasional, tetapi terbentur dengan banyak kepentingan yang dipolitisasi didalamnya. Bukan hanya hama tikus yang akan memakan tanamannya, tetapi tikus berdasi ikutan menggerogoti kemiskinan petani.

Ironi apapun yang terjadi saat ini terhadap petani, bukan berarti kita hanya bisa berpangku tangan dan diam. Manusia dibekali oleh Robbil Izzati dengan berbagai hal yang membentuk harmonisasi dengan alam itu sendiri. https://www.kompasiana.com/sripatmi/5feded8c8ede485cef1e6642/artikel-sri-patmi-mengudarakan-gelegar-suara-berbagi-di-bumi-pertiwi. Tubuh fisik dengan panca indra, tubuh batin dengan Pancamaya Kosha dan alam ini dengan elemen pembentuknya (Panca Mahabutha). Utamanya jika kita berbisnis dengan alam, tentunya pola pikir kita adalah berbisnis dengan Yang Maha Memiliki Alam Semesta dan Jagad Raya yang luas. Jika berbicara tentang berbisnis, tentunya untung dan rugi. Tetapi bagaimana kita sebagai makhluk mulia memperlakukan alam sebagaimana dengan alam ini memuliakan manusia. Memberi makan, tempat tinggal, hujan, kehidupan dan penghidupan. Berusaha sembari lelaku dan bersikap bijaksana terhadap semesta agar dekat dengan Yang Maha Kuasa.


Salibu Padi Di Tanah Pertiwi 

Himpitan lahan yang mulai tergusur perlahan, upaya yang dapat dilakukan adalah bagaimana caranya memuliakan tanaman dengan lahan yang masih tersisa saat ini. Salah satu cara yang sudah sering digaungkan adalah budidaya padi dengan menggunakan teknik salibu. Bahasa sederhananya, salibu adalah tanam padi sekali, panen berkali-kali. Dengan asumsi penelitian bahwa rumpun padi sisa panen akan tumbuh tunas baru. Tunas ini akan sama persis dengan inangnya. Terobosan ini diterapkan untuk meningkatkan produksi, menekan biaya produksi dan memaksimalkan efisiensi usaha tani. Padi salibu berbeda dengan padi ratun. Padi salibu adalah padi ratun yang sudah dimodifikasi dengan cara dipangkas. Padi ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang.

Beberapa  keuntungan budidaya  padi salibu  diantaranya adalah umurnya relatif  lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit,  biaya produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah,  penanaman,  penggunaan bibit dan kemurnian genetik lebih terpelihara. Pertumbuhan   tunas-tunas terjadi  salah  satunya  karena  adanya  perlakuan  pemangkasan.  Tinggi  pemangkasan batang  menentukan  jumlah  mata  tunas  yang  ada  untuk  pertumbuhan  ulang,  maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam teknik salibu ini adalah :

-Tinggi pemotongan/pemangkasan batang sisa panen

-Varietas bibit padi

-Kondisi air tanah setelah panen

-Pemupukan

Metode Pelaksanaan Salibu :

1. Menjaga kelembaban tanah

Dalam kondisi usai panen, tanah akan kering. Segera genangi air setinggi 5cm selama 2 sampai dengan 3 hari, kemudian saluran pembuangan air dilepas kembali. Meski bukan tanaman air, tetapi padi tetap membutuhkan air. Suplai air akan berpengaruh terhadap kualitas produksi gabah. Padi merupakan tanaman yang memerlukan air, tetapi bukan tanaman air. Untuk menghasilkan 1 kg gabah hanya dibutuhkan rata-rata 1.432 liter air dibandingkan 1.150 liter air untuk menghasilkan 1 kg jagung. Jadi, dalam budidaya tanaman padi tidak harus digenangi terus menerus. Sehingga air bagi pertanian dapat dikelola ketersediaannya dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan. Pada pertanaman padi terdapat tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif (0-60 hari), fase generatif (60-90 hari), dan fase pemasakan (90-120 hari).  Kebutuhan air pada ketiga fase tersebut  bervariasi yaitu pada fase pembentukan anakan aktif, anakan maksimum, inisiasi pembentukan malai, fase bunting dan fase pembungaan. Untuk wilayah dengan pertanaman tiga kali dalam satu tahun, efisiensi penggunaan air dapat dilakukan pada musim hujan (MH), musim kemarau (MK)-1 maupun musim kemarau (MK)-2. Dengan menghemat penggunaan air, jumlah luas tanam dapat ditingkatkan. Khusus untuk pertanaman MK-1 dan MK-2 ketersediaan air di musim kemarau jika tidak mencukupi perlu dibantu dengan sumber air lainnya dari pompa air dangkal atau dalam, kolam, embung maupun waduk.

Karakteristik lahan pada daerah pertanaman padi cukup beragam sebagaimana beragamnya kondisi iklim.  Tektur tanah bervariasi mulai pasir sampai liat, keasaman tanah (pH) bervariasi mulai 3-10, Kandungan bahan organik bervariasi mulai 1-50%, kandungan garam mulai 0-1%, dan ketersediaan nutrisi bervariasi mulai tanah yang defisiensi akut sampai nutrisi berlimpah.

Tektur tanah mempengaruhi nilai kelembaban tanah melebihi sifat yang lainnya, terkecuali topografi.  Tektur tanah merupakan hal yang penting di areal pengembangan  padi yang tidak punya pengikat untuk menahan kelembaban.  Profil tekstur tidak saja di lapisan atas, tetapi juga di lapisan bagian bawah.  Jika bagian bawah tanah mempunyai cukup liat, maka fungsi tekstur lapisan atas tanah menjadi berkurang.

Jenis tanah grumosol dan andosol sangat peka erosi, sedangkan tanah mediteran merah-kuning dan regosol peka erosi.  Litosol mempunyai solum dangkal dan biasanya berasosiasi dengan regosol, mediteran  dan grumosol dapat dikategorikan sebagai jenis tanah yang telah tererosi.  Tanah alluvial berada di bagian lembah dan tidak terancam erosi.  Tanah planosol pada dataran rendah  yang berombak mempunyai kesuburan rendah dan ada ancaman erosi.  Diantara jenis tanah di atas hanya latosol yang tahan erosi.

Padi ditanam pada ketinggian beberapa meter dari permukaan laut sampai 800 mdpl.  Sebaran lahan padi secara vertical sangat penting diketahui, karena menyangkut teknologi koservasi tanah dan air baik pada lahan datar maupun pada lahan yang berlereng.  Erosi dan fluktuasi ketersediaan air sangat menentukan kesuburan tanah, produktivitas, kemantapan dan keberlanjutan produksi.

Topografi lahan yang banyak digunakan untuk pertanaman padi adalah lahan datar, berombak sampai bergelombang, sedangkan di lahan yang berbukit dan bergunung jarang dilakukan.

Pada setiap topografi lahan perlu dilakukan tindakan konservasi tanah supaya tidak menimbulkan erosi yang akan mengakibatkan lapisan atas tanah (top soil ) menjadi hilang tercuci air hujan.  Pelaksanaan konservasi  dapat dilakukan dengan berbagai bentuk tergantung contour topografinya.  Demikian juga pada semua lahan perlu adanya konservasi, terutama konservasi kesuburan dan penyangaan air yang sangat berguna untuk pertanaman tahunan maupaun penyanggan tanaman setahun/semusim.


2. Pemotongan dan Pemberian Pupuk.

Batang tanaman padi dipangkas pada  ketinggian  2-5  cm  di  atas  permukaan  tanah. Pemotongan  dilakukan 7  hari  setelah  panen.  Pada saat  pemotongan  ini,  keadaan  sawah  dipastikan tidak  tergenang.   Pemotongan  dilakukan  seragam sama tinggi agar pertumbuhan ratun juga seragam. Kurang  lebih  7  hari  setelah  pemotongan  batang jerami,  tunas-tunas  baru  sudah   tumbuh  merata menjadi anakan padi. Saat itu lahan sawah sudah dapat  diairi  seperti  halnya  pada  tanaman  biasa (transplanting). Penggenangan  dimaksudkan  bukan  hanya  untuk memenuhi  kebutuhan  air  bagi  tanaman  padi, tetapi  juga  untuk  menekan  pertumbuhan  gulma, terutama gulma daun sempit. Pengaturan  air  pada  awal  pertumbuhan merupakan  kunci  utama  untuk  penumbuhan tunas dan anakan. Sebelum  tunas  tumbuh  secara  merata,  tidak boleh  dilakukan  penggenangan  sebab  dapat menyebabkan  pertumbuhan  tunas  terlambat dan bahkan tunggul dapat menjadi busuk.

3. Pemupukan Berimbang. 

Pada  dasarnya  semua  tanaman  untuk  pertumbuhannya  membutuhkan  unsur  hara  yang  cukup.  Kekurangan  unsur  hara  menyebabkan  pertumbuhan tanaman  terhambat  dan  pada akhirnya gabah yang dihasilkan juga rendah.Pemupukan berimbang yang sesuai rekomendasi adalah kunci untuk keberhasilan dalam budidaya tanaman padi.  padi  Salibu  yang  utama  adalah  Nitrogen. Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian pupuk N harus ditingkatkan sebanyak 25 %.  Pupuk urea  (N)  diberikan  dua  kali.  Pertama,  pada  umur  10-12 hari setelah pemotongan tunggul, atau setelah sebagian besar  tunas  baru  sudah  muncul  kepermukaan.  Berikan dengan  jumlah   dosis.  Pemupukan  awal  ini dimaksudkan  untuk  memacu  pertumbuhan  tunas-tunas baru  lebih  cepat  dan  banyak.  Sisanya  yang    bagian diberikan  pada  umur  tanaman  25  -  30  hari  setelah pemotongan.

4. Penjarangan dan Penyisipan (Tambal Sulam) 

Penjarangan dan penyisipan (tambal sulam) dapat  dilakukan  untuk  mengganti  tunggul  yang  tidak tumbuh. Penyisipan dilakukan saat tanaman berumur 14 hari  sampai  20 hari.  Untuk  menyisip  digunakan rumpun yang  anakannya  banyak.  Ambil  sebagian  dari  rumpun tersebut  dan  tanam  pindahkan  untuk  mengganti  yang kosong atau tidak tumbuh.

5. Penggunaan Fito Hormon pada tanaman padi salibu.

Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil untuk mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan efek fisiologi yang sama, bukan semata kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (bahasa Inggris:auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), etilena (etena, ETH), dan asam absisat (abscisic acid, ABA). Tiga kelompok yang pertama bersifat positif bagi pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung maupun menghambat pertumbuhan, dan asam absisat merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan. Dalam prakteknya pengaruh penggunaan fito hormon pada tanaman padi dapat membantu dalam meningkatkan produksi. Penggunaan fito hormon dianjurkan dilakukan dua kali, diantaranya: pertama, pada saat tanaman padi menjelang premordia sehingga dapat membantu penyerempakan pembungaan dan kedua, pada saat tanaman padi proses pengisian bulir padi sehingga diharapkan bulir padi akan terisi penuh secara keseluruhan dan mampu meningkatkan produksi sebanyak 5% - 10%.

6. Pengendalian gulma tanaman padi salibu. 

Pengendalian umumnya sudah dilakukan oleh para petani, baik dengan penggunaan tenaga manusia (penyiangan tangan) dengan peralatan khusus (landak/gasrok) ataupun cara kimiawi dengan penggunaan herbisida.

7. Pengendalian hama dan penyakit. 

Dalam usaha tani tanaman padi tidak terlepas dengan serangan hama dan penyakit, pada hakikatnya serangan hama dan penyakit selama masih dibawah ambang batas, maka tidak merugikan dan hama penyakit tersebut akan dikendalikan secara alami oleh musuh alami masing masing. Bila serangan hama sudah mencapai ambang batas maka perlu dilakukan pengendalian secara kimia (pestisida) dan berbagai produk pestisida sudah tersedia secara lengkap di toko pertanian. Namun dalam penggunaan pestisida kimia perlu dipahami yaitu penggunaan pestisida yang tepat jenisnya, tepat sasarannya, tepat dosisnya sesuai yang tertera pada label, tepat waktu dan tepat cara aplikasi pestisida.

Secara umum hama dan penyakit utama yang perlu menjadi perhatian adalah

  • Hama tikus sawah
  • Hama penggerek batang padi (sundep maupun beluk)
  • Hama wereng batang coklat
  • Penyakit blas padi
  • Penyakit bakteri xantomonas


8. Masa Panen. 

Panen padi salibu memiki keunggulan diantaranya, umur panen lebih awal 15-20 % dan hasil produksi gabah meningkat dari pada budidaya secara tanam pindah biasanya. Setelah dipanen tanaman dilakukan budidaya padi salibu lagi masih baik dan produksinya juga meningkat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar tanaman padi di BPTP, tanam padi salibu yang baik dapat dilakukan selama tiga kali salibu (pemangkasan) karena dalam tiga kali salibu produksi tanaman padi terus meningkat, setelah pada salibu ke empat akan mengalami penurunan hasil. Sehingga anjuran terbaik adalah satu kali tanam tiga kali salibu.

Hasil  salibu rata-rata sesuai pengamatan dilapangan yaitu:

  1. Musim tanam pertama yaitu Taman pindah padi dengan rata -rata hasil produksi 5,8 ton/Ha.
  2. Musim tanam kedua yaitu padi salibu pertama dengan rata - rata hasil produksi 6,3 ton/Ha.
  3. Musim tanam ketiga yaitu padi salibu kedua dengan rata - rata hasil produksi 6,8 ton/Ha.
  4. Musim tanam kedua yaitu padi salibu ketiga dengan rata - rata hasil produksi 7,3 ton/Ha.
  5. Musim tanam kedua yaitu padi salibu ke empat dengan rata - rata hasil produksi 7,1 ton/Ha. (produksi mulai turun)
    Dokpri
    Dokpri

Kehidupan ini telah berbaik hati kepada manusia. Segala kebutuhan sudah dipenuhi dari alam. Padi yang ranum, jagung, tanaman, dan semua elemen diberikan untuk memenuhi standar tatanan kehidupan dimuka bumi. Memuliakan alam semesta ini sama halnya memuliakan diri sendiri. Karena manusia adalah miniatur terkecil dari alam semesta yang maha luas. Padi yang hijau, tetaplah berseri di tanah pertiwi. Di tanahku, tanah surga yang gemah ripah loh jinawi. Indonesia, nusantara, pertiwi...

Salam,

Materi dari Elemen Padi.

Sumber Referensi : [1] [2] [3] [4] [5] [6]

#salibu #umkm #padi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun