Mohon tunggu...
Sri Nurkhalishah Rachmi Dewi
Sri Nurkhalishah Rachmi Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Sharing is Caring!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Religi Sunan Giri: Sebelum dan Sesudah Pandemi COVID-19

8 Januari 2021   13:00 Diperbarui: 8 Januari 2021   13:05 2054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Virus COVID-19 telah masuk ke Indonesia pada maret tahun 2020 silam. Virus ini berdampak pada hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia, tidak terkecuali aspek pariwisata. Salah satu daerah yang mendapatkan dampak COVID-19 dalam aspek pariwisata adalah Kabupaten Gresik. Kabupaten Gresik merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang mempunyai banyak tempat wisata, mulai dari tempat wisata yang berupa pantai, taman bermain hingga yang paling terkenal yakni wisata religi. Salah satunya adalah wisata Religi Makam Sunan Giri. Berdasarkan data Disparbud Gresik, rata-rata jumlah pengunjung Wisata Religi Sunan Giri per bulan mencapai 100.000 hingga 200.000 orang. Namun setelah pandemi, rata-rata pengunjung menjadi 0 hingga 80.000 orang saja.

Makam Sunan Giri merupakan salah satu destinasi religi yang terletak di Bukit Giri yang berada di Desa Giri Gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Makam Sunan Giri ini memiliki luas 900 m2 dan dikelilingi oleh sekitar 30 makam keluarga dan para muridnya serta terdapat pula masjid tua yang dibangun oleh Sunan Giri. Kawasan Makam Sunan Giri dibagi menjadi 3 zona kawasan yaitu zona pertama ialah tempat Makam Sunan Giri dimana lokasi ini berada di tempat yang paling tinggi karena merupakan zona sakral, zona kedua ialah makam leluhur dan masyarakat giri pada zaman lampau, dan zona ketiga ialah zona tempat parkir pengunjung. Kompleks Wisata religi Makam Sunan Giri ini juga dilengkapi dengan Museum Sunan Giri yang berada di sisi barat gapura pintu masuk kompleks kubur sunan giri. Museum ini merupakan museum umum dimana koleksinya tidak terbatas pada benda-benda yang berkaitan dengan Sunan Giri melainkan juga terdapat benda-benda peninggalan dari masa para-sejarah, klasik (kerajaan), dan kolonial. Selain itu, terdapat beberapa fasilitas pendukung seperti pusat perbelanjaan pada jalan setapak yang ada di zona dua dan juga terdapat pada tangga-tangga yang menuju makam. Akomodasi transportasi menuju kawasan wisata ini juga sudah cukup lengkap dimana terdapat angkutan umum, ojek, maupun dokar. Kompleks Makam Sunan Giri ini juga sudah menyediakan listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Beberapa fasilitas sarana dan prasarana yang belum optimal yakni air bersih yang kebutuhannya belum seimbang dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung, jaringan telekomunikasi yang belum menjangkau daerah bukit atau zona 1 dan tempat sampah yang jumlahnya belum cukup banyak.

Kelembagaan yang ada di Makam Sunan Giri telah ada sejak lama dibuktikan dengan adanya yayasan makam sunan giri yang mengatur segala sarana dan prasarana yang ada di komplek makam sunan giri ini. Ketua pengurus yayasan ini juga berasal dari BP3 (Badan pelestarian peninggalan purbakala) sehingga mampu mengakomodir jalannya pengaturan yang ada di objek wisata. Namun belum lama ini, pemerintah Kabupaten Gresik yakni Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga turut berpartisipasi dalam mengurus manajemen makam Sunan Giri dari aspek pariwisata dan kebudayaan terkait media atau kegiatan dalam memperkenalkan objek wisata religi dan meningkatan jumlah kunjungan.Keberadaan Wisata Religi Makam Sunan Giri sendiri memiliki dampak tidak hanya pada lingkupnya sendiri namun pada lingkungan sekitarnya meliputi komunitas di sekitar makam, tukang ojek, pedagang kaki lima, transportasi publik, juru parkir di kawasan wisata dan penjual kerajinan tangan.

Sebelum munculnya COVID-19 di Indonesia, khususnya Kabupaten Gresik, kunjungan wisatawan domestik maupun luar negeri di Makam Sunan Giri dapat dikatakan cukup tinggi yakni setiap harinya dapat mencapai 5,000 pengunjung yang didominasi oleh pengunjung dari Pulau Jawa, Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan. Umumnya, pengunjung wisata religi Makam Sunan Giri ini mengikuti tur Wali Songo, dimana Makam Sunan Giri merupakan salah satu destinasi wisata dalam paket tur tersebut. Wisata religi sunan giri juga merupakan wisata yang paling banyak dikunjungi di Kabupaten Gresik berdasarkan data tiga tahun terakhir. Namun dengan bertambahnya kasus Covid-19 di Indonesia, khususnya di Kabupaten Gresik, mengakibatkan harus ditutupnya tempat-tempat yang berpotensi dikunjungi banyak orang seperti tempat wisata. Pada 18 Maret 2020, Pemerintah Kabupaten Gresik telah mengeluarkan kebijakan mengenai penutupan sementara seluruh tempat wisata di Kabupaten Gresik. Dimana pada mei 2020, target pencapaian pendapatan sector wisata baru mencapai 14,10 persen. Selain itu, terdapat pula kebijakan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka mengatasi penyebaran COVID-19 di Kabupaten Gresik dan sekitarnya. Berdasarkan adanya kebijakan-kebijakan tersebut, yayasan Sunan Giri juga menyetujui untuk menutup sementara wisata religi sunan giri. Hal ini tentu berpengaruh secara langsung pada wisata religi sunan giri, contohnya yakni penurunan jumlah pengunjung dimana dari bulan April hingga juli tidak terdapat aktivitas pengunjung sama sekali (Disparbud, 2020).Berdasarkan Kepala Disparbud Gresik, Agustin Halomoan Sinaga, pendapatan sektor wisata religi turun drastis pasca tempat wisata religi ziarah Makam Kanjeng Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim ditutup akibat COVID-19. Efek dari penutupan wisata religi ini juga dirasakan oleh kusir yang biasa mengantar wisatawan dari parkir bus ke lokasi wisata Sunan Giri. Menurut Nuruddin (2020), Kusir di kawasan Sunan Giri biasanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 250.000 hingga Rp 300.000. Bahkan pada akhir minggu, keuntungannya bisa mencapai 500.000 per hari. Ini berlaku pada bulan rajab dan bulan ruwah, sedangkan pada bulan ramadhan cenderung sepi. Selain itu, pedagang makanan dan souvenir di sekitar makam Sunan Giri juga merasakan dampak terparah, salah satunya harus ‘merumahkan’ karyawasan tanpa kompensasi. Bagi pekerja di kantor yayasan atau di wisata makam yang tidak ingin di-PHK, harus tetap masuk dan melakukan aktivitas disana tetapi tanpa mendapatkan upah.

Namun sejak bulan Agustus, Wisata Religi Sunan Giri telah dibuka kembali. Demi menjaga keamanan dan kenyamana pengunjung, pembukaan kembali wisata ini juga didukung dengan beberapa perubahan mengikuti protokol kesehatan contohnya yakni pembatasan wisatawan dan tersedianya pengecekan suhu tubuh (Disparbud, 2020). Selain itu, terdapat pula tempat cuci tangan yang disediakan di beberapa titik seperti pintu masuk, tangga dan pintu keluar. Untuk pembatasan wisatawan hanya berlaku pada area pendopo makam yakni terbatas hanya untuk warga yang memiliki KTP Gresik dan terbatas untuk 60 orang dalam satu waktu. Pengunjung juga diwajibkan memakai masker, menjaga jarak, cuci tangan serta melakukan pengecekan suhu.

Berdasarkan pernyataan Ketua Yayasan Makam Sunan Giri, H Izzuddin Shodiq, jam operasional berkunjung juga dikurangi dimana wisata religi sunan giri hanya buka pada pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Pembukaan kembali wisata ini juga telah disetujui oleh 3 desa yaitu Desa Sekarkurung, Giri, dan Klangonan. Walaupun jumlah wisatawan masih belum melambung tinggi dan cenderung lebih sedikit dibandingkan sebelum terjadinya pandemi, diharapkan adaptasi pengelolaan wisata Sunan Giri dengan COVID-19 dapat menjadikan wisata ini kembali seperti sedia kala.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun