Mohon tunggu...
Sri Nurhidayah
Sri Nurhidayah Mohon Tunggu... -

Seorang ibu dengan 2 orang anak, sedang belajar menulis dan mencintai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kemendikbud Vs Chrisye

17 Oktober 2014   21:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:39 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14135329471806211759

Tugas Pertama seorang pemimpin adalah menentukan sikap. Tugas terakhirnya adalah melihat apa yang ditinggalkannya... Erie Sudewo

Permasalahan dunia pendidikan di Indonesia begitu kompleks. Salah satunya adalah permasalahan kultural yaitu kecenderungan mengambil jalan pintas (pragmatisme). Penyelesaian kontraversi buku Kurikulum 2013 tentang pacaran sehat oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud) secara gamblang memperlihatkan hal ini. Alih-alih meyakini bahwa pendidikan karakter adalah proses panjang yang memerlukan konsistensi berkesinambungan, Kemendikbud justru mengambil langkah mengikuti budaya yang sudah berjalan di masyarakat.

Buku Teks Pendidikan Jasmani dan Kesehatan untuk SMA/SMK/MA kelas XI terbitan Kemendikbud halaman 128 – 129 berisi materi ajar Pacaran Sehat beserta ilustrasinya mengundang protes dari para orang tua dan guru. Pacaran menjadi sebuah hal yang lumrah.

Harapan orang tua dan guru terhadap revisi materi ajar Pacaran Sehat, dimentahkan oleh pihak Kemndikbud. Berikut tiga komentar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh yang dikutip harian Kompas (14 Oktober 2014) halaman 11:

Kami akan ganti ilustrasi jika dinilai tendensius. Yang pasti esensi substansinya sudah benar, dan tidak ada yang salah.”

Nuh menjelaskan, istilah pacaran sudah sesuai dengan kondisi atau realitas sosial di masyarakat meski bertentangan dengan ajaran agama tertentu. Pacaran tidak bisa dicegah di kalangan remaja. Hal yang bisa dilakukan ialah beusaha mengamankan generasi muda dengan membekali pengetahuan, seperti materi ajar pacaran sehat.

Buku ini tidak mengajarkan anak untuk pacaran tetapi memberi pamahaman cara menghindari hubungan berbahaya. Idenya tentang bagaimana pacaran sehat secara emosi, fisik, dan sosial. Itu esensi di buku itu.” kata Nuh

Persoalan mendasar materi ajar yang bermasalah justru disimpulkan bahwa pokok permasalahannya hanya pada ilustrasi buku. Kemendikbud menyatakan materi ajar pacaran sehat sudah ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, tetapi tidak menimbulkan keresahan karena tidak disertai ilustrasi seperti buku yang sekarang beredar. “Persoalannya ada pada ilustrasi,” demikian kesimpulan Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud Harris Iskandar. Bahkan ditambahkan oleh beliau ilustrasi di buku itu menunjukkan seolah-olah Islam memperbolehkan pacaran. Idealnya memang tidak boleh, tetapi faktanya tidak demikian.

Sungguh, sebagai orang tua, resah sekali rasanya melihat bagaimana sikap pemimpin yang memegang kebijakan di bidang pendidikan. Pacaran bukanlah masalah yang sepele. Dokter Ryan Thamrin di September 2014 mengungkapkan bahwa hampir 50% remaja di 13 kota pernah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Survey ini beliau lakukan terhadap remaja dan dewasa usia 13 – 24 tahun. Di hari Populasi Dunia (11 Juli 2014) data PBB menunjukkan ada 16 juta kehamilan remaja.

Jika berada di pusat keramaian mulai dari di Mall, terminal, dan di jalan raya (di dalam angkutan umum atau di motor) para remaja, anak-anak SMA secara vulgar menunjukkan aksi mesra kepada pasangannya. Bahkan foto yang ramai di twitter memperlihatkan kemesraan itu di sekolah. Di tempat terang, remaja kita begitu beraninya, apalagi di tempat gelap.. Anak-anak SMA yang datang berpasangan ke bioskop tidak untuk menonton film, tetapi untuk melakukan aktivitas ekstra mesra....

Alasan Kemenndibud bahwa materi pacaran sehat adalah materi yang sudah ada dalam KTSP 2006 justru menimbulkan pertanyaan baru. Bagaimana evaluasi materi kurikulum 2006? Apa ukuran yang menjadikan kurikulum 2013 tetap menggunakan materi ajar ini dengan hanya menambahkan ilustrasi saja? Bagaimana pacaran menjadi bagian pendidikan karakter?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun