Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Narasi Kehidupan Sri Patmi: Daging Bangkai Pemakan Suara

8 Desember 2020   17:47 Diperbarui: 8 Desember 2020   17:49 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini kejanggalan dan kondisi yang berbeda. Kamu bisa membedakan, ketika tubuh ini sudah mulai merasakan sesuatu yang aneh, ia mengeluarkan reaksi dan aksi atas segala keanehan tersebut. Sekarang kau lihat dirimu! Pandangi lebih dalam lagi! 

Kau hanya menjadi seonggok daging yang melahap suara. Makin diberikan banyak suara, makin gempal dan gemuk dagingmu saat ini. Ssstttt... Makanya jangan berisik! 

Sekarang telingaku sudah bisa mencium aroma daging busuk itu. Kita bicara melalui sambungan nadi saja. Biar tak ada yang mendengar. Kemarilah! Akan kuputuskan nadiku dan nadimu.

 Kusambungkan seperti kamu menyambungkan kabel yang putus di gedung tua sebelah sana. Tahan sebentar ya! Kubuat simpul dulu biar tak mudah lepas. 

Sedikit cucuran darahnya akan mengotori kain mori ini. Tapi tenanglah! Daging busuk itu tak makan darah! Dianmakan suara. Jadi tetaplah tenang ya... 

Kucurkan darahnya pelan-pelan saja! Dengan kedua jadi yang sudah sama-sama terikat, kita coba bungkus jenazah hidup dengan mori yang sudah kotor dengan darah. Melenyapkannya dengan kesunyian ketika dunia berganti gelap. Temaram dalam senyap. Bertandan dan tertancap. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun