"Kakek hanya merasa bersedih, tepat pada tanggal ini, 68 tahun yang lalu kakek berjuang demi berkibarnya sang saka merah putih dicakrawala sampai titik darah terakhir".
"Lalu mengapa kakek bersedih dan menangis disini?".
"Kesediahan kakek bukan karena kakek menyesali perjuangan kakek kala itu, kesedihan kakek karena melihat fenomena yang terjadi saat ini. Para generasi muda saat ini yang kurang memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme. Padahal generasi muda adalah titian pembangunan bangsa.
Banyak sekali generasi muda yang terlalu acuh dan mudah sekali mengabaikan sejarah perjuangan bangsa ini. Bukankah mereka pernah mendengar kata -- kata dari bapak proklamator, Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya?
Jika dulu perjuangan kakek dengan bersenjatakan bambu runcing dan melawan penjajah. Generasi muda saat ini mengemban tugas yang berat, bukan penjajah yang harus diperangi, mereka tidak harus bersenjatakan bambu runcing lagi.
Generasi muda saat ini sedang perang pikiran. Kalian jangan mudah mengabaikan segala sesuatu yang baik untuk masa depan kalian, kalian harus pandai menyeleksi dan berpikir panjang. Segala permasalahan dapat diselesaikan dengan solusi jangka panjang bukan dengan arogansi. Kakek sangat prihatin melihat fenomena yang terjadi saat ini.
Masa depan bangsa ini ada ditangan generasi muda, nak. Bangunlah bangsa ini dengan landasan moral yang baik dan nilai -- nilai luhur yang tertanam sejak usia dini. Bukankah kemerdekaan itu diperoleh dengan perjuangan dan tumpah darah para pahlawan?
Tak selayaknya perjuangan itu diabaikan. Tak selayaknya kemerdekaan itu diisi dengan bermalas -- malasan untuk membangun bangsa ini. Nak, ini tugas yang berat, sanggupkah kalian mempertahankan kemerdekaan dan mengemban tugas itu? Perjuangan kalian adalah melawan bangsa kalian sendiri".Â
Kutertegun mendengarkan nasihat kakek itu, sejenak kupandang kerutan di wajah kakek berusia sekitar 90 tahun itu. Tangannya yang dulu kokoh memegang bambu runcing dan suaranya yang lantang mengucapkan kata "MERDEKA", kini tangannya telah lemah dan gemetar, suaranya terdengar lirih.Â
Aku menunduk dan menangis, Apakah aku seperti generasi muda yang diharapkan kakek itu? Apakah aku mudah mengabaikan segala sesuatu yang baik yang datang padaku?.Â
"Kakek, aaaa kuuu.. kek .. kakek.. kakek dimana?"