Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Artikel Sri Patmi: Dangiang Galuh Pakuan Gunung Salak

25 Desember 2020   23:00 Diperbarui: 25 Desember 2020   23:15 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama kerinduanku ini ingin buncah. Terbukti ketika aku bertemu dengannya lagi justru putus sudah gairah untuk menahan sebuah amarah. Bukan amarah untuk memaki atau mencaci dengan buruknya perkataan. Amarah yang aku rasakan adalah keinginan untuk menyatukan diri dengan apa yang aku lihat saat ini. Gagah dihadapanku selama ini berdiri sosok penopang tegaknya sumbu inti bumi. Tiang pancang yang menegakkan tonggak berdirinya kota hujan.

Ya... Gunung Salak...

Sedari dulu aku mencintainya. Tanpa alasan aku selalu merindunya, mengaguminya. Pergi kesana seperti sudah menjadi bagian dari pulang ke kampung halaman. Bertemu dengan orang tua, sanak keluarga yang sudah lama kurindu. Sudah menjadi rutinitas yang harus dilakukan orang yang jauh di rantau kembali menetap pada akhir ceritanya. 

Sudah beberapa kali aku jajaki, terpikir untuk masuk dalam lingkup kehidupan sebagai orang yang berdarah dingin. Dengan segala unsur mistis yang disampaikan dari legenda-legendanya sepanjang masa. Cerita turun temurun untuk menyampaikan keagungan Gunung Salak. 

Padahal bukan mistisnya yang harus diangkat, Mereka tidak akan pernah tahu jika disana ada sebuah kemuliaan alam yang tersembunyi belum terungkap. Siapa tahu disana ada harta karun yang terpendam atau cerita cinta yang melegenda tak tercatat dalam dunia? Entahlah.. aku tak berani untuk berprasangka apa-apa. 

Sudah kupastikan kecintaanku terhadap Gunung Salak sudah ada sejak ia tampak gagah dari provinsi yang berbeda saat itu. Padahal disebelahnya masih ada gunung yang lain, ia pun tetap gagah berdiri menundukkan keangkuhan diri.

Coba aku tanya lagi kedalam diriku, apakah hanya Gunung Salak saja?

Iya.. itu jawabnya. Bukan bermaksud mendiskreditkan gunung-gunung lain. Tetapi aku hanya menetapkan sebuah keyakinan jika itu pilihanku meski Gunung Salak tak memilih bersama dengan puncak yang lain. 

Bisa jadi dia akan memilih Puncak Manik 1 dan Puncak Manik 2. Jika diizinkan beberapa waktu ini aku hanya ingin menetap dipangkuan punggungmu saja dekat tebing yang menjatuhkan besi terbang yang hilang pandangan. 

Ditengah kabut yang berwarna pekat, aroma khas belerang, selain aroma hujan yang kusuka. Kulewati dengan arah berbeda, kau melambai berulang-berulang. 

Sekedar memenuhi undanganmu sesaat, aku berhenti didepan tugu tulisanmu "Selamat Datang Di Kawah Ratu" jalur pendakian Pasir Reungit. Sekedar duduk sebentar memandangi dari kejauhan. Ingin tahu apa yang kau hidangkan jika aku kesana, kuajak diri berswafoto dihadapanmu. Berpamitan pergi karena aku juga tahu diri, keagunganmu itu sebesar kekuatan yang menancap hingga ke bagian dalam bumi.

Aku bukan seorang pendaki, pemanjat tebing atau hal hebat yang digaungkan oleh orang sekedar mendapat pengukuhan telah menaklukkan puncakmu diatas kekuatan kakinya. Aku hanyalah orang yang berjalan. Berjalan menjadi sebuah kelaziman. Ukuran kakiku tak sebesar langkah kaki Gunung Salak jika ia harus beranjak pergi dari tempatnya. 

Diantara 4 jalur pendakian umum diantaranya Pasir Reungit, Cidahu, Cimelati dan Giri Jaya. Aku menyenangi Pasir Reungit dan Cidahu. Disana kita akan memandang Kawah Ratu dengan cara yang berbeda. Kau yang ada di Cidahu akan melihat Kawah Ratu dari ketinggian dan dari atas. Aku yang memulai dari Pasir Reungit akan merasakan nikmatnya bermandi kabut bersama dengan ratu disini. Disini, aku melihat pertemuan dagu dan lutut. Disaat tali menggantungkan kepala dibawah dan kaki diatas karena tersangkut.

Jika mencari banyak referensi tentang Gunung Salak, dunia maya sudah gencar memberitakan keagungannya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Salak

https://phinemo.com/tips-pendakian-gunung-salak/

Bahkan ceritanya pun sudah disampaikan dari mulut ke mulut. Oke.. stop.. kita tidak akan membahas masalah unsur mistis tersebut. Aku hanya ingin semua orang didunia memandang Gunung Salak bukan hanya sekedar agung, tetapi ia adalah wujud bentuk pengabdian setiap makhluk ciptaan kepada Sang Penciptanya. 

Gunung Salak selalu menunjukkan warna peraknya dari sudut perspektif yang tak bisa dilihat secara kasat mata. Pastinya ada sebuah anugerah yang dititipkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada sosok perak ini. Hingga kita pernah mendengar legenda Prabu Siliwangi dan Gunung Salak. Sumber.

Dari sini sudah dapat dijelaskan bahwa setiap yang dititipkan anugerah adalah orang yang amanah menjalankan titah. Disini, aku bukan untuk taraf meyakinkan siapapun. Jadi, semua yang ada dalam artikel ini bukan untuk mendogma, hanya berusaha terbuka dan melihat dari sudut pandang kacamata berbeda.

Titah apa yang sedang dijalankan oleh Gunung Salak?

Sabda apa yang disampaikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepada tiang penyangga kota hujan ini?

Hingga saat ini, aku masih sangat meyakini bahwa tempat ini adalah yang melingkar dan bergerak. Mengungkung setiap keangkuhan menjadi luruh. Peraknya akan terasa silau jika diliputi oleh halimun yang bergerak. 

Tentunya, halimun ini ada yang mencipta. Dari proses panjang elemen kehidupan hingga menutupi sebagian atau keseluruhan agar terlihat kering dan basah dirasa. Membentuk vegetasi semakin pekat. Tempat yang menyediakan sebuah kesucian, kemuliaan dan kenyamanan untuk para manusia yang dipilih untuk memimpin dunia. 

Dangiang galuh pakuan yaitu sebuah kewibawaan yang dilandasi hati yang tulus sehingga bisa bertindak konsisten dan teguh dalam pendiriannya. Jika Gunung Salak sudah menjalankan titah dangiang luhur seperti itu, bagaimana dengan sikap kita selaku manusia?

Salam,

Pesan dari Perak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun