Sang waktu memang bergulir. Tapi sepertinya ia tidak berubah. Tidak sedikitpun ia Mengambil apapun. Ia melipir melipat sesuatu yang tertanam pada diri. sebuah standard yang ditetapkan secara internasional untuk menamakan sebuah guliran lipatan itu, mereka menamakannya waktu.
Padanya melekat, terikat sebuah kesempatan. Lalu, sang kesempatan membawakan sebuah pertemuan itu. Biasa saja. Tak ada apapun. Karena memang bukan apa-apa.
Menggunakan batik biru. Kain terusan hitam. Berjalan seperti tikus. Melipir. Tak menengok kanan kiri. Mencoba untuk memperlihatkan kepribadian plus.
Sekian lama hilang, kemudian muncul lagi dengan hal yang sama. Dan tak ada yang berubah. Tak ada yang mengubah.
Lipiran waktu mengulang. Memperlihatkan sisi lain yang berbeda. Ada tapak jelas terlihat sebuah kesungguhan akan apa yang sedang diraih. Dan dilain lipiran yang berbeda, ia memperlihatkan bukan hanya tekad, tapi sebuah hal lain yang bertaring tajam dibalik semua hal yang seolah biasa yang dipertontonkan.
Mereka mungkin melihatnya biasa. Bahkan terlihat apa yang sedang dilakukannya adalah hal remeh temeh. Tapi aku menangkap sebuah trap yang terpasang. Meski aku tak sadar, tapi aku ternyata telah melalui beberapa trap. Dan aku menyadari begitu banyak trap yang terpasang.Â
Lalu aku katakan kepada beberapa orang, bahwa orang itu jangan dianggap remeh. Dia punya misteri. Dia bukan dia. Entah berapa lapis topeng yang dikenakannya. Dia tidak sepolos tampangnya yang masih perawan.
Mungkin tanpa maksud ia menyiapkan trap itu pada banyak tempat. Seakan berlapis. Mungkin pula bukan ia yang memasang.
Pada lipiran berikutnya, sang waktu membawakan bisikan, bahwa ternyata ia memang bukan menampilkan kepolosan tanpa warna. Tapi malah perputaran warna warni yang Terlalu cepatlah sehingga yang Nampak hanyalah sebuah penampakan warna putih.
Seakan tak ada apapun selain kepolosan. Dan salah satu trap lain yang tak dapat ditatap oleh begitu banyak sosok adalah trap warna putih itu. Bila tak memiliki atau bahkan merubah frekuensi diri untuk menyamakan putarannya, maka tak akanlah mendapatkan sebuah bentuk warna warni. Dan semua warna berada padanya.
Tak ada putih bila tak ada hitam. Tak ada warna warni bila tak ada dasar putih. Dan ternyata, warni itu blom ditataki oleh sebuah putih. Hitam tak pernah tertarik pada putih.Â