Kalau ada penghargaan untuk anak buah yang berhasil membuat bosnya dipermalukan, maka Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman adalah pemenangnya.
Dalam debat antar calon presiden yang berlangsung kemarin, Presiden Joko Widodo yang kembali maju sebagai calon presiden, ditanyai oleh Prabowo Subianto, lawannya. Malam itu, Prabowo bertanya mengenai kesahihan klaim produksi pangan pemerintahan Joko Widodo. Karena yang Prabowo dengar, produksi pangan di negara ini surplus. Tapi anehnya, masih tetap ada impor.
Sebenarnya, keheranan itu bukan hanya milik Prabowo saja. Bagi kita orang kebanyakan, memang ada kesan inkonsistensi dari pemerintah. Khususnya di sektor pertanian. Seperti misalnya produksi jagung, yang menurut Mentan Amran Sulaiman surplus. Tapi dalam praktiknya, Amran sendiri yang mengajukan impor jagung.
Ambiguitas ini membuat kita tidak punya kepastian, apakah produksi jagung kita benar-benar surplus atau tidak. Bila kita benar-benar surplus, seharusnya tidak perlu ada lagi impor jagung. Karena kebutuhan kita sudah tercukupi, dan tidak perlu dipasok dari luar.
Di akhir 2018 kemarin, inkonsistensi itu muncul dari Mentan ketika ia mengajukan impor jagung sebanyak 100 ribu ton. Padahal beberapa waktu sebelumnya, ia mengatakan Indonesia sudah bisa ekspor jagung 380 ribu ton jagung ke Malaysia dan Filipina.
Kali ini, di awal tahun 2019, inkonsistensi data itu muncul lagi. Mentan Amran Sulaiman mengajukan impor jagung sebanyak 30 ribu ton. Namun belakangan, Kementerian Pertanian menyatakan akan ada tambahan panen jagung hingga 10 juta ton pada periode Januari-Maret 2019. Lantas, untuk apa Amran Sulaiman meminta tambahan 30.000 ton impor jagung tersebut?
Menurut Kepala Badan Ketahanan Badan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, keputusan menambah impor dilakukan sebagai langkah antisipasi. Pasalnya, pada saat keputusan dibuat, panen jagung belum terjadi.
Dengan begitu, harga jagung yang saat ini berada di angka Rp 6.000 per kilogram (kg) diharapkan bisa turun menjadi Rp 3.000 per kg.
Hampir semua pemain di sektor jagung tahu bahwa periode awal tahun atau Januari merupakan momentum harga tertinggi untuk jagung. Pasalnya, waktu tersebut bersamaan dengan waktu tanam dan belum memasuki masa panen. Harga jagung pun biasanya akan menurun seiring dengan waktu panen.
Seolah lupa dengan permintaan impor jagung itu, Mentan Amran Sulaiman mengatakan bahwa panen jagung telah terjadi di 18 daerah. Sehingga diharapkan hingga Maret nanti akan ada panen jagung hingga 10 juta ton.