Mohon tunggu...
Sri Mulyono
Sri Mulyono Mohon Tunggu... Politisi - di kantor

bersyukur dalam segala keadaan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengendus Bau Harum Cendana daripada Pohon Beringin

11 Desember 2017   22:21 Diperbarui: 12 Desember 2017   08:14 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Golkar belum selesai dirundung musibah, setelah pecah menjadi dua antara kubu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie, kini ketua Umum Setya Novanto harus meringkuk di Tahanan KPK yang akhirnya mengharuskan Partai Golkar meneyelenggarakan Munas luar biasa. Agak mirip dengan Partai Demokrat menjelang Pemilu tahun 2014 yang memakan korban ketua umumnya Anas Urbaningrum,  Partai Golkar diguncang bencana Korupsi e- KTP yang disangkakan kepada Ketua Umumnya Setya Novanto.

Memang unik, Setya Novanto yang telah memenangkan praperadilan kembali ditersangkakan oleh KPK dengan kasus yang sama. Setya Novanto pun kembali mengajukan pra peradilan. Namun kali ini berbeda, jika pada praperadilan pertama Setya Novanto dan para pengacaranya sangat yakin akan menang, namun dalam praperadilan kedua, Setya Novanto dan timnya tampak sekali putus asa. Setya Novanto yang masyur sangat licin bagai ilmu "belut putih" tak berdaya menghadapi kekuasaan hukum atau hukum kekuasaan? Jawabanya, Mazhab politik Machiavellian menghalalkan segala cara

Singkat cerita sejarah Setya Novanto dianggap sudah selesai. Kader Golkar mulai kasak kusuk  mempersiapkan Munas Luar Biasa untuk memilih Ketua Umum Baru. Bahkan konon sudah ada seorang kader Airlangga Hartarto mengklaim sudah mendapat restu dari Presiden Joko Widodo. Tentu saja hal ini mengundang banyak pertanyaan, dugaan dan persepsi baik dari internal Golkar maupun pihak luar. 

Apakah ketua umum partai Golkar harus direstui Presiden? Apakah ini berkaitan langsung dengan dukungan politik pada pemilu presiden 2009? Dan sederet pertanyaan lainya. Peristiwa "musnahnya" Gus Dur dari PKB, Anas Urbaningrum dari PD, LHI dari PKS, selamatnya PPP kubu Rhomahurmuzy, adalah pelajaran sangat penting dalam percaturan politik Indonesia.

Disisi lain, muncul dinamika yang sangat menarik, yakni kesiapan Titik Hediati Haryadi putri mendiang Presiden Soeharto untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum dalam Munaslub Golkar mendatang. Sejak reformasi 1998 keluarga Cendana tiarap dari publik dan kini menjelang 20 tahun kembali siap mengisi panggung Politik Indonesia.  apa yang bisa diharapkan Golkar dari Trah Pak Harto?

Golkar adalah warisan pak Harto

Golkar adalah partai besar, kuat, penuh pengalaman. Golkar sudah membuktikan mampu berkuasa dan mengelola kekuasaan selama orde baru, sekaligus mampu bertahan dalam situasi sangat sulit pada awal awal reformasi bahkan menjadi pemenang Pemilu tahun 2004 dan tetap eksis hingga pemilu 2014. Namun kali ini Golkar harus benar benar menghitung hari dengan teliti dan rigid. Beberapa lembaga survei kredibel telah memberikan signal buruk terhadap eksistensi partai Golkar . Menurut survei CSIS, elektabilatas Golkar 10,9 persen, SMRC 11,4 persen, Litbang Kompas 7,8 persen, PolMark 9,2 persen, Poltracking 10,9 persen. Survei ini dilakukan antara bulan september sampai november 2017.


Atas kondisi yang buruk dan elektabilitas Golkar yang terus menurun, mbak Titik mengaku prihatin dengan kondisi Golkar saat ini dan optimis mampu memperbaiki keadaan jika terpilih menjadi ketua Umum Golkar. Mbak Titik telah mulai dengan langkah taktis strategis antara lain mengundang para sesepuh Golkar silatuharim di Cendana sambil membahas masa depan Golkar.

Wajar Titik Soeharto sangat perhatian terhadap Golkar  karena ayahnya almarhum Presiden Soeharto adalah ketua Dewan Pembina Golkar selama kurang lebih 30 tahun. Dalam masa Orde Baru tersebut Golkar meraih masa masa kejayaanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa Presiden Soehartolah yang membesarkan Golkar dengan kekuasaan mutlak yang dimilikinya. Mengkonsolidasikan 291 organisasi dalam satu wadah Golkar, dengan satu, visi dan misi tidaklah mudah. Diperlukan sumber daya manusia mumpuni dan sistem yang benar benar handal..

Memang Pemilihan Umum Jaman Orde Baru dinilai banyak pihak penuh kecurangan atau hanya formalitas, namun sejarah mencatat Partai Golkar tetap diposisi dua besar pada era reformasi bahkan sempat menjadi pemenang pada pemilu 2004. Kuncinya adalah Internalisasi nilai nilai Golongan Karya selama tiga puluh tahun dengan kekuasaan presiden Soeharto, yang membuat Golkar berjaya dan terus "memenangi" perpolitikan Indonesia hingga saat ini.

Internalisasi adalah "proses dengan mana orientasi nilai budaya dan harapan peran benar-benar disatukan dengan sistem kepribadian" Johnson (1986). Proses internalisasi lazim lebih cepat terwujud melalui keterlibatan peran-peran model (role-models). Individu mendapatkan seseorang yang dapat dihormati dan dijadikan panutan, sehingga dia dapat menerima serangkaian norma yang ditampilkan melalui keteladanan. 

Proses ini lazim dinamai sebagai identifikasi (identification), baik dalam psikologi maupun sosiologi. Sikap dan perilaku ini terwujud melalui pembelajaran atau asimiliasi yang subsadar (subconscious) dan nir-sadar (unconscious), Marmawi Rais (2012)

Pak Harto adalah role model pada jamanya, tegas, cerdas penuh kharisma dan seorang smiling general. Tutur kata, tindak tanduk, cara kerja dan karakternya menjadi panutan masyarakat pada jamanya. Lebih khusus orang orang dekatnya dan para kadernya di Golkar. Secara sadar ataupun tidak internalisasi nilai sosok Pak Harto sudah menjadi identitas para kader Golkar dan masyarakat luas baik secara psikologis maupun sosiologis. 

Hal inilah yang membuat Golkar masih eksis sampai saat ini. Pak Harto adalah Golkar dan Golkar adalah Pak Harto. Mereka yang memilih Golkar adalah orang orang yang setia dengan nilai nilai pak Harto. Bahkan beberap partai yang lahir pasca reformasi merupakan pecahan golkar yang tentu saja mewarisi nilai nilai daripada pak Harto.

Untuk mencapai internalisasi nilai diperlukan proses dan waktu cukup lama serta intensitas yang cukup. Internalisasi nilai tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat. Tentu yang menangi jaman pak Harto masih ingat bagaimana setiap saat beliau menghiasi kaca TVRI, radio, media cetak, dan ruang publik lainya. Semua yang dilakukan pak Harto adalah proses internalisasi nilai visi dan misinya yakni  penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya, agar ego menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standart yang diharapkan. Heni (1989)

Kebangkitan Trah Pak Harto dan Masa Depan Golkar

Megawati trah pak Karno dengan penuh perjuangan dan kesabaran sukses memelihara nilai nilai Soekarnoisme atau setidaknya sikap militansi pada Soekarno. PDIP tetap eksis bahkan memenangkan Pemilu Legislatif dan Presiden pada 2014 lalu. Dalam beberapa survei terakhir elektabilitas PDIP tetap nomor satu dan mengalami peningkatan signifikan. Banyak pihak menyangsikan masa depan PDIP jika tidak dipimpin trah Soekarno.

PKB ketika dipimpin Gus Dur mengalami puncak kepercayaan dari warga Nahdliyin dan simpatisan Nahdliyin karena sosoknya dianggap mewarisi nilai nilai kakeknya Hasyim Asyari dan ayahnya Wahid Hasyim serta nilai nilai NU sejati. 

Pada Pemilu 1999 PKB memperoleh suara 12,6 persen berada di empat besar. Pemilu 2004 memperoleh suara 12,61 persen berada ditiga besar setelah Golkar dan PDIP. Namun kemudian PKB kehilangan figur Gus Dur sebagai simbol kemewahan dan merupakan figur NU. Kini semuanya buyar, Hanta Yudha (2014).

SBY selain performannya yang sangat baik juga sangat dibantu oleh Ibu Ani sebagai trah Jenderal Sarwo Edhi Wibowo, dimana dalam persepsi masyarakat Jenderal Sarwo adalah komandan penumpas PKI. Nilai penumpas PKI mendapatkan apresiasi luas dikalangan masyarakat Indonesia. 

Namun SBY gagal melakukan internalisasi nilai  sosok Jenderal Sarwo maupun dirinya sendiri kepada masyarakat bahkan masyarakat memberikan gelar "bapak Pencitraan dan peragu".  Partai Demokrat akhirnya ditinggalkan pemilihnya. AHY putra SBY gagal dalam kontestasi Pilkada Gubernur DKI Jakarta.

Merujuk teori dan fakta fakta yang ada, jika trah pak Harto memimpin Partai Golkar dalam hal ini Mbak Titik, maka kemungkinan besar para militan pak Harto akan kembali berbondong bondong membesarkan Golkar. Boleh jadi mereka rindu memenangkan Partai Golkar seperti masa Orba sebagai persembahan rasa terimakasih kepada Pak Harto. 

Pak Harto adalah sosok yang berkuasa 32 tahun dan menjadi figur sentral serta sukses melakukan internalisasi nilai kepada masyarakat Indonesia. Sudah banyak masyarakat merindukan sosok pak Harto dan tentunya masyarakat berharap ada trah pak Harto yang mewarisi dalam perpolitikan Indonesia. Boleh jadi Masyarakat sudah merindukan bau harum Cendana di bawah rindangnya pohon Beringin..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun