Upaya preventif dan kuratif yang dapat dilakukan adalah Mencanangkan hari tanam nasional seluruh masyarakat menanamkan satu pohon untuk masa depan. Gantungkan sebuah harapan pada pohon yang mereka tanam. Hal ini akan merangsang daya kreatif imajinasi dan rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi. Satu bulan sekali masyarakat mengamati perkembangan pohon-pohon yang mereka tanam.Â
Bahkan untuk pelaku pembalakan liar diwajibkan menjalankan hukum alam untuk menanam pohon sebanyak yang mereka tebang. Selama masa tanam, uji emisi gas harus diterapkan secara ketat untuk menjaga kontrol kehidupan seimbang. Modernisasi dan perkembangan IPTEK membawa perubahan positif berupa paperless atau pengurangan penggunaan kertas. Kertas dihasilkan dari hutan, kita tidak pernah tahu seberapa banyak pohon yang ditebang untuk membuat berlembar-lembar kertas yang kita buang sia-sia.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) dilindungi dengan upaya intensif yaitu menjaganya dalam habitat itu sendiri. Habitat terbaik bagi tumbuhan dan hewan-hewan adalah hutan. Segala elemen itu hidup berdampingan, sumber air, tanah subur, udara bersih. Membentuk cagar alam, kawasan konservatif dan hutan lindung sudah menjadi bagian dari sejarah yang tak bisa dijarah.
 Menjalankan dharma tertinggi dengan menjalankan dasa raja dhamma terhadap kehidupan alam.  Keselarasan hidup dengan anugerah alam, harmoni cosmos manusia dengan dharma bhakti tertinggi dan keagungan Sang Pencipta. Apapun yang kita berikan kepada hutan akan dikembalikan lagi kepada kita. Merusak alam, alam murka, dihabisi sudah kehidupan diatasnya. Jika alam sudah murka, salah siapa?
Amanah bukan sembarangan amanah. Jangan sampai amanah menjadi amarah karena kita membuat hijau menjadi merah. Berkobar asap membumbung ke udara dengan tangisan berdarah. Mari kita jaga alam sebagai anugerah!
291120
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H