Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Karsa Kematian

4 September 2020   00:50 Diperbarui: 4 September 2020   00:38 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Padahal kamu sendiri tidak tahu apa itu muhasabah? Sejauh apa kalimat itu terus menapaki kehidupanmu? Apa yang dia bawa saat kau hidup? Lalu setelah mati, apakah ia tetap bersanding dan memberi yang terbaik?

Siapkan buku dan pulpen sekarang juga! Kita akan belajar tentang sebuah hakikat dari kematian agar kau tahu bagaimana aku menjadikan kematian itu sebagai hal yang berharga dalam hidupku. Menjadikannya kawan sejati yang tak pernah meninggalkanku. 

Ia selalu berada didepan belakang, kanan kiri, atas bawah. Kapanpun, ia akan siap mengajakku pergi. Membiarkan jasad tak lagi berarti. Santapan cacing tanah dan bersemayam ditengah tanah yang dulunya nyaman.

Hei... Sekarang ia tak berada didepan belakang, kanan kiri, atas bawah? Benarkah ia telah mengajakku pergi? Benar, ternyata saat aku telah dalam keterpurukan dan lemahnya fisik, aku melihat dia datang diantara kedua cahaya.

Sempat terucap kalimat, "Nanti saja kawan! Aku ingin mengabarkan dulu kepada sanak keluarga agar mereka menghantarkan jiwa dan rohku dalam sebaik-baiknya tempat"

Ia menarik dengan begitu cepat sebelum aku sempat berpamitan. Aku gusar memperhatikan sahabatku didunia begitu teduh. Jangan-jangan dia tidak pernah bersanding denganku tetapi hanya sekedar meneruskan bayangan-bayangan yang ada menjadi nyata? Kupejamkan mata, seakan segalanya akan tertunda. 

Angan menjadi bayangan yang tertebak oleh segalanya. Kuraih sedikit saja bagian dari diri ini yaitu ego. Kubunuh ikut mati. Rasa kubekukan agar tak ada lagi. Mendidih kubiarkan menjadi beriringan dengan diri. 

Jiwa kubiarkan saja menemui cahaya yang itu. Tak terasa aliran darah mengaliri syaraf-syaraf. Tak ada lagi otot-otot yang menopang tegak tubuh ini. Tak pernah ada kuasa apapun terhadap diri. Kini tiada lagi...

Semua sirna. Aku kira saat mata terbuka akan ada bola besi raksasa yang akan menghantamku agar luluh lantah dan musnah. Ternyata tak ada semuanya, yang ada hanyalah kekosongan. 

Hampa tanpa ruang. Aku telah tiada. Jika demikian, antarkan saja secarik kertas ini agar semua tahu jika semuanya telah tercatat. Setelah dibuka, ternyata aku menkonversi diri dalam pesan kalimat yang membuatku pening selama ini. 

Kini aku hanya menjadi bagian yang akan dilempari dengan jumroh. Berputar-putar didepan kening setiap orang yang lupa akan sebuah aroma karsa kematian. Mari bersiap! Kita sambut setiap ajal itu datang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun