Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Artikel Sri Patmi: Salibu Padi di Tanah Gemah Ripah Loh Jinawi

1 Januari 2021   17:16 Diperbarui: 1 Januari 2021   17:20 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertumbuhan ekonomi pertanian mencapai 3,7%, dan angka tersebut melampaui target yang ditetapkan pemerintah 3,5%. Dari sisi inflasi pangan periode 2014-2017, inflasi pangan turun signifikan sebesar 88,1%, dari 10,57% (tahun 2014) menjadi 1,26% (tahun 2017), dan menjadi terendah sepanjang sejarah Indonesia.

Dokpri
Dokpri
Dari data tersebut, kita memahami bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk berkembang melalui sektoral pertanian. Utamanya, kebutuhan primer ini tidak lepas dari kehidupan manusia. Bumi pertiwi masih menyediakan lahan untuk para petani yang mulai lunglai lesu untuk bangkit dan memegang peranan penting dalam memajukan perekonian nasional di sektoral pertanian. Mewujudkan gemah ripah loh jinawi. Menggapai impian swasembada beras. Program Nawa Cita yakni mewujudkan kemandirian ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, salah satunya sektor pertanian melalui upaya mewujudkan upaya kedaulatan pangan.

Hama Tikus dan Tikus Berdasi Ikutan Menggerogoti Kemiskinan Petani 

Meski dinamika yang terjadi saat ini adalah meningkatnya kebutuhan pangan tidak diimbangi dengan penyediaan lahan. Lahan pertanian mulai menyempit, ditanam padi tumbuh pabrik dan perumahan. Percepatan laju pertumbuhan padi dan pabrik tidak beriringan. Kondisi ini semakin membuat petani semakin terpuruk. Mereka memiliki peluang untuk memajukan perekonomian nasional, tetapi terbentur dengan banyak kepentingan yang dipolitisasi didalamnya. Bukan hanya hama tikus yang akan memakan tanamannya, tetapi tikus berdasi ikutan menggerogoti kemiskinan petani.

Ironi apapun yang terjadi saat ini terhadap petani, bukan berarti kita hanya bisa berpangku tangan dan diam. Manusia dibekali oleh Robbil Izzati dengan berbagai hal yang membentuk harmonisasi dengan alam itu sendiri. https://www.kompasiana.com/sripatmi/5feded8c8ede485cef1e6642/artikel-sri-patmi-mengudarakan-gelegar-suara-berbagi-di-bumi-pertiwi. Tubuh fisik dengan panca indra, tubuh batin dengan Pancamaya Kosha dan alam ini dengan elemen pembentuknya (Panca Mahabutha). Utamanya jika kita berbisnis dengan alam, tentunya pola pikir kita adalah berbisnis dengan Yang Maha Memiliki Alam Semesta dan Jagad Raya yang luas. Jika berbicara tentang berbisnis, tentunya untung dan rugi. Tetapi bagaimana kita sebagai makhluk mulia memperlakukan alam sebagaimana dengan alam ini memuliakan manusia. Memberi makan, tempat tinggal, hujan, kehidupan dan penghidupan. Berusaha sembari lelaku dan bersikap bijaksana terhadap semesta agar dekat dengan Yang Maha Kuasa.


Salibu Padi Di Tanah Pertiwi 

Himpitan lahan yang mulai tergusur perlahan, upaya yang dapat dilakukan adalah bagaimana caranya memuliakan tanaman dengan lahan yang masih tersisa saat ini. Salah satu cara yang sudah sering digaungkan adalah budidaya padi dengan menggunakan teknik salibu. Bahasa sederhananya, salibu adalah tanam padi sekali, panen berkali-kali. Dengan asumsi penelitian bahwa rumpun padi sisa panen akan tumbuh tunas baru. Tunas ini akan sama persis dengan inangnya. Terobosan ini diterapkan untuk meningkatkan produksi, menekan biaya produksi dan memaksimalkan efisiensi usaha tani. Padi salibu berbeda dengan padi ratun. Padi salibu adalah padi ratun yang sudah dimodifikasi dengan cara dipangkas. Padi ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang.

Beberapa  keuntungan budidaya  padi salibu  diantaranya adalah umurnya relatif  lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit,  biaya produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah,  penanaman,  penggunaan bibit dan kemurnian genetik lebih terpelihara. Pertumbuhan   tunas-tunas terjadi  salah  satunya  karena  adanya  perlakuan  pemangkasan.  Tinggi  pemangkasan batang  menentukan  jumlah  mata  tunas  yang  ada  untuk  pertumbuhan  ulang,  maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam teknik salibu ini adalah :

-Tinggi pemotongan/pemangkasan batang sisa panen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun